Malam
itu selesai berpetualang ke Monas kami melanjutkan perjalanan kami ke Masjid
Istiqlal. Dan kalian tahu, kami menuju ke Mesjid ini jalan kaki lho. Gak tahu
kenapa kami memilih untuk berjalan kaki menuju ke masjid ini sambil
bercengkrama dan bercerita tentang megahnya kehidupan di ibu kota. Dan tentunya
berharap ketemu artis yang nyasar beli bandrek di pinggiran jalan ibu kota,
ehh.
Capek,
lelah ketika ternyata perjalanan jalan kaki ini benar-benar membutuhkan energi
yang ekstra. Aku lupa kami memulai jalan kaki dari mana, tapi yang jelas ini
mah jauh banget. Capek pokoknya. Ditambah lagi dari pagi sampai sore, otak
harus bekerja keras menganalisa semua bahan seminar, Ahhh...bener-bener deh.
Dan
sampailah kami di tempat ini. Aku berdecak kagum, padahal baru sampai tanda ini
aja lho, belum masuk ke dalam masjidnya. Aku berteriak takbir dalam hati “Allahu
Akbar”. Betapa hebatnya karunia Allah, seorang gadis kampung tak berpunya
akhirnya bisa melihat sebuah masjid yang katanya fenomenal ini. Sebuah masjid
yang terluas se Asia Tenggara.
Lalu,
kami melangkah masuk ke dalam area Masjid. Mencoba mengumpulkan sisa-sisa
semangat yang ada agar terus bisa tersenyum setiap kamera beraksi. Eeh.
Pandangan
ku edarkan mengitari halaman masjid. Masha Allah. Masjid ini memang besar. Mungkin
karena di kampungku masjid hanya berukuran kecil, alhasil Masjid Istiqal
terlihat seperti masjid raksasa. Aku melihat beberapa spanduk, banner yang
bertuliskan beberapa agenda kajian masjid. Dan sekali lagi aku berdecak kagum. Aku
melihat beberapa nama yang ingin sekali aku ikuti kajiannya secara langsung. Ialah
Ust Arifin Ilham, KH. Abdullah Gymanastiar, Ust. Yusuf Mansyur dan masih banyak sederetan ustad
lainnya. Ahh, terlalu nge jomplang dengan masjid di daerahku. Boro-boro ngadain
pengajian sekali sebulan, pas bulan Ramadhan aja kami sering gak ada ustadnya. Hiks.
Aku
mulai memasuki kawasan di dalam masjid. Terlihat ada beberapa orang yang keluar
dari masjid, beberapa orang sedang memasang sepatu, mungkin baru menyelesaikan
urusan dengan Robb nya. Ada rak-rak sepatu tersusun rapi. Dan setiap pengunjung
masjid wajib memasukkan sepatunya ke dalam rak yang telah tersedia. Awalnya kami
bingung mana rak akhwat dan ikhwan, lalu dua orang petugas di sana dengan sigap
membantu kami. Bahkan untuk menyusun sepatu, ada petugasnya lho.
Perlahan
kami mengitari daerah dalam Masjid. Mulai dari tempat wudhunya yang bersih,
mukenahnya yang tersusun rapi, serta petugas yang berkeliling memantau kondisi
masjid atau sekadar menyapa pengujung yang alay seperti kami. Hehe.
Memang
tepat gelar yang disematkan untuk masjid ini, masjid terluas di Asia Tenggara. Karena
ternyata benar, masjid ini sangat luas. Mungkin aku tidak mengitari setiap
bagian dari masjid ini karena saking luasnya.
Waktu
itu sudah sangat larut, bahkan waktu isya sudah lama sekali berlalu. Tetapi aku
melihat ada beberapa aktivitas religius yang dilakukan sekelompok orang di sini.
Ada mereka yang sholat dengan khusu’nya, ada mereka yang melingkar dan
menceritakan kebesaran Illahi atau mereka yang mentadabburi Al Quran dan
kemudian menangisi dosa dengan terisak. Pemandangan yang benar-benar jarang aku
temui. Ingin sekali mencoba menyapa Tuhan dalam sholat di dalam masjid ini,
tapi apalah daya syariat sedang melarangku untuk melakukannya. Aah, mungkin
kali ini takdir Allah masih sebatas mengunjungi masjid, semoga suatu hari bisa
shalat atau ijab qabul di masjid ini. Widiiihhh..
Kami
terus berkelana dengan sisa tenaga yang makin menipis. Akhirnya bukan waktu
yang memisahkan, tapi tenaga. Ketika lelah itu benar-benar memuncak akhirnya
kami putuskan untuk menyudahi perjalanan di masjid Istiqlal. Kami bergerak
menuju pintu ke luar dan memberikan senyuman paling ramah kepada petugas masjid
yang telah memberikan pelayanan maksimal kepada kami. Dan ketika hendak ke luar
masjid aku menatap gagahnya masjid itu dan berazzam, “aku akan ke sini lagi Ya
Allah! Aku harus shalat di sini”. Berbalik arah dan bergerak menjauh dari
masjid.
Medan,
4 Januari 2018, 09:04
Ps
: salah satu bentuk me time yang sering aku lakukan adalah menulis sesuatu
yang berseliweran di dalam kepala. Jadi jika kalian melihat tulisanku kacau,
amburadul, penuh amarah, emosi, Ahh...sesungguhnya kalian akan bisa menebak apa
yang sedang aku pikirkan. Hehehe...
No comments:
Post a Comment