SANG MENTOR
Bagaimana sih langkah awal memulai bisnis online?
Berdasarkan pengalamanku, sebagai seseorang yang beneran buta tentang bisnis online, tentu bukan hal yang mudah ketika pertama kali berniat memulainya. Gimana sih prosedurnya? Cara packing barangnya? Cara bikin buku kas nya? Cara menghitung keuntungan maksimal dan masih banyak tetek bengek lainnya.
Makanya, ketika benar-benar nol besar tentang dunia per bisnis an online, seharusnya kita mencari seseorang untuk mengajari tentang bisnis online tersebut. Itulah alasanyya hal pertama yang aku lakukan ketika memulai bisnis online adalah mencari sang mentor. Kalian tentu tahu mentor kan? Ya, bahasa lain dari guru lah.
Menemukan mentor itu adalah langkah yang sangat tepat. Kenapa? Karena dari mentor kita dapat belajar bisnis secara langsung. Silakan serap ilmu sebanyak-banyaknya dari mentor tersebut. Jika ada yang mau ditanyakan silakan bertanya sebanyak mungkin. Memang sih sekarang ada internet yang menyediakan berbagai informasi. Namun, bagiku belajar secara langsung memang lebih `nyentrum`. Sehingga hasil belajar langsung itu pun lebih bermakna.
Tidak hanya menyerap ilmu dari sang mentor. Terkadang belajar langsung dari sang mentor membuat kita lebih terinspirasi bergerak dan berjuang mengembangkan bisnis online. Biasanya kan mentor itu kan sudah memiliki bisnis yang keren, nah itu akan membuat kita bersemangat agar bisa menyerupainya. Istilahnya itu ya, melihat dia saja bisa menyulut api semangat di dalam dada (KHAAK !!)
Lalu bagaimana menemukan mentor?
Ahh, sebenarnya pertanyaan itu gak harus dimunculkan lagi. Semua orang bisa dengan mudah menemukan mentornya masing-masing. Bisa melalui searching di internet, ngobrol bermanfaat antar teman atau bergabung dengan beberapa komunitas pebisnis online. Namun, ada beberapa tips yang dapat aku bagi dalam menemukan mentor yang cocok dengan bisnis online, ini dia :
Pertama, temukan mentor yang satu passion bisnisnya
Misalnya nih, kamu berbisnis fashion, ya cari mentor yang juga berbisnis fashion. Bukan bermaksud menyaingi sih, tapi biar lebih nyambung aja. Coba deh bayangin aja kita mau jual baju, tapi berguru pada teman yang jual kebab. Ya kan susah nanti, kita bahasnya bahan babyteri, ee si kawan bahas mayonnaise. Piye toh.
Kedua, pastikan mentor telah memiliki bisnis yang ‘oke’
Maksud oke disini bukan berarti yang omsetnya berpuluh puluh juta ya. Namun setidaknya dia sudah memiliki bisnis yang baik. Bisnis yang baik ini menunjukkan keberhasilan dari pengalaman dan ilmu yang digunakan selama ia mengembangkan bisnisnya. Jadinya kan kita lebih percaya untuk belajar dengan si dia, karena toh sudah terbukti omsetnya lumayan bagus
Ketiga, pastikan mentornya bersedia
Ini yang enggak kalah penting nih. Mentor harus bersedia direpotin. Karena kita sebagai pembelajar akan sibuk bertanya, ngeyel masalah ini itu, bingung gimana ini gimana gitu. Makanya mentor harus yang benar-benar bersedia untuk menjadi mentor.
Sudah siap menemukan sang mentor? Semoga segera bertemu sang mentor kalian ya. Dan jika sudah menemukannya, teruslah belajar darinya. Ambil ilmu sebanyak-banyaknya darinya. Oh ya, jangan lupa untuk senantiasa mendoakan beliau, semoga bisnis dia dan bisnis kita semakin berkembang. Aamiin.
Kalau ada yang bertanya siapa mentor bisnis aku. Nih aku kenalin orangnya. Taraaaaa dia adalah gadis yang memakai jilbab garis cokelat ini. Percaya deh, gadis ini benar-benar memotivasi aku banget untuk segera terjun ke dunia bisnis online. Bahkan tak ayal semua printilan kecil bisnis onlineku dia yang uruskan. Mengajarkanku secara perlaham dan kemudian melepasknaku ketika aku sudah benar-benar paham.
Ahh, semoga Allah terus memberkatimu ya Ty
Medan, 1 September 2020, 22 : 54
***
SEGERA NIKMATI
Udah lama banget aku gak bahas tentang bisnis kan ya? Maafkan yang teman-teman. Kali ini aku mau ngebahas tentang bisnis deh. Tentang bagaimana cara agar owner merasa bahagia dalam menjalankan bisnisnya.
Nah, menurut kalian apa sih yang membuat seseorang merasa bahagia dalam bisnis?
“Bisnisnya lancar”
“Profitnya gede”
“Customernya banyak”
Dan masih banyak hal lainnya yang bisa kita jadikan indikator dari seorang owner yang bahagia.
Namun, hal receh yang paling membuat seorang owner itu bahagia adalah menikmati hasil dari bisnisnya. Wah, kalau aku pasti bahagiaaaa deh, pake banget malahan.
Apakah penting menikmati hasil bisnis? Kan profitku masih kecil banget. Kan bisnisku belum maju kayak yang lain. Mending uang profit kuputar jadi modal lagi deh biar bisnisku makin berkembang. Bla bla bla, ada banyak alasan owner bisnis online yang menolak untuk menikmati hasil bisnisnya.
Nah, bagaimanapun profit bisnis kita entah itu udah besar atau kecil banget. Atau juga yang masih ngerasa incomenya masih standard bahkan jauh di bawah rata-rata. Stop berkecil hati berendah diri dan merasa gak becus. Namanya juga pemula, yaw ajar dong jika incomenya masih dikit. Pelan-pelan income itu akan beranak pinak dengan sendirinya dong.
Walaupun income masih sedikit, para owner kudu dan harus menyegerakan menikmati hasilnya. Harus ada lho alokasi dari income itu untuk owner. Nah lho.
“Lho, kok gitu?”
“Kan income nya masih sedikit?”
“Mending buat tambah modal aja”
Dan masih banyak celetukan lainnya. Sini coba aku jelasin versi aku.
Kerja keras kita dalam membangun bisnis tentu bukan hal yang mudah. Kadang kita lelah, capek dan ingin menyerah saja. Terlebih lagi melihat income yang masih jauh dari pengharapan. Duh, bisa baper tingkat dewa tuh. Imbang-imbang ditanyain kapan nikah lah, padahal calon belum ada, hadoooh. Kebaperan ini bisa membuat malas atau malah menyerah kan. Kemudian muncul deh pikiran nakal
“Sepertinya bisnis ini tidak cocok dengan saya”
Jangaaaaaan. Jangan lakukan itu.
Makanya, seorang owner harus segera menikmati hasil kerja kerasnya. Gunakan profit bisnis untuk beli tas baru, jam tangan baru atau tambahan biaya catering pernikahan, eh gimana sih, hehe. Gak usah harus yang mahal-mahal juga, pokoknya nikmati segera deh profit bisnis itu. Jika owner sudah merasakan hasil bisnisnya maka percaya deh, ia akan memiliki semangat yang membara. Ia jadi tahu nikmatnya berbisnis, malahan mungkin ketagihan dan semangat buat kembangin bisnisnya.
Hay para owner di luar sana.
Ada diskon belanja nih. Kapan-kapan belanja bareng ya?
Eh, habis pandemi saja ya. Hehehe
Medan, 27 Mei 2020, 22: 02
***
![]() |
Loc : My Home Sweet Home |
Tulisan ini aku persembahkan untuk
mereka yang baru memulai bisnisnya. Tenaang, kalian nggak sendirian kok, ada
aku yang masih terus merintis bisnis ini. Terkadang aku berhenti terlalu lama,
terkadang berjalan terburu-buru, aah.
Aku mengawali tulisan ini dengan
sebuah percakapan atau celetuk hati yang sering kita alami *aku terutama,
sering banget euy*. Ini tentang sebuah perasaan yang dinamakan bingung.
“Bingung
nih”
“Habis
ini ngapain ya?”
“Bagusnya
ini dulu atau itu dulu ya?”
“Tuh
kan, coba kalau yang itu dulu dikerjakan, pasti jadinya nggak gini deh”
Setidaknya ini beberapa contoh kata-kata
mematikan yang keluar ketika pikiran sedang mumet. Terlebih lagi beberapa deadline atau pekerjaan mengalami
tabrakan jadwal. Bisa-bisa sholat istikharoh untuk menentukan mana yang harus
dikerjakan duluan, hihi.
Dalam dunia bisnis, hal ini tentu
sering terjadi, bahkan sangat sering malahan. Misalnya saja:
“Beli
bahan produksi dulu atau temui dosen pembimbing ya?”
“Balesin
chat customer atau nemenin suami
makan siang ya?”
(eh lupa,
belum punya suami euy, heheh)
Nah, kalau sudah beginian harus
ngapain dong? Apa kudu sholat istikharah dulu? Hihihi, gak usah selebay itu
juga keleeees. Inilah yang menjadi alasan mengapa di dalam dunia bisnis, kita memerlukan
apa yang disebut dengan skala prioritas. Eh sebenarnya bukan hanya dalam
berbisnis aja siih, bahkan dalam urusan hidup secara keseluruhan, kita memang
dituntut untuk memiliki skala prioritas.
Mengapa kita memerlukan skala
prioritas? Karena skala ini yang menjadi panduan kita untuk bersikap dan
bertindak. Coba deh bayangkan jika kita tidak memiliki skala prioritas, kita
akan kehilangan kendali atas semua hal dalam hidup kita. Beberapa pekerjaan
akan berantakan yang nantinya akan membuahkan penyesalan.
Lanjut ke pertanyaan berikutnya,
seperti apa skala prioritas yang harus dimiliki oleh seorang pebisnis? Ingat,
setiap pebisnis memiliki orientasi (tujuan) masing-masing. Kita tentunya tidak
bisa menyamakan tujuan pebisnis lain dengan kita kan, begitu juga dengan skala
prioritas. Kita tidak mutlak mengikuti skala prioritas seseorang hanya karena
bisnisnya sudah lancar, omsetnya tinggi atau pelanggannya banyak. Kita pun boleh
mendesain skala proritas untuk bisnis yang sedang digeluti.
Aku membuat skala prioritas bisnis
ku sebagai berikut. Dengan memperhatikan urutannya, kalian tentu bisa menebak
siapa yang paling aku prioritaskan
Allah SWT dan Rasulullah SAW
Ini
jelas banget kan ya.
Jangan sampai keperluan bisnis bentrok sama keperluan Allah dan rasul
Nya. “Sholat dulu atau ngantar paketan ya?” aah, kalau udah Allah dan
Rasul jadi
prioritas pertanyaan macam ini tentu tidak akan muncul lagi.
Orang tua
Salah satu sumber rezeki
yang tidak terduga itu adalah ridho dan doa orang tua. Jadi, jangan pernah
sia-siakan orang tua kalian. Jadikan keduanya sebagai prioritas utama. Jika
suatu hari orang tua butuh biaya rumah sakit, sementara kalian harus mengeluarkan
modal bisnis, aah tentunya sudah tahu mau milih yang mana kan?
Suami
Meskipun aku belum memiliki
makhluk ini, aku sudah berazzam bahwa beliau adalah orang yang juga aku
prioritaskan. Jika seorang suami ridho terhadap istrinya, maka sang istri boleh
masuk syurga dari pintu mana saja, Masha Allah. Jadi, balaslah chat suami terlebih dahulu, baru deh balas chat para customer kalian.
Anak
Ini tentunya tak perlu aku
jelaskan panjang lebar. Untuk kalian yang sudah memilikinya, tentunya tahu
betapa berharganya seorang anak. Jadi, hadirilah acara pentas seni anak di
sekolah, seminar bisnis dan kewirausahaannya nyusul di lain waktu aja.
Keluarga besar
Keluarga merupakan tempat
mengadu paling baik. Merekalah yang tahu baik buruknya kita, merekalah yang siap
membuka tangannya ketika yang lain menutup erat kedua tangannya. Jadi, jangan
sia-siakan keluarga. Jangan hanya karena ada pertemuan bisnis kalian tidak
menghadiri nikahan sepupu, aiih.
Kelima hal di atas, harusnya
menjadi sesuatu hal yang lebih penting ketimbang bisnis dan pekerjaanku. Selain
itu, mereka sangat layak mendapatkan perhatikan nomor satu daripada bisnis yang
sekarang aku geluti.
Teh Muri juga membagi tips
menetapkan patokan untuk menentukan skala prioritas. Kita harusnya mengerjakan
pekerjaan dengan urutan sebagai berikut :
Penting dan mendesak
Tidak penting dan mendesak
Penting dan tidak mendesak
Tidak penting dan tidak
mendesak
Jika kalian telah mengerjakan
sesuatu sesuai dengan urutan di atas, percaya deh kalian nggak bakalan bingung
lagi. Jadi, kalau dapat profit yang lumayan besar, jangan langsung belanja atau
traktir sana-sini. Coba gunakan dulu untuk hal yang mendesak dan penting,
misalnya gaji karyawan atau membeli stok produk yang udah mau habis.
Nah, sekarang coba deh mulai di
list beberapa aktivitas yang harusnya di skip
dan diganti dengan aktivitas yang jauh lebih penting dan bermanfaat.
Selamat mencoba wahai para pejuang
bisnis!
Medan, 16 Maret 2018, 09:55 WIB
****
FOKUSKAN TARGETMU
![]() |
Rumah Barbie, Kecamatan Guguak, Kota Payakumbuh, Sumatera Barat |
Siapa yang tahun ini harus wisuda?
Siapa yang tahun ini harus nerbitkan
buku ? aku banget euy
Siapa yang tahun ini nikah ? aku, aku,
aku (maksa banget kan ya, hehe)
Wisuda, menerbitkan buku atau menikah
adalah sesuatu yang kita sebut dengan target. Ya, tentunya hanya sebagian kecil
dari berbagai target yang ada di dunia ini. Setiap orang memiliki target,
memiliki keinginan yang harus dipenuhi pada waktu tertentu. Apapun profesinya,
tinggal di dunia belahan mana pun, berapapun usia akan selalu ada target yang
harus dicapai. Bahkan sejatinya hidup ini hanya bentuk pencapaian target-target
kita.
Kenapa sih harus ada target? Analoginya
seperti sebuah permainan sepak bola. Bayangkan saja pemain bola yang sibuk
menggiring bola tanpa tahu dimana gawangnya, nah itu kurang kerjaan banget kan
ya. Nah kira-kira seperti itulah hidup tanpa target. Sesuatu yang tidak
tertarget hasilnya akan kacau dan berantakan. Kita cenderung merasa santai
karena tidak mengetahui sudah sampai mana perjalanan kita, apakah semakin dekat
dengan tujuan atau malahan semakin jauh. Inilah alasan mengapa dalam hidup,
dalam kegiatan, target menjadi hal yang paling prioritas.
Berbisnispun juga memiliki target,
bahkan sangat harus. Pencapaian seperti apa yang ingin kita dapatkan selama
berbisnis? Berapa omset yang harus kita dapatkan setiap bulannya? Target-target
ini akan mengarahkan langkah kita dalam menjalankan bisnis. Ia juga bisa menjadi
pengingat agar kita kembali ke ‘jalan yang benar’ ketika perjalanan bisnis
mulai keluar dari jalan yang seharusnya.
Muncul nih pertanyaan lagi, bagaimana
sih cara membuat target bisnis? Baiklah, aku akan coba sharing di sini. Ilmu ini aku dapatkan dari Teh Muri, mentor
bisnisku yang terhebat, terkeren, ter ter deh pokoknya. Untuk membuat sebuah
target bisnis, kita bisa memulai dengan terlebih dahulu menjawab semua
pertanyaan berikut :
Bertapa target income
bisnis yang ingin dicapai?
Misalnya
saja 3 juta setiap bulan
Berapa omset yang harus didapat agar target income tercapai?
Biasanya
income didapat 20% dari omset
Kapan target bisa dicapai?
Misalnya
saja 31 Desember 2018
Sumber daya apa yang dibutuhkan untuk mencapai target?
Misalnya
admin, bagian marketing
Ilmu apa saja yang dibutuhkan untuk mencapai target?
Misalnya
mengatur tim, training facebook ads
Siapa orang yang bisa membantu mencapai target?
Misalnya
A akan jadi mentor bisnis, tante bantu jahit, suami bantuk anterin paket (eeh
suami? Lupa, kan belum punya suami, aiih)
Strategi apa yang akan digunakan?
Misalnya
perbanyak database, menjaga hubungan dengan pelanggan
Apa komitmen dalam mencapai target?
Misalnya
tidak akan membeli baju, tidak membeli tas baru, nggak jalan-jalan dulu.
Jawaban dari pertanyaan di atas
merupakan target dan strategi dari bisnis kita serta hal-hal apa yang kita
butuhkan dalam mencapai target tersebut. Kamu bisa susun ulang dan sedikit
modifikasi jawaban tersebut sehingga akan menjadi sebuah target yang jelas,
runut dan detail. Ingat, target ini akan mengkomandoi semua aktivitas kita
dalam menjalankan bisnis.
Iih, repot banget deh harus nyusun
target beginian?
Nggak kok, aku udah pernah
ngelakuinnya.
Coba deh dipraktekkan, insya allah gak
jadi repot, malah jadi lebih menyenangkan, Yippi!!
Medan, 26 Februari 2018, 20 : 50
Dan sepertinya aku harus benar-benar
kembali merapikan semua target bisnisku.
***
KEMANA TUJUANMU
![]() |
Candi Prambanan, Yogyakarta |
Langkah pertama untuk memulai sesuatu
adalah menetapkan tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan. Sebut saja kenapa
harus membaca buku dengan judul ini? Atau kenapa harus menghabiskan liburan di
kota tertentu? Kenapa kuliah dengan jurusan itu? Dan tentu masih banyak
kenapa-kenapa yang lainnya. Pertanyaan tersebut akan mengarah kepada sebuah
jawaban yang disebut dengan tujuan.
Tujuan merupakan hal yang penting dari
sebuah kegiatan. Ia menjadi sebuah alasan kenapa aktivitas harus dilakukan, apa
yang harus dilakukan ketika pencapaian tujuan mengalami sebuah kendala. Tujuan
akan memotori setiap aktivitas agar terus berada di jalur yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tanpa ada tujuan, seseorang takkan bersemangat menjalani aktivitasnya,
bahkan mungkin tidak akan melakukan apa-apa karena tidak tahu kenapa harus
melakukan sesuatu. Beberapa orang bisa melakukan aktivitas yang sama, tetapi
tujuannya berbeda. Sebut saja seseorang yang ingin ke kamar mandi. Ada orang
yang tujuannya mandi, ada yang buang air kecil, atau hanya sekadar foto-foto
karena desain kamar mandinya cantik (ayoo, yang suka beginian, heheh). Setiap
orang akan berusaha mati-matian untuk mencapai tujuan tersebut. Jika mengalami
kendala, maka ia akan berusaha agar tujuannya tetap tercapai.
Berbisnispun layaknya memiliki sebuah
tujuan, bahkan harus memiliki tujuan. Kenapa melakukan bisnis? Apa yang ingin
didapatkan dengan memulai sebuah bisnis?. Itulah mengapa, para pebisnis pemula
sangat dianjurkan untuk menetapkan tujuannya dalam berbisnis. Tujuan ini akan
menggiring aktivitas agar terus berada di jalan yang seharusnya. Tujuan ini
juga akan menambah semangat untuk terus bergerak. Semakin fokus tujuan yang
kita buat, semakin besar semangat kita untuk terus mengembangkan bisnis. Nah,
jadi mau dibawa kemana nih hubungan kita?, eh maksudnya mau dibawa kemana
bisnis ini?
Muncul pertanyaan, siapa yang
menetapkan tujuan?. Ya jelas dong, sang owner.
Si empunya bisnis berhak menetapkan tujuan apapun terhadap bisnis yang akan
dijalankannya. Ia bisa merancang tujuannya sendiri, entah itu berasal dari
pengalaman hidupnya atau cita-cita yang diinginkan selama ini, atau bahkan
bercermin dengan tujuan yang orang lain telah lakukan. Boleh saja kita
berpedoman dengan tujuan orang lain, tetapi tetap harus disesuaikan dengan
kapasitas dan keadaan kita ya.
Untuk membuat sebuah tujuan bisnis,
setidaknya orientasikan bisnis untuk selalu mengandung tiga unsur berikut ini:
Tujuan dunia
Tujuan
dunia berupa omset yang ingin diperoleh, jumlah orderan setiap hari, atau
jumlah cabang yang terus bertambah. Tidak hanya menetapkan bilangannya saja,
pebisnis juga seharusnya membuat hal-hal apa saja yang harus dilakukan agar
keuntungan bisa diperoleh, usaha apa yang harus dikerjakan agar orderan terus
bertambah.
Tujuan akhirat
Apa sih
manfaat bisnis yang sedang kita geluti ini untuk kepentingan akhirat kita?
Jangan sampai kita terlalu sibuk mengurusi tujuan dunia dan melupakan tujuan
yang paling penting ini, hehe. apakah ada tabungan amal ketika melakukan bisnis
ini? Atau apakah ada keuntungan bisnis yang kemudian kita alokasikan untuk
kepentingan akhirat? Tuliskan tujuan ini beserta caranya. Apa yang harus kita
lakukan agar tujuan akhiratnya tetap tercapai.
Manfaat bagi orang lain
Apakah
bisnis kita hanya sekadar mesin pencari uang atau telah bermanfaat bagi orang
lain? Apa yang bisa kita berikan kepada orang lain melalui bisnis kita? Apa
yang orang lain dapatkan dari bisnis kita? Kebermanfaatan bagi orang lain akan
sangat mendukung pencapaian tujuan dunia terlebih lagi tujuan akhirat kita.
Benar sebuah pernyataan bahwa tujuan
berbisnis adalah mendapat keuntungan (tujuan dunia). Tapi jangan hanya melulu
soal dunia, karena kita hidup bukan di dunia saja kan ya. Bisnis kita kelak
akan dipertanggungjawabkan di akhirat, itulah mengapa perlu menyisipkan alasan
akhirat ke dalam bisnis kita. Nah, satu
tahapan untuk memulai bisnis sudah bisa dilakukan, yuk mulai ancang-ancang
tujuan berbisnis !!
Medan, 8 Februari 2018, 13 : 27
Free
time banget di kos, daripada mikirin si dia yang gak kunjung
datang, yuk ah hadirkan beberapa tulisan yang menginspirasi.
***
SEBUAH PILIHAN
![]() |
Puncak Lawang, Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat |
“Kamu
kuliahnya jurusan apa?”
---Matematika
“Kalau
tamat kerja apa nanti?”
---Guru
Matematika
“Lalu,
kenapa ikut bisnis juga? Aku kira kamu jurusan manajemen bisnis”
---(tersenyum)
Begitulah
kira-kira percakapan yang terjadi ketika ada orang yang mengetahui bahwa aku
adalah seorang online seller. Ya, aku
adalah penjual online. Menurut kalian apa yang aku rasakan ketika mereka
mempertanyakanku tentang profesiku yang satu ini? Sedih? Gak juga. Bangga? Dari
mana bangganya coba. Dianggap remeh? Sedikitlah.
Menjadi
seorang online seller memang bukan
impian yang aku idam-idamkan. Karena cita-citaku sedari kecil adalah menjadi
seorang guru dan seorang penulis. Hanya itu, gak berubah, aku mah konsisten
banget dengan cita-cita, hehe. Lalu apa yang mengantarkanku menjadi seperti
ini? Lingkungan, kurasa. Orang tuaku memiliki kedai harian di rumah, sehingga
aku sangat terbiasa dengan transaksi jual beli, dan dari kecil aku juga suka
menjualkan es tebu hasil racikan Bunda ke pertandingan volly di kampungku. Kemudian
ketika aku mulai melanjutkan sekolah dan hidup merantau aku mulai melupakan
kebiasaan itu. Sehingga sampailah hari ini ketika aku membuat keputusan besar
bahwa aku harus menjadi seorang online
seller.
Mengambil
bagian menjadi seorang online seller
bukan hal yang tiba-tiba aku putuskan, bukan sekadar ikutan zaman karena semua
orang sedang ‘latah’ dengan jualan online atau mencari sebuah eksistensi
apalagi ajang tipu-tipu. BUKAN. Ada sederetan alasan yang membuatku dan mereka
yang lainnya untuk mengambil sebuah keputusan besar ini. Keputusan besar? Ya,
menurutku menjadi seorang online seller
adalah sebuah keputusan yang besar. Keputusan untuk menyediakan separuh waktu,
eeh, hampir semua waktu untuk mengurusi bisnis kecilnya. Keputusan untuk siap
menerima omelan dari para customer.
Keputusan untuk siap nganterin orderan kesana kemari. Keputusan untuk siap
sibuk membalasi semua chat customer
yang nanya ukuran atau warna dan ujug-ujug malahan gak jadi beli (eeh, kok jadi
curhat ya). Begitulah, sebuah keputusan yang besar.
Menjadi
seorang online seller adalah sebuah
pilihan. Kita bisa saja ikut dan berperan di dalamnya atau bisa menjadi
penikmatnya saja. Tidak ada yang salah. Tidak semua orang harus ambil bagian
jadi online seller, coba deh bayangin
kalau semuanya jadi online seller, siapa
yang beli coba, hehehe. Sekali lagi ini hanya untuk mereka yang memilih menjadi
seorang online seller.
Mereka
siapa? Mereka yang tidak betah dengan kungkungan aturan kantor, mereka yang
harus resign demi mengurusi rumah tangga
dan anak-anaknya, mereka yang menyiarkan sesuatu lewat jualannya, mereka yang
menekan keinginan untuk terus belanja, atau mereka yang terimpit beban ekonomi.
Ada banyak alasan yang menjadikan banyak orang memilih online seller sebagai salah satu profesi sampingan bahkan profesi
utama mereka.
Jika
kalian merasa tertarik dengan profesi ini, maka temukan alasan kenapa kalian
ingin menggelutinya. Jangan hanya terprovokasi oleh teman yang sukses, banyak
uang, jalan-jalan kemana saja. Ingat! Bisnis itu tak selamanya akan sukses
layaknya orang-orang itu, bisnis itu bukan berarti tidak mungkin gagal atau collapse. Atau jangan hanya sekadar
coba-coba, eeh elu pikir ini undian berhadiah, yang digosok tiba-tiba menang
mobil, hehe. Hidup ini terlalu murahan jika kita hanya beralasan coba-coba.
Pikirkan yang matang, kenapa ingin menjadi online
seller?
Jadi,
temukan alasan yang tepat ketika memutuskan untuk mengambil bagian menjadi
seorang online seller. Luruskan niat
dan terus perbarui niat. Karena selama proses membangun bisnis yang kecil itu
ada banyak rintangan yang dihadapi, sehingga butuh azzam dan tekad yang kuat.
Niat, menjadi sesuatu yang harus terus diperbaiki selama proses itu berlangsung
agar semangat tetap terjaga, agar langkah tetap berada di koridor yang
seharusnya. Dan yang paling penting, niatkan semuanya karena Allah. Jika niat
kita karena Allah, in sya Allah, akan dibantu oleh Allah, akan dimudahkan oleh
Allah, dan akan mendapat berkah di setiap aktvitas yang kita lakukan. Uang
datang, berkah Allah pun mengalir. Masha Allah.
Yang
mau join online seller dan
nanya-nanya silakan email langsung atau kepoin semua sosial mediaku. Insya
allah akan aku tanggapi. Selamat mencoba para pejuang bisnis.
Medan,
18 Januari 2018. 16:01 WIB
Hari
ini mendung menyelimuti kota Medan. Begitupun hatiku. Entah kenapa telepon
seseorang tadi pagi merusak total semua moodku
hari ini. Kenapa ini? Sepertinya Allah sedang rindu, sepertinya Allah sedang
cemburu kenapa aku masih menceritakan masalahku dengan makhluk Nya. Ya Robbi, Zholamtu Nafsii, Faghfirlii.
No comments:
Post a Comment