Wednesday, 3 January 2018

Bermalam di Istiqlal




Malam itu selesai berpetualang ke Monas kami melanjutkan perjalanan kami ke Masjid Istiqlal. Dan kalian tahu, kami menuju ke Mesjid ini jalan kaki lho. Gak tahu kenapa kami memilih untuk berjalan kaki menuju ke masjid ini sambil bercengkrama dan bercerita tentang megahnya kehidupan di ibu kota. Dan tentunya berharap ketemu artis yang nyasar beli bandrek di pinggiran jalan ibu kota, ehh.
Capek, lelah ketika ternyata perjalanan jalan kaki ini benar-benar membutuhkan energi yang ekstra. Aku lupa kami memulai jalan kaki dari mana, tapi yang jelas ini mah jauh banget. Capek pokoknya. Ditambah lagi dari pagi sampai sore, otak harus bekerja keras menganalisa semua bahan seminar, Ahhh...bener-bener deh. 
Dan sampailah kami di tempat ini. Aku berdecak kagum, padahal baru sampai tanda ini aja lho, belum masuk ke dalam masjidnya. Aku berteriak takbir dalam hati “Allahu Akbar”. Betapa hebatnya karunia Allah, seorang gadis kampung tak berpunya akhirnya bisa melihat sebuah masjid yang katanya fenomenal ini. Sebuah masjid yang terluas se Asia Tenggara.


Lalu, kami melangkah masuk ke dalam area Masjid. Mencoba mengumpulkan sisa-sisa semangat yang ada agar terus bisa tersenyum setiap kamera beraksi. Eeh.
Pandangan ku edarkan mengitari halaman masjid. Masha Allah. Masjid ini memang besar. Mungkin karena di kampungku masjid hanya berukuran kecil, alhasil Masjid Istiqal terlihat seperti masjid raksasa. Aku melihat beberapa spanduk, banner yang bertuliskan beberapa agenda kajian masjid. Dan sekali lagi aku berdecak kagum. Aku melihat beberapa nama yang ingin sekali aku ikuti kajiannya secara langsung. Ialah Ust Arifin Ilham, KH. Abdullah Gymanastiar, Ust. Yusuf  Mansyur dan masih banyak sederetan ustad lainnya. Ahh, terlalu nge jomplang dengan masjid di daerahku. Boro-boro ngadain pengajian sekali sebulan, pas bulan Ramadhan aja kami sering gak ada ustadnya. Hiks.


Aku mulai memasuki kawasan di dalam masjid. Terlihat ada beberapa orang yang keluar dari masjid, beberapa orang sedang memasang sepatu, mungkin baru menyelesaikan urusan dengan Robb nya. Ada rak-rak sepatu tersusun rapi. Dan setiap pengunjung masjid wajib memasukkan sepatunya ke dalam rak yang telah tersedia. Awalnya kami bingung mana rak akhwat dan ikhwan, lalu dua orang petugas di sana dengan sigap membantu kami. Bahkan untuk menyusun sepatu, ada petugasnya lho.


Perlahan kami mengitari daerah dalam Masjid. Mulai dari tempat wudhunya yang bersih, mukenahnya yang tersusun rapi, serta petugas yang berkeliling memantau kondisi masjid atau sekadar menyapa pengujung yang alay seperti kami. Hehe.
Memang tepat gelar yang disematkan untuk masjid ini, masjid terluas di Asia Tenggara. Karena ternyata benar, masjid ini sangat luas. Mungkin aku tidak mengitari setiap bagian dari masjid ini karena saking luasnya.


Waktu itu sudah sangat larut, bahkan waktu isya sudah lama sekali berlalu. Tetapi aku melihat ada beberapa aktivitas religius yang dilakukan sekelompok orang di sini. Ada mereka yang sholat dengan khusu’nya, ada mereka yang melingkar dan menceritakan kebesaran Illahi atau mereka yang mentadabburi Al Quran dan kemudian menangisi dosa dengan terisak. Pemandangan yang benar-benar jarang aku temui. Ingin sekali mencoba menyapa Tuhan dalam sholat di dalam masjid ini, tapi apalah daya syariat sedang melarangku untuk melakukannya. Aah, mungkin kali ini takdir Allah masih sebatas mengunjungi masjid, semoga suatu hari bisa shalat atau ijab qabul di masjid ini. Widiiihhh..


Kami terus berkelana dengan sisa tenaga yang makin menipis. Akhirnya bukan waktu yang memisahkan, tapi tenaga. Ketika lelah itu benar-benar memuncak akhirnya kami putuskan untuk menyudahi perjalanan di masjid Istiqlal. Kami bergerak menuju pintu ke luar dan memberikan senyuman paling ramah kepada petugas masjid yang telah memberikan pelayanan maksimal kepada kami. Dan ketika hendak ke luar masjid aku menatap gagahnya masjid itu dan berazzam, “aku akan ke sini lagi Ya Allah! Aku harus shalat di sini”. Berbalik arah dan bergerak menjauh dari masjid.
           



Medan, 4 Januari 2018, 09:04
Ps : salah satu bentuk me time  yang sering aku lakukan adalah menulis sesuatu yang berseliweran di dalam kepala. Jadi jika kalian melihat tulisanku kacau, amburadul, penuh amarah, emosi, Ahh...sesungguhnya kalian akan bisa menebak apa yang sedang aku pikirkan. Hehehe...

No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...