. . .If You Want something You`ve never had, You Must be Willing To do Something You`ve never done. .
Monday, 20 December 2021
DIAM-DIAM SUKA (FINAL PART)
Wednesday, 8 December 2021
DIAM-DIAM SUKA (PART 3)
Tuesday, 23 November 2021
DIAM-DIAM SUKA (PART 2)
Wednesday, 20 October 2021
DIAM-DIAM SUKA (PART 1)
Sunday, 12 September 2021
HAI BADUT
Thursday, 4 February 2021
Teruslah Bergerak
Memastikan diri untuk selalu
bergerak menjadi hal yang patut untuk dilakukan. Melalui pergerakan inilah kita
membangun masa depan, membina harapan dan merancang mimpi-mimpi agar menjadi
nyata. Untuk itulah, mengapa kita dituntut untuk terus bergerak. Bagaimanapun
kondisi, situasi, tetaplah bergerak.
Walau belum sukses, kita bahkan disuruh untuk terus bergerak. Walau belum berhasil, terus saja bergerak. Walau belum menjadi seseorang yang benar-benar “baik” kita tetap harus bergerak. Bergerak seperti apa? Ya bergerak dalam hal positif. Bergerak terus dalam membangun mimpi yang masih tertunda. Bergerak terus menjadi pribadi yang baik.
Jadi, yuk bisa yuk. Wahai diri yang mimpinya tengah menggantung di langit-langit dunia. Jangan pundung. Yuk kita terus bergerak mencapai mimpi-mimpi tersebut. Maksimalkan usaha, kencangkan doa.
Wahai diri yang asa nya masih direbut orang. Usap air mata, hentikan nestapa. Jadikan ia sebagai cambuk semangat. Bangun kembali segala harapan dan asa. Percayalah bahwa harapan itu masih ada
Wahai diri yang doa-doanya masih terkatung-katung. Yang masih menunggu jawaban atas doa-doa yang terus didengungkan. Sabarlah dan jangan pernah berhenti berdoa. Masalah dikabulkan, itu hanya soal waktu saja. Percayalah, insya allah sebentar lagi, sebentar lagi.
Wahai diri yang merasa bahwa pintu kesuksesan itu masih jauuuuuh sekali. Tetap semangat mengejarnya. Ia terlihat jauh hanya karena kita belum sampai di depannya. Jika kita terus berjalan dengan semangat dan tiada henti, percayalah pintu kesuksesan itu akan terlihat dekat dan semakin dekat.
Wahai diri yang sedang dalam proses hijrah menjadi sebaik-baik hamba Robb nya. Teruslah bersinar dalam jalan kebaikan itu. Abaikan segala omongan dan cercaan. Yakinlah bahwa Allah menilai setiap perubahan yang tengah engkau lakukan.
Tak perlu terburu-buru dalam bergerak. Jangan sesekali menyamakan gerakan kaki mu dengan orang lain. Jika tak mampu berlari kencang, kan kita bisa berlari pelan. Yaa, ala-ala maraton jarak jauh. Jika memang tak bisa berlari pelan, sungguh berjalan pun tak apa. Jika memang bahkan tak kuasa berjalan, maka merangkaklah. Tak apa jika memang harus pelan sekali. Yang penting kau berjalan saja terus. Berjalan ke depan menuju impian yang ingin kau wujudkan.
Satu hal lagi yang perlu kau ingat. Jika perjalananmu terasa melelahkan, jika gerakmu memayahkan diri, mungkin kau perlu berhenti sejenak. Ya, ambil nafas, temukan jeda. Setidaknya jadikan pemberhentian ini sebagai proses perenungan dari setiap langkah yang telah kau ambil. Jadikan ia sebagai sarana belajar dari semua kesalahan yang pernah kau lakukan di masa lalu. Jadikan ia sebagai ajang bentuk syukur atas perjalanan yang telah kau tempuh.
Jangan terlena dalam peristirahatanmu. Kembali lagi tatap masa depanmu. Bisikkan diri, apa yang belum saya lakukan ya? Apa yang harus saya perbaiki? Apa tindakan saya selanjutnya? Dan jika sudah cukup dengan istirahatmu, jika energi dan kekuatanmu sudah kembali terisi, bergeraklah lagi. Kembalilah perjuangkan mimpi-mimpi mu.
Medan, 5 Februari 2021, 11 :
57
Foto ini diambil entah
beberapa tahun yang lalu. Kala itu kamu tengah berhenti melepas lelah karena
mengelilingi lapangan merdeka. Ahh, betapa lemahnya diri ini, lapangan merdeka
aja udah capek, hehehe. Btw, aku merindukan pemilk kaos kaki ini, entah kapan
bisa bertemu lagi, entah kapan bisa bercerita lagi
Monday, 1 February 2021
Pahlawan
Thursday, 14 January 2021
Daripada Zina
Jika aku bertanya “Apa tujuan kalian menikah?”. Kalian akan menjawab apa? Ya, terlepas lah apakah kalian belum atau sudah menikah. Kira-kira mengapa sih kalian menikah?
Beberapa orang menikah dengan alasan yang (sedikit) absurd menurutku. Setidaknya begini redaksi jawaban mereka ketika kutanya mengapa mereka memilih untuk menikah;
Daripada aku berzina, mending nikah aja. Jauh lebih halal kan? Gak dosa
Well, sebenarnya tidak ada yang salah dengan alasan itu. Karena salah satu hikmah dari pernikahan adalah menghindarkan anak manusia dari perbuatan zina. Tetapi gimana ya? Agak sulit rasanya membenarkan anjuran menikah hanya dengan alasan daripada zina. Entahlah, aku merasa alasan ini terkesan seperti pemb-biar-an dan lepas tangan.
Jika banyak orang yang menjadikan hal ini sebagai alasan mereka untuk menikah, sungguh sangat memilukan. Aku merasa kok lucu gitu ya, motivasi mereka menikah adalah supaya gak zina. Menurutku, terlalu remeh banget alasan tersebut untuk membangun sebuah pernikahan. Dan bagaimana mungkin memulai sesuai dengan pondasi yang sangat rapuh seperti itu? Aku tegaskan sekali lagi bahwa menikah bukan sekadar mencari teman tidur yang halal.
Alasan “daripada” zina sungguh terkesan emosional di telingaku. Lalu coba bayangkan dua orang yang memulai sesuatu dengan emosional? Lalu bagaimana masalah setelah menikah nanti bisa diatasi oleh dua orang yang belum matang secara emosi? Apakah pernikahan semacam ini juga akan melahirkan emosional yang baru?
Lalu, apakah tidak boleh
menikah karena memang ingin menghindari
zina?
Boleh saja sih menikah untuk menghindari zina, tapi hmm, apakah memang kondisinya sudah segitu tidak tertahankan lagi? Sehingga zina menjadi tameng pernikahanmu?
Itu masih satu alasan remeh kebanyakan orang ketika ditanya mengapa ia menikah. Belum lagi alasan-alasan laiinya misalnya sangat mencintai pasangan, takut dibilang gak laku, memang sudah masanya untuk menikah atau bawaan takdir. Sungguh, alasan yang sangat emosional sekali bukan?
Bukan berarti tidak boleh menjadikan alasan emosional sebagai pondasi pernikahan. Hanya saja, alangkah lebih baik dan alangkah bijaksananya jika kita memulai proses pernikahan itu dengan alasan yang menguatkan, alasan yang baik, bukan lagi sesederhana “daripada zina”.
Buat yang belum menikah, yuk luruskan lagi niatnya, kenapa harus menikah? Bangunlah pernikahan kalian di atas pondasi yang kokoh. Ingat, bahwa pernikahan itu ibadah terlama sepanjang hidup, jadi please jangan main-main. Persiapkan dengan matang pernikahan kalian, bukan pestanya, undangan atau honeymoonnya. Melainkan konsep menikah di mata kalian dan pasangan.
Dan buat yang sudah menikah,
yuk kembali perbaiki pondasi pernikahan. Belum terlambat jika memang ada niat
untuk menguatkan pondasi pernikahan. Bukankah kita menginginkan pernikahan yang
sakinah mawaddah warohmah? Ketiga kriteria ini hanya akan tercapai jka memang
pondasi pernikahan dan rumah tangga kita kuat dan sesuai syariat.
Medan, 14 Januari 2021, 22 :
27
Monday, 11 January 2021
Saat Diberi Lebih
Apakah
pernah merasakan bahwa diri ini memiliki
banyak kelebihan? Bukan sombong, ujub atau narsis. Melainkan sebuah perasaan
bahwa “saya diberi lebih oleh Allah”. Entah itu dari segi harta, fisik,
kepintaran, keturunan atau berbagai hal duniawi lainnya. Sadar bahwa ternyata
diri ini memang diberi kelebihan oleh Allah adalah sebuah keharusan, namun
menjadi sombong dengan kelebihan yang dimiliki sungguh perbuatan tercela.
Menganggap orang lain lemah karena tak memiliki apa yang dipunya adalah sesuatu
yang tak terpuji.
Misalnya
ketika diri diberi ilmu yang lebih. Bukan berarti mereka yang ilmunya masih
kurang adalah orang yang tidak berilmu. Mungkin saja kita tidak memahami
bagaimana susah payahnya mereka mempelajari ilmu tersebut. Ya, bisa saja mereka
berjuang dengan rutinitas lain yang membuat mereka kesusahan mempelajari ilmu,
sedangkan kita begitu diberi kemudahan oleh Allah dalam mengerjakannya. Sungguh
tidak adil kan jikalau kita membandingkan diri ini dengan mereka?
Saat
kita diberi finansial yang berlebih oleh Allah. Bukan berarti mereka yang
sedang berusaha keras mencari uang adalah budak dunia. Mungkin saja kita tidak
memahami bagaimana kondisi keungan keluarga mereka. Entah mereka sedang
terlilit hutang, biaya hidup yang terus meningkat tajam dari pemasukan atau
kondisi lainnya. Sementara kita Allah berikan kemudahan dengan lancarnya
finansial, tidak ada hutang dan biaya hidup yang selalu terjamin.
Saat
kita diberi kemudahan dalam mendidik anak. Bukan berarti mereka yang belum
maksimal mendidik anaknya adalah orang tua yang tidak bertanggung jawab.
Kemudian dengan pongahnya kita melabeli mereka dengan orang tua yang minim ilmu
parenting. Mungkin saja kita tidak memahami bagaimana susah payahnya dia
memberikan ikhtiar semaksimal mungkin dalam segala keterbatasannya.
Saat
kita diberi begitu banyak hal-hal lebih oleh Allah. Apapun itu bentuknya, entah
mudahnya mendapatkan momongan tanpa perlu menanti lama atau mudahnya melahirkan
tanpa ada banyak luka atau mudahnya meng-ASI-hi anak. Atau berbagai kemudahan
lainnya, yang mungkin orang lain tidak dapatkan. Jangan jadikan itu sebagai
bentuk penghakiman terhadap orang lain. Jangan menganggap orang lain harusnya
juga mendapatkan kelebihan yang kita dapatkan. Hingga akhirnya kita berlagak
sombong di depan mereka. Astaghfirullah.
Cukup
jadikan saja segala bentuk kelebihan itu sebagai bahan untuk banyak-banyak
bersyukur kepada Allah. Bukankah itu artinya Allah Maha Baik sekali kepada
kita? Atau jangan-jangan segala macam bentuk kelebihan itu adalah bentuk ujian
Allah terhadap kita. Dan bagaiman jika sikap sombong yang kita tunjukkan
membuat Allah murka dan kemudian mencabut segala bentuk kelebihan tersebut?
Innalillah. Makanya, cukup jadikan ia sebagai bentuk syukur kepada Sang Maha
Pemberi
Medan,
4 Desember 2020 ; 22 : 14 WIB
KAU TAK SENDIRI
Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...

-
Siapa yang tak kenal matematika. Pelajaran yang hampir menjadi momok mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Aku juga ...
-
Judul : Harga Sebuah Percaya Penulis : Tere Liye Penerbit : Mahaka Publishing Halaman ...
-
Judul : Rumah Pelangi Penulis : Hj. Samsikin Abu Daldiri Penerbit : Arti Bumi Intaran...