Wednesday, 27 December 2017

Resensi : Bahagia Sekarang, Menikah Kemudian






Judul       : Bahagia Sekarang, Menikah Kemudian
Penulis     : Nur’afifah Hasbi Nasution
Penerbit    : PT. Elex Media Komputindo
Halaman    : 94


Dan untuk beberapa minggu ke depan, buku ini akan menjadi best seller di perpustakan miniku. Kenapa? Pertama, buku ini bercerita tentang ‘aku’ banget, hihihi. Dan mungkin tentang ‘kamu’ dan ‘kalian’ semua yang bernasib sama denganku, opss. Kedua, ini adalah satu-satunya buku yang penulisnya kenal denganku, eeh. Kan biasanya, aku yang mengenal penulisnya. Dan untuk pertama kalinya dalam hidupku, ada penulis yang kenal sama aku, hehehe.


Kak Afifah, aku memanggil beliau dengan panggilan itu. Beliau adalah rekan kerja, rekan motivasi, rekan curhat, rekan makan siang, rekan segalanya deh. Kami dipertemukan oleh sebuah kampus swasta di Medan, karena kami sama-sama mengabdi di sana. Lalu, Allah menguatkan persaudaraan kami lewat sebuah kegiatan menulis. Kak Afifah adalah mentor menulisku yang paling baik, sabar dan TOP banget deh.


Baiklah, aku coba ulas sedikit buku luar biasa ini. Memang kalau dari segi lembaran tak banyak. Tapi jangan lihat dari lembarnya, lihat dari makna kalimat yang tersusun dalam lembaran tersebut.


Buku ini bercerita tentang kegelisahan seorang wanita yang terus menunggu kehadiran sang pelengkap agamanya. Terus bertanya-tanya siapakah gerangan “dia” yang namanya telah tertulis di Lauh Mahfudz. Terus berdoa di penguhujung malam mengemis kepada Robb agar segera mempertemukan. Bahkan menangis tersedu ketika bilangan umur terus bertambah tapi kabar dari langit tak kunjung sampai. Menangis karena banyak orang bertanya “kapan nikah?” “apa lagi yang ditunggu?” “nantik gak laku lagi loh” “nantik gak bisa punya anak”. Ahh...dan Alhamdulillah aku telah melewati ke semua fase tersebut.


Buku ini terbagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama bernama Menata Hati. Bagian ini merupakan proses penyembuhan hati. Penyembuhan terhadap sakit yang dirasa karena tidak menerima kenyataan. Pembaca akan diberikan beberapa obat atau terapi mengenai hal yang harus dilakukan untuk menyembuhkan hati yang terlanjur luka. Afifah menjelaskan kepada kita agar berdamai dengan takdir Allah, agar ‘legowo’ menerima bahwa inilah kenyataan terbaik dalam hidup kita.  Selain itu, Afifah juga menawarkan beberapa terapi yang bisa dilakukan, seperti menjadikan syukur sebagai ujung tombak kehidupan atau pergilah sejenak ke suatu tempat yang menenangkanmu. Pergilah ke tempat yang bisa membuatmu lebih baik, tetapi jangan lama-lama, segeralah kembali dengan semangat yang tinggi. Selain itu kamu juga bisa menyibukkan diri dengan hal yang positif. Pastikan ada sesuatu yang dihasilkan dari aktivitas tersebut. Langkah lainnya adalah dengan terapi hati melalui ibadah maksimal kepada Robb, berdzikir atau membaca Al Quran


Memantaskan Diri, itulah nama dari bagian kedua. Setelah kamu berhasil mengobati luka di hati, maka ini saatnya kamu masuk ke tahap kedua, yaitu memantaskan diri. Memantaskan diri agar Allah benar-benar percaya kepadamu sehingga Dia akan segera menurunkan pasangan terbaik untuk melengkapi agamamu. Afifah menawarkan berbagai cara untuk memantaskan diri seperti mengoptimalkan potensi dengan memahami bakat dan minat atau mengukir prestasi bermodal bakat dan minat, berjuanglah membuat semua mimpimu agar menjadi kenyataan. Selain itu kamu juga terus dandani batinmu, dandani jiwamu. Berbaktilah kepada kedua orang tuamu. Dan pelajarilah ilmu mengenai ilmu kerumah tanggaan, pelajari bagaimana menjadi seorang istri yang baik, atau ibu yang bertanggung jawab.


Bagian yang ketiga bernama Berserah Diri. Setelah hati menjadi baik, saat telah berlapang dada dengan semua takdir Allah, setelah kita menyelesaikan semua pekerjaan, maka biarkan Allah melanjutkan pekerjan Nya. Tawakkal, begitu sering disebut para ulama. Lama? ya. Dan sekalipun itu sangat lama (menurut ukuran manusia), sekalipun tak kunjung nampak jawaban dari usaha dan doa, jangan pernah berhenti memantaskan diri. Perbanyak sedekah dan berdoa.  Aku suka final part  dari buku ini yang bertajuk “Hiduplah Sekarang”. Ngena banget euy!. Afifah melihat fenomena ‘mayat hidup’ yaitu orang-orang yang fisiknya utuh dan sehat tapi jiwa kehilangan nyawa. Bahkan Afifah menyarankan hiduplah sekarang atau kau akan mati sebelum kau benar-benar mati. Speachless deh baca kalimat ini.


Buku ini nge booster banget buat para mayat hidup (hehehe). Buku ini benar-benar membuat kamu menjadi the new you, yang lebih berpikir positif, yang gak berurai air mata (lagi) setiap ditanya “kapan nikah”, yang gak bakalan pura-pura pingsan (lagi) ketika ada teman bahkan adik kelas yang mengantar undangan pernikahannya. Jadilah bahagia ladies! menikah itu bukan pembatas antara bahagia dan tidak bahagia.
So, kamu single? Ya
Kamu bahagia ? Sangat


Silakan berburu buku ini, dan selamat membaca!


Medan, 28 Desember 2017, 08.49
Udah kelar baca buku ini dari 8 hari yang lalu, tapi karena kesibukan yang tak menentu. Akhirnya resensinya baru bisa posting sekarang. Maafkeun!

No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...