PARTNER KERJA
***
UNTUK APA MATEMATIKA?
![]() |
Bukber with TIF Pagi B at Marelan, North Sumatera |
Siapa mereka?
Teman satu SMA? Teman kuliah? Atau teman kerja?
Bukan. Sama sekali bukan. Mereka adalah mahasiswaku.
Ahh, jika kalian hendak mengatakan bahwa wajah kami yang hampir seumuran, oh please jangan lakukan ya ! Aku sudah
terlalu sering mendapat pujian seperti itu, hehehe.
Ya, mereka adalah mahasiswaku. Mereka adalah
orang-orang yang dengan sukarela dan terpaksa memasang kedua telinga
mendengarkan penjelasan materiku di depan kelas. Mereka juga yang berbesar hati
mengerjakan tugas yang aku berikan dalam jumlah yang tiada tara. Mereka juga
yang berlapang dada ketika aku tiba-tiba memberitahukan keberhalanganku hadir
secara mendadak (maafkeun ya guys). Dan mereka juga lah yang duduk diam mendengar
semua ungkapan kekesalan ketika aku lagi bête tingkat dewa. Hahaha.
Tapi buatku mereka bukan hanya sekadar mahasiswa
belaka. Bukan hanya orang-orang yang aku ajari ilmu matematika setiap seminggu
sekali. Mereka juga bukan hanya orang-orang yang nasibnya berada pada ujung
pena nilai yang akan aku berikan. Mereka juga buka hanya orang-orang yang
dengan sesuka hatiku bisa aku lakukan segala hal, entah memarahi, entah
menyuruh ini itu.
Bagiku, mereka adalah pelukis senyumku saat sederetan
dedline kampus berseliweran di kepala. Percaya lah, tingkah konyol mereka,
candaan remeh mereka adalah hiburan terbaik yang pernah ada. Kadang aku begitu
kesal karena suatu masalah, tetapi ketika memasuki kelas mereka, mulai
mendistribusikan ilmu kepada mereka, kok ya rasa kesal, marah dan sedih itu
berkurang ya? Seolah bersama mereka adalah anastesi terbaik ketika sakit ini
mulai terasa. Saking luar biasanya mereka, bahkan mereka mampu mengganti lukaku
dengan bahagia, atau menghadirkan senyum di tengah badai yang melanda.
Mereka juga adalah wayang terbaik dalam opera yang
dimainkan. Mereka siap bertingkah konyol, melemparkan guyonan terbaik, candaan
berkelas ketika suasana di kelas mulai gerah dan panas. Mereka bahkan tahu
kalau suasana hatiku sedang tidak bersahabat. Lalu mereka akan berupaya
menghancurkan gunung kegelisahan itu dengan berbagai cara. Sehingga tanpa aku
sadari gunung itu telah meleleh, Masha Allah.
Itulah mengapa, bagiku mereka bukan hanya sekadar
mahasiswa. Bagiku mereka adalah partner kerja. Ya. Mereka yang membersamai
hari-hariku di kampus. Mereka yang aku jumpai di lorong-lorong kampus. Bukankah
itu definsi lain dari partner kerja kan?
Dan foto ini juga berhasil menjadikan aku sebagai
partner kerja terbaiknya. Lihat saja, mereka berhasil menculikku hari ini.
Membuat sebuah janji buka bersama yang telah direncanakan dengan baik. Dan
entah kenapa aku dengan sigap mengiyakan undangan buka bersama dari mereka.
Tanpa aku peduli dimana tempat buka bersama itu diadakan, entah bagaimana
caranya agar aku sampai di tempat itu atau siapa yang akan mengantarku pulang
di tengah malam setelah acara itu? Aku sama sekali tidak memusingkan hal itu.
Dan benar sajalah. Ternyata partner kerja terbaik ini
telah mempersiapkan itu semua. Dengan mengutus salah seorang dari mereka yang
siap mengantar dan menjemputku. Oh Liza, thank
you so much. Kalau gak ada Liza, gak tahu nih nasib perjalanan pulang pergi
ku ke tempat itu.
Perjalanan dengan Liza benar-benar luar biasa. Kami
tuh mendadak banget berangkat ke tempat bukbernya. Karena Liza yang juga harus
mempersiapkan buka puasa di rumahnya, belum lagi dia yang tersesat menemuka kos
kosan kecilku. Hehehe. Alhasil kami baru berangkat sekitar 20 menit menjelang
waktu berbuka tiba. Oh my god.
Padahal perjalanan ke tempat bukber itu hampir 45 menit lho. Belum lagi macet
karena sore begini adalah jam pulang kantor semua orang.
Tapi tenaaang, kami tidak harus berkecil hati atau
patah semangat. Setelah berhasil mendaki gunung dan melewati lembah, saling
berebutan jalan dengan kendaraan lain, dan terpaksa berbesar hati dengan
berbuka di pinggir jalan, kami sampai ke tempat buka bersama ini. Jujur ya, aku
baru ngeh kalau Marelan itu jauuuuuhh banget. Karena pegal banget pinggangku
melewati perjalanan panjang ala Ninja Hatori.
Semua itu terbayarkan kok. Dengan sikap mereka yang
sigap menyediakan tempat duduk istimewa, menyediakan bukaan special untukku.
Luarrr biassa. Dan di akhir kebersamaan kami, akhirnya foto-foto ini adalah
penutupnya. Hadir di tengah mereka benar-benar membuat aku merasa muda.
Benaraaan deh. Hahahahaha.
Terima kasih untuk undangan buka puasa yang berkesan
ini ya guys. Aku tahu, akan susah untuk menghadiri acara buka puasa bersama
kalian lagi. Tetapi yakinlah, acara ini akan selalu tersimpan dan terkenang
dalam setiap memori otakku.
Medan, 10 Juni 2019, 09 : 57 WIB
Pas buka galeri laptop, terus terpampang foto bersama
mereka. Kok ya jadi pengen nulis sesuatu tentang mereka ya.
***
UNTUK APA MATEMATIKA?
![]() |
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan |
6 Mei 2017
Aku melintasi kawasan
Universitas Negeri Medan. Ya, waktu itu pagi-pagi sekali. Aku menuju ke sebuah
gedung bertuliskan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Terlihat
beberapa orang berkerumun menuju ke sebuah ruangan di lantai tiga. Ahh, sepertinya tujuan kami sama,
batinku. Aku pun mengikuti langkah mereka. Sesampainya di lantai tiga, beberapa
orang dengan id card menggantung di
lehernya mengarahkanku untuk mengisi beberapa data dan menyelesaikan
administrasi. Aku menurut. Hingga aku diinstruksikan untuk memasuki ruangan
besar, ya kurang lebih seperti aula.
Di dalamnya aku melihat
ratusan kursi telah disusun menghadap ke sebuah panggung. Ada banyak orang yang
telah duduk di kursi. Saling bercengkrama dengan teman sebelahnya. Ada juga
yang menikmati kue pemberian panita, bahkan ada juga yang sibuk dengan smartphone nya. Aku terpaksa duduk di
kursi belakang. Huffht, batinku.
Padahal aku rasanya udah (lumayan) cepat menghadiri acara ini, tetapi ada
mereka yang jauh lebih cepat datang dariku. Alhasil aku terpaksa duduk di kursi
barisan belakang. Aku meletakkan ransel dan menyisir pandangan ke seluruh
ruangan. Penglihatanku terhenti di sebuah spanduk bertuliskan “Seminar Nasional Matematika”
Ya, aku sedang mengikuti salah
satu ritual (izinkan aku menyebutnya begitu) seorang dosen. Menjadi dosen bukan
hanya mengajar di kelas, membimbing mahasiswa, mencoret-coret skripsi mahasiswa
apalagi sekadar memberi tugas lalu kabur dari kampus, astaghfirullah. Ada
beberapa kewajiban yang harus diikuti oleh dosen lho. Salah satunya adalah
menjadi pembicara di seminar nasional atau internasional dengan targetnya adalah
menghasilkan prosiding. Jadi, jika
kalian sering beranggapan bahwa dosen itu pekerjannya enak, duduk-duduk saja,
eitss, coba cek kembali ya.
Tidak ada yang menarik dari
acara seminar nasional ini. Well, mungkin
karena aku sudah sangat sering mengikuti yang beginian, jadinya ya gitu. There is nothing special lah. Semuanya
berjalan layaknya seminar seperti biasa. Sampai akhirnya salah seorang
pembicara dari ITB mulai mengambil alih acara seminar itu. Ia akan menyampaikan
beberapa penjelasannya tentang matematika dan pengalamannya selama
ber-matematika.
Ialah ia, bapak Dr. Saladin
Uttungadewa. Salah seorang pengajar dan praktisi matematika dari Institut
Teknologi Bandung. Suasana seketika mencair ketika beliau menyampaikan orasi
ilmiahnya. Tentu saja aku tidak akan menceritakan perihal matematika yang akan
memusingkan kepala kalian. Aku akan sharing
sebuah cerita menarik yang beliau ceritakan sebagai opening story kami.
Cerita ini khusus untuk
kalian, orang-orang yang berkutat dengan matematika. Para praktisi matematika,
dosen matematika serta mahasiswa matematika, dan terlebih lagi untukku juga.
Ahh, cerita ini juga sering aku alami ketika pertama kali memutuskan untuk
menjadikan matematika sebagai salah satu bagian dari hidupku.
Banyak yang bertanya, apa yang
bisa dikerjakan oleh para mahasiswa matematika ketika ia sudah menyelesaikan
kuliah matematika? Apa sih yang bisa dilakukan dengan matematika? Menjadi guru
tentu adalah pilihan yang cukup bagus. Sayangnya, tidak semua orang berminat
dan berbakat untuk mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain.
Sehingga menjadi guru bukan pekerjaan yang didambakan. Hingga akhirnya
pertanyaan itu muncul lagi, apa yang bisa dilakukan oleh matematika? Pekerjaan
seperti apa yang membutuhkan kemampuan matematika secara general?
Doktor ITB ini juga bingung
untuk menjelaskan perihal ini kepada orang lain. Jangankan kepada orang lain,
ia sendiri juga bingung tentang kegunaan matematika yang dipelajarinya. Ia
mencoba menemukan jawaban itu selama kuliah. Apakah ia menemukannya? Tidak.
Bahkan sampai tamat kuliah, pak Saladin tidak menemukan jawaban apa kegunaan
matematika.
Hingga akhirnya beliau memutuskan untuk melanjutkan S2. Tentunya
dengan asumsi bahwa ia akan bisa menjawab pertanyaan itu dengan baik dan benar.
Sayangnya TIDAK. Beliau masih kebingungan dengan segala pertanyaan yang terus
menghantuinya selama ini.
Masih bosan menghadapi
kebingungan itu, akhirnya S3 di Belanda pun menjadi pilihan beliau. Berburu ke
negeri kincir angin benar-benar membuka cakrawala pikirannya mengenai
matematika seutuhnya. Beliau akhirnya menemukan bahwa matematika bukan sekadar
ilmu hitung yang melibatkan perhitungan yang rumit. Beliau tahu betapa
pentingnya ilmu matematika di dalam kehidupan sehari-hari. Betapa banyak
orang-orang yang tidak menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi di dalam
hidup adalah sebuah masalah matematika. Dan tentu saja harus diselesaikan
secara matematika.
Incredible
opening story sir. Jujur, aku
kagum dengan mereka yang benar-benar concern
menemukan hakikat ilmu yang dipelajari. Betapa hebatnya perjuangan sang doktor
satu ini untuk memenuhi rasa ingin
tahunya yang begitu besar. Sebuah pesan tersirat yang disampaikan oleh DR.
Saladin. Jika kamu masih bingung tentang sesuatu hal, maka teruslah belajar. Puaskan
rasa ingin tahumu dengan belajar. Jika ternyata proses belajar itu masih
membingungkan dirimu juga, maka ada baiknya kamu kuliah (lagi). Dan apakah ini
saatnya bagiku untuk kuliah lagi? Karena sepertinya belajar tidak berpengaruh
besar memenuhi rasa ingin tahuku. Yuk ahh, cari beasiswa!!
Medan, 18 Juli 2018, 09:38
Tulisan ini diselesaikan
ketika mengawas Ujian Akhir Semester mata kuliah Kalkulus 2 kelas TIF Pagi D,
Universitas Potensi Utama.
No comments:
Post a Comment