Judul : Harga Sebuah Percaya
Penulis :
Tere Liye
Penerbit :
Mahaka Publishing
Halaman :
298
Aku mematung begitu lama di
depan rak buku yang menyajikan semua buku karangan Tere Liye. Menyisir semua
buku yang terpajang satu per satu. Mengamati judul buku dan membaca sinopsis
yang terdapat di sampul belakang buku. Perasaan bingung mulai menghantuiku. Aku
begitu bingung harus memasukkan buku yang mana ke dalam keranjang belanjaanku. Well, sebenarnya ingin memasukkan semua
buku Tere Liye ke dalam keranjang belanjaan, tetapi apa daya, budget dan
keinginan sedang tidak linear, sedang tidak sinkron. Hehehe. Alhasil aku
benar-benar harus memutuskan memilih buku yang mana. Beneran, ini tuh susah
banget. Aah, memang pada dasarnya aku adalah orang yang susah menentukan
pilihan, eeh.
Akhirnya tangan kecilku ini
(ini bukan sok imut ya, tapi beneran tanganku ini kecil, hehe) menggenggam buku
ini. Entah kenapa dari semua buku Tere Liye aku begitu prefer sama yang ini. Mungkin karena warna cover buku ini. Ahh, karena memang dasarnya aku tuh visual banget,
jadi hal pertama yang aku lihat dari sesuatu itu adalah penampilan. Walau
banyak pepatah yang mengatakan dont judge
the books by its cover, tapi aku tuh tetap gak bisa. Hehehe. Entah kenapa cover buku ini yang terdiri dari
perpaduan warna pastel ini begitu membuatku jatuh cinta, kok kayaknya lembut
dan menenangkan ya. Dan yang paling membuat gemes itu adalah judulnya. Aku
begitu tertarik dengan judul yang tercantum di halaman cover. Aku rasa mungkin karena akhir-akhir ini aku kekurangan rasa
percaya kali ya, hihihi. Makanya aku begitu tertarik dengan sesuatu yang
berhubungan dengan rasa percaya, hehe.
Ialah Jim, seorang pemuda desa
di sebuah benua utara. Seorang pemain biola, sebatang kara, hidup dalam belas
kasihan orang lain dan tidak berpendidikan. Bahkan ia tidak mengerti dengan
tulis baca. Ia hanya memiliki kemampuan bermusik yang bagus dan hati yang tulus
serta jauh dari prasangka. Sehari-harinya ia bermain musik di pernikahan orang-orang
di desanya. Menghibur orang dengan musiknya yang memukau. Itu sudah lebih cukup
bagi seorang Jim.
Hingga sebuah pernikahan
mempertemukannya dengan seorang gadis yang menarik hatinya, Nayla. Mereka
bahkan saling jatuh cinta dan berjanji untuk menikah. Bahkan Nayla, yang
notaebene nya adalah anak bangsawan negeri seberang tidak memperdulikan status
sosial mereka yang sangat berbeda jauh. Mereka berdua benar-benar larut dalam
romansa cinta.
Sayangnya, kekuatan cinta
mereka diuji ketika Nayla harus menikah dengan lelaki pilihan keluarganya.
Konflik mulai datang. Nayla meminta ketegasan Jim untuk membawanya kabur dari
perjodohan itu. Bagi Jim tentu itu bukan hal yang mudah. Ia bahkan tidak punya
nyali untuk membawa pergi gadis yang dicintainya itu. Hingga akhirnya Jim tetap
termenung dalam kepengecutannya.
Dan begitulah, sampai akhirnya
Nayla memutuskan untuk meminum racun dan meninggal. Menyisakan Jim yang masih menyesali
kepengecutannya. Merasa tiada berguna lagi, Jim juga ingin mengakhiri hidupnya.
Ia mempersiapkan sebotol racun dan menggantung tali. Tetapi Jim adalah seorang
lelaki pengecut yang bahkan sangat tidak berani menghadapi maut. Dalam
penyesalan itu, Jim didatangi oleh seorang lelaki tua yang mengaku dirinya
‘Sang Penandai”.
Sang Penandai ialah orang yang
membuat dongeng dan menjaga dongeng agar terus diwariskan kepada generasi
berikutnya. Mengapa ia mendatangi Jim? Karena Jim terpilih untuk menciptakan
sebuah dongeng yang akan dikenang oleh generasi berikutnya. Antara percaya dan
tidak percaya Jim mendengarkan penjelasan lelaki tua itu. Apalagi untuk pemuda
yang tidak berpendidikan, memahami hal yang rumit seperti itu sangat
menyusahkannya.
Kira-kira apa yang dilakukan
lelaki tua itu terhadap Jim? Dongeng seperti apa yang akan Jim ciptakan?
Bagaimana perjalanan Jim dengan armada empat puluh dalam menemukan tanah harapan? Apakah Nayla benar-benar
bunuh diri ketika itu? Apakah Jim akan bertemu kembali dengan Nayla?
Menurutku ini bukan sekadar
novel romantis belaka, tetapi ia sarat dengan nilai kehidupan. Tentang
bagaimana kekuatan sebuah percaya. Lihat Jim yang percaya bahwa ia harus ikut
armada empat puluh, Jim percaya bahwa ia bisa melewati semua perjuangan untuk
menemukan akhir dari dongengnya. Jim benar-benar mengajarkan tentang harga
sebuah kepercayaan. Tidak hanya itu novel ini juga mengajarkan bahwa kita harus
bersabar atas semua usaha yang telah dilakukan dan harusnya tegar menghadapi
berbagai cobaan.
Walau fokus novel ini adalah
bagaimana Jim menyembuhkan luka atas kehilangan Nayla. Aku bahkan bisa
mendapatkan banyak pesan dari setiap paragrafnya. Tere Liye bukan sekadar
menceritakan seorang pemuda yang galau. Tetapi lebih kepada pemuda yang move on dari masa lalunya, menjadi
pemuda yang tidak lagi pengecut dan lebih berpendidikan. Tentang bagaimana agar
seharusnya kita harus percaya dengan setiap takdir yang sedang Tuhan berikan
kepada kita. Karena takdir yang Tuhan berikan adalah dongeng yang harus kita
selesaikan dan itu adalah dongeng terindah. Maka, apapun dongeng kalian
sekarang, selesaikanlah!. Tere Liye, seperti biasanya benar-benar memukau dan
luar biasa. *angkat topi*
Medan, 07 Juli 2018, 15.21
Kalau udah baca novelnya Tere
Liye jadi semangat juga nulis novel seperti beliau.
Huaaa, can i ?
No comments:
Post a Comment