Monday, 25 June 2018

Resensi : Menjadi Murabbiyah Sukses



Judul               : Menjadi Murabbiyah Sukses
Penulis             : Cahyadi Takariawan dan Ida Nur Laila
Penerbit            : PT. Era Adicitra Intermedia
Halaman            : 210 halaman

Buku ini telah dikhatamkan sejak awal Juni, tetapi baru bisa mengulasnya di blog akhir Juni. Tentunya dengan alasan -eh lebih tepatnya pembenaran- karena kesibukan Ramadhan dan lebaran. Bukankah tidak seharusnya seperti itu? Harusnya ingat dan komitmen dong dengan azzam yang pernah terucap bahwa setiap hari harus menulis sebuah tulisan renyah untuk disetor di blog. Tapi ya, begitulah. Terkadang azzam itu bisa melemah, mengendur dan mengerut. Ahh, sudahlah! Aku akan mulai menulis lagi.

Buku ini adalah hasil kebaikan dan kemurahan hati kak Ayu, teman ngajar di Primagama. Awalnya iseng aja sih minjam buku sama beliau, karena aku tahu beberapa buku beliau telah di ‘hijrah’ kan pulang kampung. Sehingga pastilah buku beliau di Medan gak akan banyak. Qadarullah tiba-tiba di kantor Primagama, beliau menyerahkan buku ini kepadaku.

Glek. Aku menelan ludah ketika kak Ayu menyerahkan buku ini. Sedikit menggigil ketika menerima buku ini. Tentu ada banyak buku kak Ayu yang masih tersisa di Medan, tetapi kenapa si kakak harus meminjamkan buku ini ya? entah apa maksud kak Ayu meminjamkan buku ini kepadaku. Seolah beliau sedang menampar diriku dengan keras lalu mengatakan;
Nah, lu baca nih buku. Terus urus kelompok halaqoh elu yang berantakan itu”.
Astaghfirullah.

Ini adalah buku lama. Terbit pada tahun 2005, itu sekitar 13 tahun yang lalu euy. Hmm, waktu itu aku masih berseragam putih dongker, hahaha. Pengarangnya? Duuh please  deh jangan ditanya. Ketika aku melihat siapa pengarang buku ini, aku seolah tidak punya alasan lagi untuk menunda membacanya. Siapa lagi kalau bukan pak Cahyadi Takariawan, seorang qiyadhah, ustadz, dan sekaligus mentor tulisanku. Jujur, aku sukaaa banget dengan tulisan pak Cah. Selain to the point, beliau juga menulis dengan jelas, runut, dan detail. Tidak hanya itu, irisan pemikiran antara aku dan Pak Cah juga membuatku semakin menyukai tulisan beliau. Ya, tentu saja termasuk irisan wajihah, irisan guru besar, irisan ilmu pengajian, dan terlebih lagi irisan partai politik. Heheh.

Buku ini adalah panduan bagaimana seharusnya seorang murabbiyah membina para mutarobbinya. Duh, pada bingung ya? kok banyak banget istilah yang gak familiar nih? Makanya, ikut halaqoh dong, heheh. Murabbiyah merupakan sebutan untuk guru ngaji yang perempuan. Well, sama seperti ustadzah deh. Sedangkan mutarabbi merupakan sebutan untuk para anak didik dari sang murabbiyah. Nah, sudah paham kan?

Berarti ini buku edisi akhwat (perempuan) dong? Yap, benar sekali. Terus kenapa pak Cah yang nulis buku tentang akhwat? Nanti relate gak tuh? Tenaang, pak Cah menulis buku ini gak sendirian kok. Beliau merekrut seorang perempuan tarbiyah terbaik yang beliau miliki. Siapa lagi kalau bukan istri yang paling dicintai pak Cah, buk Ida. Jadi, pak Cah dan bu Ida berkolaborasi menuliskan buku ini untuk membahas bagaimana seorang murabbiyah membina kelompok halaqohnya. Ahh, what the perfect combination  deh.

Seperti biasa, pak Cah dan bu Ida amat apik menuliskan buku ini. Dimulai dari penjelasan apa itu tarbiyah, mengapa seorang akhwat harus tarbiyah, bagaimana memulai tarbiyah, sampai kepada hal-hal yang diperlukan untuk memulai proses tarbiyah. Saking detailnya, buku ini juga menjabarkan dengan jelas dan rinci, dilengkapi berbagai dalil. Jadi, buat kamu yang bingung apa itu tarbiyah, buku ini cocok banget menjawab kebingungan kamu. Buat kamu yang sudah paham tetapi terkendala mengenai langkah pertama, percaya deh buku ini akan menyingkirkan segala kendala itu. Begitu juga, jika kamu sudah terjun ke dunia tarbiyah dan tiba-tiba butuh suntikan semangat (ah, mungkin ini aku), maka buku ini juga cocok untuk kembali menyegarkan pengetahuan dan motivasi kamu tentang tarbiyah. Ahh, pokoknya puass banget deh membaca buku ini.

Pak Cah dan bu Ida juga melengkapi buku ini dengan beberapa kisah nyata dari pelaku tarbiyah. Tentang bagaimana mereka menemukan tarbiyah, tentang jatuh bangun dalam mengelola kelompok halaqohnya, atau suka duka menjadi murabbiyah. Semuanya terangkum dalam cerita pendek tentang mereka, yang benar-benar menginspirasi. Bahkan ketika membahas bagaimana mengelola halaqoh, pak Cah dan bu Ida menyajikannya dalam bahasa yang benar-benar praktis. Beliau memberikan saran yang langsung ‘siap pakai’ bagi murabbiyah untuk dipraktikkan langsung ketika mengelola kelompok halaqoh. Keren kan?

Tarbiyah itu seperti menggesek biola. Ia menganalisa fitrah manusia secara cermat, menggesek seluruh senar dan nada sehingga menghasilkan sebuah suara yang merdu ( page 4 ).

Aku sendiri adalah pelaku tarbiyah. Aku merasa beruntung karena mengenal tarbiyah sejak tahun 2009. Well, tentunya belum seujung kuku pak Cah dan bu Ida. Tetapi dua orang hebat ini benar-benar menginspirasiku agar tetap istiqomah di jalan tarbiyah ini. Nah, kamu gak mau ikutan tarbiyah juga?





Medan, 26 Juni 2018, 09 :11 WIB
Terima kasih atas ‘tamparan keras’ melalui buku ini ya kak Ayu, pak Cah dan bu Ida. Pokoknya benar-benar harus merapikan kembali kelompok halaqoh yang berantakan. Keep Hamasah !!

No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...