Thursday, 19 July 2018

Menjadi Cantik

Medan, Sumatera Utara

12 Mei 2015

Akhirnya hari ini menjadi saksi bahwa ternyata aku cantik, eeh lebih tepatnya merasa cantik. Ini bukan lebay ala-ala kids jaman now, tapi beneran deh, penampilan aku hari ini benar-benar sangat berbeda dari aku yang biasanya. Ini semua karena hari ini adalah salah satu dari sekian hari istimewa dalam hidupku. Aah, seharusnya aku merasa setiap hari itu selalu istimewa.

Hari ini aku mengikuti sebuah perayaan wisuda magister ku. Tentunya kalian bisa membayangkan betapa istimewanya hari ini. Aku yang gak ngerti perihal eye shadow, blass on, dan lain sebagainya, tiba-tiba hari ini menjadi paham bagaimana bentuk bahkan cara menggunakannya. Wajahku yang biasanya terlihat bak orang ndeso, kampungan, tiba-tiba berubah bak seorang putri kerjaan yang cantik (menurutku) tanpa jerawat dan komedo menghiasi wajahku. Kurang cantik apa coba aku hari ini, hehehe.

Bukan hanya perihal cantik yang ku pelajari hari ini. Ada hal lain yang aku rasakan. Ternyata untuk menjadi cantik itu memang sakit. Untuk menjadi cantik itu penuh pengorbanan dan rasa penyiksaan yang luar biasa, hahah. Lebay sih memang, tapi memang begitu yang aku rasakan. Gimana gak menyiksa coba, demi menjadi cantik di hari spesial ini aku rela bangun-bangun pagi banget. Bayangin deh jam 3 aku udah bangun, mandi lalu bersiap-siap. Ya, biasanya aku juga bangun jam segitu sih, tapi tentu tidak untuk hal yang seremeh ini, hehehe.

Bukan hanya bangun dan mandi se dini hari itu, aku juga harus melintasi jalanan ibukota yang jelas-jelas berwarna hitam pekat itu. Tiada kendaraan yang menyaingi perjalananku hari itu. Hanya lampu jalan yang kadang berkedap-kedip ditambah lagi dinginnya angin malam yang menusuk ke tulangku. Ada perasaan gak enak aja sendirian melintasi jalanan ibukota. Serem-serem gimana gituu.

Aku juga harus rela duduk berjam-jam di depan seseorang yang bersiap mengubah wajahku. Aku harus merelakan wajahku dipoles di sana-sini. Eh, jangan kalian bayangkan sentuhannya lembut dan menyenangkan. Terkadang seseorang itu memberiku sedikit efek sakit, ngeri, perih dan banyak hal deh. Gini nih, kalau jarang dandan, sesekalinya dandan langsung wajahnya sakit semua, hihi. Belum lagi kalau seseorang itu menyuruh gak boleh gini, gak boleh gitu, gak boleh gerak, gak boleh kedip, aah, pokoknya semuanya gak boleh deh. Aku harus menahan rasa kesemutan karena harus duduk cantik gak boleh gerak-gerak bak seorang sinden. Aah, betapa ini sangat tidak menyenangkan bagiku.

Begitulah. Aku baru didandan sehari ini aja benar-benar merasakan bahwa menjadi cantik memang sakit, menyiksa dan perlu pengorbanan.

Tetapi apakah aku benar-benar telah menjadi cantik? Aah, secara fisik mungkin iya, *ya ampun, ini geer banget*. Tetapi menjadi cantik secara fisik itu tidak abadi. Lain halnya ketika kita menjadi cantik karena inner shalihah yang dimiliki. Izinkan aku mengganti inner beauty dengan inner shalihah ya. Heheh. Menjadi cantik karena jiwa dan karakter yang positif itu jauh lebih cantik ketimbang mereka yang hanya cantik karena faktor fisik belaka. Dan yang lebih parahnya, menjadi cantik jiwa itu perlu perjuangan yang lebih ekstra ketimbang menjadi cantik fisik. Perlu pengorbanan yang gak sembarangan.

Sebut saja berkorban karena kepanasan mengenakan hijab panjang sesuai syariat di antara mereka yang masih menghiasi rambut panjangnya dengan pita. Berkorban karena tidak ada lagi kongkow-kongkow gak jelas dengan mereka yang bukan mahrom. Berkorban untuk selalu terjaga setiap malam agar bisa terus bermunajat kepada Sang Illahi. Berkorban menahan godaan makan dan minum karena sedang puasa sunnah. Berkorban menahan keinginan nonton bioskop karena jadwalnya yang bentrok dengan kajian wajib. Termasuklah berkorban untuk tidak pacaran demi menanti pasangan halal yang diridhoi Allah.

Nah, kalian lihat? Itu butuh pengorbanan yang luar biasa. Butuh perjuangan yang ekstra. Tentunya sedikit lebih menyiksa ketimbang menahan kesemutan karena di dandani atau perihnya mata karena memakai eye liner. Memang menyiksa, karena inilah hakikat cantik sesungguhnya. Inilah cantik yang harusnya menjadi tujuan akhir seorang perempuan. Sebuah cantik yang takkan luntur karena air. Cantik yang takkan berkurang karena bertambahnya usia.

Makanya, menjadi cantik yang sesungguhnya bukan tentang wajahmu yang terlihat menawan di depan orang lain. Bukan tentang riasan yang dikenakan atau baju yang dipakai. Karena kecantikan seperti itu akan luntur oleh air, pupus oleh waktu dan habis termakan usia. Yang diperlukan cantik itu adalah jiwa, bukan fisik aja. Memang berat dan penuh perjuangan. Tetapi bukannya tidak bisa kan?

Teruslah melatih diri untuk memiliki kecantikan fisik yang hakiki. Tempah terus jiwa dan karaktermu agar menjadi pribadi yang lebih baik. Percayalah, jika kamu telah berusaha dan konsisten untuk terus melakukannya, kecantikanmu akan mengalahkan bidadari. Dan pada akhirnya bidadari pun akan cemburu padamu.

Yuk, menjadi cantik!! Tentunya cantik jiwa dong.




Medan, 19 Juli 2018, 11:36
Foto ini adalah momen betapa aku merasakan sakitnya menjadi cantik (secara fisik). Terima kasih telah membuatku merasa cantik ketika itu ya Salon Valo Mode. But, im not beautifull anyomore lah.
_pendosa yang ingin bermanfaat_

No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...