Monday, 9 July 2018

Resensi : Harga Sebuah Percaya



Judul            : Harga Sebuah Percaya
Penulis          : Tere Liye
Penerbit         : Mahaka Publishing
Halaman         : 298

Aku mematung begitu lama di depan rak buku yang menyajikan semua buku karangan Tere Liye. Menyisir semua buku yang terpajang satu per satu. Mengamati judul buku dan membaca sinopsis yang terdapat di sampul belakang buku. Perasaan bingung mulai menghantuiku. Aku begitu bingung harus memasukkan buku yang mana ke dalam keranjang belanjaanku. Well, sebenarnya ingin memasukkan semua buku Tere Liye ke dalam keranjang belanjaan, tetapi apa daya, budget dan keinginan sedang tidak linear, sedang tidak sinkron. Hehehe. Alhasil aku benar-benar harus memutuskan memilih buku yang mana. Beneran, ini tuh susah banget. Aah, memang pada dasarnya aku adalah orang yang susah menentukan pilihan, eeh.

Akhirnya tangan kecilku ini (ini bukan sok imut ya, tapi beneran tanganku ini kecil, hehe) menggenggam buku ini. Entah kenapa dari semua buku Tere Liye aku begitu prefer sama yang ini. Mungkin karena warna cover buku ini. Ahh, karena memang dasarnya aku tuh visual banget, jadi hal pertama yang aku lihat dari sesuatu itu adalah penampilan. Walau banyak pepatah yang mengatakan dont judge the books by its cover, tapi aku tuh tetap gak bisa. Hehehe. Entah kenapa cover buku ini yang terdiri dari perpaduan warna pastel ini begitu membuatku jatuh cinta, kok kayaknya lembut dan menenangkan ya. Dan yang paling membuat gemes itu adalah judulnya. Aku begitu tertarik dengan judul yang tercantum di halaman cover. Aku rasa mungkin karena akhir-akhir ini aku kekurangan rasa percaya kali ya, hihihi. Makanya aku begitu tertarik dengan sesuatu yang berhubungan dengan rasa percaya, hehe.

Ialah Jim, seorang pemuda desa di sebuah benua utara. Seorang pemain biola, sebatang kara, hidup dalam belas kasihan orang lain dan tidak berpendidikan. Bahkan ia tidak mengerti dengan tulis baca. Ia hanya memiliki kemampuan bermusik yang bagus dan hati yang tulus serta jauh dari prasangka. Sehari-harinya ia bermain musik di pernikahan orang-orang di desanya. Menghibur orang dengan musiknya yang memukau. Itu sudah lebih cukup bagi seorang Jim.

Hingga sebuah pernikahan mempertemukannya dengan seorang gadis yang menarik hatinya, Nayla. Mereka bahkan saling jatuh cinta dan berjanji untuk menikah. Bahkan Nayla, yang notaebene nya adalah anak bangsawan negeri seberang tidak memperdulikan status sosial mereka yang sangat berbeda jauh. Mereka berdua benar-benar larut dalam romansa cinta.

Sayangnya, kekuatan cinta mereka diuji ketika Nayla harus menikah dengan lelaki pilihan keluarganya. Konflik mulai datang. Nayla meminta ketegasan Jim untuk membawanya kabur dari perjodohan itu. Bagi Jim tentu itu bukan hal yang mudah. Ia bahkan tidak punya nyali untuk membawa pergi gadis yang dicintainya itu. Hingga akhirnya Jim tetap termenung dalam kepengecutannya.
Dan begitulah, sampai akhirnya Nayla memutuskan untuk meminum racun dan meninggal. Menyisakan Jim yang masih menyesali kepengecutannya. Merasa tiada berguna lagi, Jim juga ingin mengakhiri hidupnya. Ia mempersiapkan sebotol racun dan menggantung tali. Tetapi Jim adalah seorang lelaki pengecut yang bahkan sangat tidak berani menghadapi maut. Dalam penyesalan itu, Jim didatangi oleh seorang lelaki tua yang mengaku dirinya ‘Sang Penandai”.

Sang Penandai ialah orang yang membuat dongeng dan menjaga dongeng agar terus diwariskan kepada generasi berikutnya. Mengapa ia mendatangi Jim? Karena Jim terpilih untuk menciptakan sebuah dongeng yang akan dikenang oleh generasi berikutnya. Antara percaya dan tidak percaya Jim mendengarkan penjelasan lelaki tua itu. Apalagi untuk pemuda yang tidak berpendidikan, memahami hal yang rumit seperti itu sangat menyusahkannya.

Kira-kira apa yang dilakukan lelaki tua itu terhadap Jim? Dongeng seperti apa yang akan Jim ciptakan? Bagaimana perjalanan Jim dengan armada empat puluh dalam menemukan tanah harapan? Apakah Nayla benar-benar bunuh diri ketika itu? Apakah Jim akan bertemu kembali dengan Nayla?

Menurutku ini bukan sekadar novel romantis belaka, tetapi ia sarat dengan nilai kehidupan. Tentang bagaimana kekuatan sebuah percaya. Lihat Jim yang percaya bahwa ia harus ikut armada empat puluh, Jim percaya bahwa ia bisa melewati semua perjuangan untuk menemukan akhir dari dongengnya. Jim benar-benar mengajarkan tentang harga sebuah kepercayaan. Tidak hanya itu novel ini juga mengajarkan bahwa kita harus bersabar atas semua usaha yang telah dilakukan dan harusnya tegar menghadapi berbagai cobaan.

Walau fokus novel ini adalah bagaimana Jim menyembuhkan luka atas kehilangan Nayla. Aku bahkan bisa mendapatkan banyak pesan dari setiap paragrafnya. Tere Liye bukan sekadar menceritakan seorang pemuda yang galau. Tetapi lebih kepada pemuda yang move on dari masa lalunya, menjadi pemuda yang tidak lagi pengecut dan lebih berpendidikan. Tentang bagaimana agar seharusnya kita harus percaya dengan setiap takdir yang sedang Tuhan berikan kepada kita. Karena takdir yang Tuhan berikan adalah dongeng yang harus kita selesaikan dan itu adalah dongeng terindah. Maka, apapun dongeng kalian sekarang, selesaikanlah!. Tere Liye, seperti biasanya benar-benar memukau dan luar biasa. *angkat topi*




Medan, 07 Juli 2018, 15.21
Kalau udah baca novelnya Tere Liye jadi semangat juga nulis novel seperti beliau.
Huaaa, can i ?

No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...