Kenapa
di setiap tulisan ada spasi? Kenapa di setiap cerita ada paragraf? Agar si
pembaca bisa mengambil jeda. Agar si pembaca mampu menganalisis setiap kalimat
yang tengah ia baca. Nah, dalam belajar pun perlu ‘mengambil jeda’. Terlebih lagi
pada mata pelajaran yang membosankan, rumit,
susah, atau bikin sakit kepala. Matematika misalnya.
Sudah
seharusnya pengajar matematika mengambil jeda dalam mengajarkan matematika
kepada siswa. Hal ini bertujuan agar para siswa bisa menarik nafas atau bisa
memahami materi dengan lebih baik lagi. Sudah menjadi rahasia umum kan ya
betapa susahnya pelajaran matematika. Lalu bayangkan seorang pengajar
matematika mengajar tanpa mengambil jeda. Duuh, gak kebayang deh mumetnya isi
kepala siswa.
Bagaimana
bentuk mengambil jeda?
Guru
boleh berkreasi dengan bebas apapun bentuk ‘mengambil jeda’ yang ia lakukan.
Tentu saja hal ini menyesuaikan dengan sarana prasarana sekolah, kualitas siswa
atau kepadatan materi yang diajarkan. Jangan bayangkan bahwa mengambil jeda ini
adalah membiarkan siswa tidak belajar. Oh, tentu tydaccck Fergusso.
Perlu
trik yang handal bagi para guru untuk mengambil jeda namun tidak mengganggu
aktivitas pembelajaran. Namanya juga mengambil jeda, ya itu artinya sebentar
saja dong. Bukan berarti 2 jam pelajaran habis untuk relaksasi atau 3 sks habis
untuk ngobrol ngalor ngidul di depan mahasiswa.
Ada
beberapa alternative yang bisa dilakukan guru dalam melakukan aktivitas
mengambil jeda. Misalnya menonton, bermain games, ice breaking, atau aktivitas
fisik lainnya. Sesuaikan saja dengan kondisi siswa, lebih cocok menggunakan
yang mana.
Bermain
games sebenarnya adalah aktivitas mengambil jeda yang paling seru. Ia hanya
membutuhkan waktu sebentar dan sangat ampuh mengembalikan konsentrasi siswa dan
mood belajar siswa tentunya. Para guru bisa mencari berbagai permainan yang
bisa dilakukan dalam waktu singat, gampang aplikasinya dan menyenangkan
prosesnya.
Salah
satu bentuk games yang oke adalah permainan ini. Aku menamakannya Face Your Face. Aku akan menyuruh siswa
menyediakan kertas kosong satu lembar dan sebuah pulpen. Setelah itu, siswa
disuruh untuk menempelkan kertas tersebut di wajah mereka masing-masing. Satu
tangan memegang kertas, sementara satu lagi memegang pulpen.
Setelah
itu, guru akan memberikan instruksi untuk menggambar wajah masing-masing.
Lakukanlah dengan acak. Misalnya pertama “gambar mata kiri”, dilanjutkan dengan
“Gambar bibir atas” dan begitu seterusnya. Lakukan instruksi ini sampai semua
bagian yang ada di wajah tergambar di atas kertas itu. Jangan biarkan siswa
melihat atau membalik kertas tersebut. Selama permainan kertas itu wajib
menempel di wajah siswa.
Setelah
menyelesaikan semua instruksi, guru boleh menyuruh siswa untuk membalik kertas
itu dan melihat hasil gambar mereka. Lalu guru bisa mengatakan “Itulah bentuk
asli wajah kalian”. Dipastikan siswa akan spontan tertawa meriah menggelegar
melihat wajah yang mereka gambar sendiri. Bahkan di antara mereka tak malu
menunjukkan hasil lukian wajah kepada temannya dan akhirnya mereka tertawa
bersama.
Guru
juga bisa menyampaikan pesan moral dari permainan ini. Misalnya ternyata wajah
kita tak secantik yang dibayangkan. Makanya jangan sombong kalau memang cantik,
karena sejatinya tidak ada yang benar-benar cantik secara fisik. Yang ada itu
cantik secara hati. Duuuh, mendengar quote ini para abegeh abegeh akan meleleh
langsung. Seolah mendapat suntukan semangat.
Tak
perlu waktu lama melakukan permainan ini. Paling lama 15 menit deh. Dan kelas
akan riuh, meriah. Tentu saja konsentrasi dan mood siswa telah kembali. Gampang
kan? Jadi para guru bisa melakukannya di ujung pembelajaran menjelang tugas
atau di tengah pembelajaran ketika suasana kelas sudah tidak bersahabat lagi.
Hehehe.
Selamat mencoba!
Medan, 25 Maret 2020, 22 : 16
No comments:
Post a Comment