![]() |
Medan, Sumatera Utara |
12
Mei 2015
Akhirnya
hari ini menjadi saksi bahwa ternyata aku cantik, eeh lebih tepatnya merasa
cantik. Ini bukan lebay ala-ala kids jaman
now, tapi beneran deh, penampilan aku
hari ini benar-benar sangat berbeda dari aku yang biasanya. Ini semua karena
hari ini adalah salah satu dari sekian hari istimewa dalam hidupku. Aah, seharusnya
aku merasa setiap hari itu selalu istimewa.
Hari
ini aku mengikuti sebuah perayaan wisuda magister ku. Tentunya kalian bisa
membayangkan betapa istimewanya hari ini. Aku yang gak ngerti perihal eye shadow, blass on, dan lain
sebagainya, tiba-tiba hari ini menjadi paham bagaimana bentuk bahkan cara
menggunakannya. Wajahku yang biasanya terlihat bak orang ndeso, kampungan,
tiba-tiba berubah bak seorang putri kerjaan yang cantik (menurutku) tanpa
jerawat dan komedo menghiasi wajahku. Kurang cantik apa coba aku hari ini,
hehehe.
Bukan
hanya perihal cantik yang ku pelajari hari ini. Ada hal lain yang aku rasakan.
Ternyata untuk menjadi cantik itu memang sakit. Untuk menjadi cantik itu penuh
pengorbanan dan rasa penyiksaan yang luar biasa, hahah. Lebay sih memang, tapi
memang begitu yang aku rasakan. Gimana gak menyiksa coba, demi menjadi cantik
di hari spesial ini aku rela bangun-bangun pagi banget. Bayangin deh jam 3 aku
udah bangun, mandi lalu bersiap-siap. Ya, biasanya aku juga bangun jam segitu
sih, tapi tentu tidak untuk hal yang seremeh ini, hehehe.
Bukan
hanya bangun dan mandi se dini hari itu, aku juga harus melintasi jalanan
ibukota yang jelas-jelas berwarna hitam pekat itu. Tiada kendaraan yang
menyaingi perjalananku hari itu. Hanya lampu jalan yang kadang berkedap-kedip
ditambah lagi dinginnya angin malam yang menusuk ke tulangku. Ada perasaan gak
enak aja sendirian melintasi jalanan ibukota. Serem-serem gimana gituu.
Aku
juga harus rela duduk berjam-jam di depan seseorang yang bersiap mengubah
wajahku. Aku harus merelakan wajahku dipoles di sana-sini. Eh, jangan kalian
bayangkan sentuhannya lembut dan menyenangkan. Terkadang seseorang itu
memberiku sedikit efek sakit, ngeri, perih dan banyak hal deh. Gini nih, kalau
jarang dandan, sesekalinya dandan langsung wajahnya sakit semua, hihi. Belum
lagi kalau seseorang itu menyuruh gak
boleh gini, gak boleh gitu, gak boleh gerak, gak boleh kedip, aah, pokoknya
semuanya gak boleh deh. Aku harus menahan rasa kesemutan karena harus duduk
cantik gak boleh gerak-gerak bak seorang sinden. Aah, betapa ini sangat tidak
menyenangkan bagiku.
Begitulah.
Aku baru didandan sehari ini aja benar-benar merasakan bahwa menjadi cantik
memang sakit, menyiksa dan perlu pengorbanan.
Tetapi
apakah aku benar-benar telah menjadi cantik? Aah, secara fisik mungkin iya, *ya
ampun, ini geer banget*. Tetapi menjadi cantik secara fisik itu tidak abadi.
Lain halnya ketika kita menjadi cantik karena inner shalihah yang dimiliki. Izinkan aku mengganti inner beauty dengan inner shalihah ya. Heheh. Menjadi cantik karena jiwa dan karakter
yang positif itu jauh lebih cantik ketimbang mereka yang hanya cantik karena
faktor fisik belaka. Dan yang lebih parahnya, menjadi cantik jiwa itu perlu
perjuangan yang lebih ekstra ketimbang menjadi cantik fisik. Perlu pengorbanan
yang gak sembarangan.
Sebut
saja berkorban karena kepanasan mengenakan hijab panjang sesuai syariat di
antara mereka yang masih menghiasi rambut panjangnya dengan pita. Berkorban
karena tidak ada lagi kongkow-kongkow gak jelas dengan mereka yang bukan
mahrom. Berkorban untuk selalu terjaga setiap malam agar bisa terus bermunajat
kepada Sang Illahi. Berkorban menahan godaan makan dan minum karena sedang
puasa sunnah. Berkorban menahan keinginan nonton bioskop karena jadwalnya yang
bentrok dengan kajian wajib. Termasuklah berkorban untuk tidak pacaran demi
menanti pasangan halal yang diridhoi Allah.
Nah,
kalian lihat? Itu butuh pengorbanan yang luar biasa. Butuh perjuangan yang
ekstra. Tentunya sedikit lebih menyiksa ketimbang menahan kesemutan karena di
dandani atau perihnya mata karena memakai eye
liner. Memang menyiksa, karena inilah hakikat cantik sesungguhnya. Inilah
cantik yang harusnya menjadi tujuan akhir seorang perempuan. Sebuah cantik yang
takkan luntur karena air. Cantik yang takkan berkurang karena bertambahnya
usia.
Makanya,
menjadi cantik yang sesungguhnya bukan tentang wajahmu yang terlihat menawan di
depan orang lain. Bukan tentang riasan yang dikenakan atau baju yang dipakai.
Karena kecantikan seperti itu akan luntur oleh air, pupus oleh waktu dan habis
termakan usia. Yang diperlukan cantik itu adalah jiwa, bukan fisik aja. Memang
berat dan penuh perjuangan. Tetapi bukannya tidak bisa kan?
Teruslah
melatih diri untuk memiliki kecantikan fisik yang hakiki. Tempah terus jiwa dan
karaktermu agar menjadi pribadi yang lebih baik. Percayalah, jika kamu telah
berusaha dan konsisten untuk terus melakukannya, kecantikanmu akan mengalahkan
bidadari. Dan pada akhirnya bidadari pun akan cemburu padamu.
Yuk,
menjadi cantik!! Tentunya cantik jiwa dong.
Medan,
19 Juli 2018, 11:36
Foto
ini adalah momen betapa aku merasakan sakitnya menjadi cantik (secara fisik).
Terima kasih telah membuatku merasa cantik ketika itu ya Salon Valo Mode. But, im not beautifull anyomore lah.
_pendosa
yang ingin bermanfaat_
No comments:
Post a Comment