Monday, 7 February 2022

TERLIHAT BAIK

Percakapan sederhana dari gambar :

"Kamu posisi fotonya di depan aku ya, biar aku gak kelihatan gendut kali"

"Ehh..aku paling belakang aja deh, jerawat lagi banyak banget nih"

"Aku duduk aja ya, biar gak nampak kalau aku gak  tinggi-tinggi banget"

Skenario pembicaraan ketika hendak melakukan photoshoot rame-rame. Pembicaraan seperti ini gak berlangsung 1 atau 2 menit saja lho. Tapi bisa berlangsung lama, bikin pegel, greget, makan hati, terus gak jadi foto. Hehehe. Namun, jika sudah betul-betul terjadi photoshoot nya, percaya deh, akan muncullah foto-foto yang bagus dan semuanya terlihat sempurna. 

Aku ulangi lagi. SEMPURNA. Apakah benar kita semua sempurna dalam gambar yang abadi itu? Atau kita hanya terlihat sempurna? Terlihat baik-baik saja? Terlihat hebat? Terlihat keren? Sehingga kita bisa memanipulasi pikiran orang bahwa kita memang benar sosok yang sempurna, kita adalah sosok yang hebat, keren dan awesome banget deh pokoknya.

Apakah kita yakin diri kita memang se awesome itu? Apakah kita percaya diri jika semesta menganggap kita adalah yang terbaik? Apakah kita tidak malu ketika lingkungan begitu meng-agung-agungkan atas kehebatan yang sering kita per tonton kan?

Tapi ya, menurutku itu sebuah hal yang wajar dan manusiawi kok. Aku tidak membenarkan sikap seperti itu ya. Hanya saja berusaha memandangnya dari perspektif yang berbeda. Manusia wajar untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik, menampilkan hal terbaik yang dimilikinya. Menunjukkan kepada lingkungan tentang ke-aku-an dirinya. Lalu berusaha keras menutupi segala aib-aib dalam dirinya agar tak dicap jelek oleh sekitarnya. Kamu merasakannya juga kan? Ya, gak masalah. Itu manusiawi banget.

Gak usah jauh-jauh deh. Betapa banyak orang yang jatuh bangun dalam memenangkan sebuah kompetisi. Ikut lomba sana sini untuk mendapatkan pengakuan bahwa ia memang terbaik. Begitu rajin belajar dan menimba ilmu agar sekitarnya tahu bahwa ia memang cerdas dan berkelas. Ingin menjadi mahasiswa terbaik di kampus, mendapat predikat cumlaude, penghargaan ini itu. Ingin menjadi guru yang diidolakan para siswanya. Bahkan utk urusan remeh, ya sebut saa berfoto sekalipun, manusia tetap ingin menjadi yang terbaik. Aneh kan? Tapi ini sangat wajar !

Eits, aku tidak bilang jika kompetisi itu gak baik lho ya. Aku mendukung adanya kompetisi, itu menunjukkan eksistensi diri seseorang. Seperti yang aku bilang, semua itu sangat wajar dan manusiawi. 

Namun...

Sayangnya, kenapa keinginan untuk jadi yang terbaik itu hanya untuk urusan dunia saja? Kenapa kita sibuk mengurusi dunia kita agar kita selalu terlihat baik, selalu terlihat sempurna. Kadang kita terlalu bekerja keras membuktikan kepada orang lain hal terbaik apa yang kita miliki. Kita mati-matian memperbaiki imej dan harga diri kita di hadapan bos, mertua, karyawan. Kita mengagung-agungkan kesempurnaan semata hanya untuk kepentingan dunia saja. Bahkan kita merasa hancur sejadi-jadinya ketika imej sempurna yang kita bangun itu berantakan. Aah, serasa mau mati saja. Begitu kan?

Padahal kita tahu teorinya, tahu ilmunya, tahu hakikatnya. Bahwa tak secuil pun hal di dunia ini yang benar-benar kita miliki. Semuanya hanya titipan. Anak, keluarga, harta, bahkan diri sendiri saja bukan milik kita. Apatah lagi imej dan harga diri yang begitu kita banggakan itu. Cukup sekejap mata saja jika Allah berkehendak, Dia ambil itu semua, Dia hancurkan apa yang telah kita bangun. Tidak salah kok, wong itu punya Dia, kita cuma dititipin doang.

Permasalahannya adalah, kenapa kita juga tidak menampilkan yang terbaik di depan Robb kita? Kenapa kita tidak menjadi hamba Nya yang memenangkan kompetisi Nya ?
Kenapa kita tidak berusaha untuk setiap saatnya memang terlihat baik, terlihat cantik dan terlihat sempurna di mata Robb kita?
Padahal Tuhan itu 24 jam bersama kita, kita selalu berada dalam pantauan Nya. Bagaimana mungkin kita bisa bersikap lalai jika kita selalu dilihat Nya?
Renungkan!!

Jika brand yang kita bangun adalah menjadi hamba sempurna bagi Tuhan, sungguh itu hal yang paling tepat. Dan memang sudah seharusnya seperti itu kan. Kita itu harusnya menyempurnakan diri di hadapan Tuhan, bukan dihadapan makhluk Nya. Buat apa coba? Kalau di hadapan Tuhan, kita dapat ganjaran pahala, dapat surga lagi. Terus kalau di hadapan manusia dapat apa? Ya, pujian sih. Tapi berapa lama? Setelah itu dilupakan kan? Dighibahkan kan?

Sadarlah wahai diri !!
Teruslah menjadi hamba Nya yang terbaik. Menjadi hamba Nya yang berusaha mencari kesempurnaan di depan mata Tuhannya. Menjadi hamba Nya yang kelak akan memenangkan kompetisi ini. Kompetisi yang akan diumumkan di yaumul akhir nantinya. Menjadi hamba Nya yang dibanggakan oleh seluruh makhluk langit. Kurang romantis apa Tuhan itu coba, jika ada hamba Nya yang Ia cintai, Ia akan menyuruh semua malaikat juga untuk mencintai hamba tersebut. Duh, duh, duh, Masha Allah kan ?


"Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dgn hati yg ridho dan diridhoi Nya"
(Al Fajr :27-28)
.
.
Ps :
Karena kami hampir 15 menit menyusun formasi begini
Hahahha..
.
.
Loc : Air Terjun Linggahara, Lobusona, Rantau Selatan, Kab.Labuhan Batu, Sumatera Utara
.
.
#gambarjadiide
#catatankecilsuci

No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...