Saturday, 9 June 2018

Saksi Perubahan Diriku

Bukit Naang, Bangkinang, Kabupaten Kampar


Foto ini diambil sekitar tujuh tahun yang lalu. Ya, itu adalah waktu yang lama untuk menunggu. Tapi waktu yang masih begitu singkat untuk menyebutnya dengan kenangan. Begitulah, bagiku mereka belum masuk ke dalam memori kenangan. Aku masih beranggapan mereka masih ada, dekat, ketawa bersama, susah payah sama-sama. Hihihi. Well, mungkin kebersamaan itu memang bukan kontak fisik layaknya tujuh tahun yang lalu. Bertemu dengan wajah mereka secara virtual saja sudah sangat menyenangkan hatiku. Mengobrol panjang dengan mereka melalui sentuhan jari di layar smartphone juga sangat memuaskan. Sesekali mendengar intonasi dan nada suara mereka juga telah mengobati sebongkah rindu.

Mereka adalah teman satu kelas dan satu angkatan ketika aku masih unyu-unyu berkuliah di Universitas Riau? *kamu unyu? Eh, skip aja*. Jumlah kami yang minimalis satu angkatan (just 48 orang) ya benar-benar membuat lumayan dekat dan akrab satu sama lain. Hmm, sebenarnya gak juga sih, tetapi ada kelompok-kelompok tertentu di dalam kelas, tapi kalau udah hangout  seperti ini ya no more gank lah, hihi.

Mereka bukan hanya sekadar teman satu kelas, teman makan siang ke kantin, teman sama-sama nunggu dosen pembimbing, atau teman yang nyontek-in tugas kuliah *eh, afa-afaan ini*, atau teman yang sigap menghubungi jika ada kuliah ganti atau dosen gak datang. Bagiku malah mereka bukan sekadar teman atau sahabat, mereka itu adalah saksi perubahan diriku. Mereka adalah orang-orang yang menyaksikan bagaiman proses aku dari ulat, larva, pupa, terus menjadi kupu-kupu, *tapi, sekarang masih belum jadi kupu-kupu juga sih*. Intinya, mereka adalah orang yang tahu ritme perubahan dalam diriku.

Tentunya bukan hal yang mengejutkan. Bersama mereka itu hampir empat tahun lamanya. Wajar dong jika mereka melihat empat tahun episode kehidupanku. Wajar juga jika mereka melihat aku-nya yang dulu pemalu, berantakan tiba-tiba telah menjadi seseorang seperti sekarang, *memangnya sekarang gimana ya, hehe*

Mereka menyaksikan aku yang dulunya masih pakai celana kemanapun pergi, hingga sekarang bermetamorfosa dengan mengenakan rok atau gamis. Mereka juga yang menyaksikan aku yang dulu jilbabnya masih “lempar kiri kanan” hingga sekarang tak berdaya lagi untuk ‘melempar’nya. Bahkan proses hijrah itu terdokumentasikan dengan jelas di setiap foto-foto kami. Ahh, bahkan jadi malu dengan foto studio yang fenomenal itu. Foto dengan nuansa hitam putih dan almamater kampus itu masih menampilkan aku yang belum berhijrah. Jadi, jangan terkejut jika kalian menemukan di foto itu seorang gadis yang jilbabnya dilempar kiri kanan serta memakai jeans, hiks.

Dari mereka aku juga belajar banyak hal. Belajar tentang bagaimana harusnya kalau ngomong di depan umum. Aku yang dulunya pemalu banget setiap ngomong, suka terbata-bata kalau ngomong di depan kelas, dan alhamdulillah sekarang menjadi lebih berani. Ini berkat mereka, yang secara sengaja atau tanpa sengaja mengariku akan hal ini.

Dari mereka aku juga banyak belajar tentang profesiku. Mereka mengajariku yang dulunya sangat tidak paham dengan istilah definit positif sampai akhirnya aku berhasil membuktikan Teorema Butterfly. Aku, yang masih begitu tidak paham dengan materi kuliah, sering mendapatkan les gratis dari mereka. Dengan kebesaran hati, mereka rela meluangkan waktu setiap selesai kuliah untuk mengajariku beberapa materi yang tidak aku pahami. Mereka juga tidak sungkan berbagi catatan kepadaku. Aah, aku yang dulunya teramat bodoh mengenai profesi ini benar-benar tercerahkan oleh kebaikan hati mereka. Masha Allah.

Mereka juga membelajarkan aku tentang agama. Ahh, aku yang dulunya hampir tidak peduli dengan urusan agama. Paling malas ketika urusan agama dibawa-bawa dalam urusan dunia, astaghfirullah. Lalu mereka dengan sabarnya mengajariku tentang bagaimana urgensinya agama dalam dunia. Tentang bagaimana seorang muslim harus benar-benar kaffah dengan keislamannya. Tentang bagaimana seorang muslimah itu berpakaian, berpola tingkah laku, bergaul. Hingga akhirnya mereka membuatku merasakan momen yang disebut dengan ‘hijrah’. Mereka akhirnya mengubah pola pikirku sehingga sekarang aku merasa bahwa agama adalah hal paling prioritas dalam hidup. Mereka yang membuat hidupku yang ‘berantakan’ menjadi lebih teratur.

Dan begitulah mereka. Sekumpulan malaikat langit yang Allah kirimkan untuk menjagaku, mengajariku dan membimbingku selama di dunia. Mereka adalah saksi perubahan diriku. Bukan hanya perubahan fisik, gaya berpakaian atau pola tingkah lakuku, tetapi juga perubahan pola pikir dan prinsip hidupku. Empat tahun bersama mereka adalah episode terindah dalam hidup. Terima kasih karena kalian telah membuat lukisan kehidupanku lebih berwarna, terima kasih telah memberikan warna berbeda dalam lukisanku, dan tentunya terima kasih telah menjadikan diriku seperti sekarang ini. Aah, aku merasa menjadi pribadi yang lebih baik setelah bertemu kalian. Masha Allah.





Payakumbuh, 9 Juni 2018, 20 : 29 WIB
In frame ; ini adalah dokumentasi terakhir kami jalan-jalan ke salah satu arena outbond di Kabupaten Kampar. Setelah ini, kami benar-benar tidak pernah lagi hangout barengan lagi, hiks. Eh, kok tiba-tiba merindukan kalian semua ya? Lets Robithoh and Lets Al Fatihah (especially for Alm.Zul)

No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...