![]() |
Sumber : http://danielmarihot1996.blogspot.com/2017/04/mimpi-dan-harapan.html |
Setiap orang tentu memiliki sebuah harapan yang besar.
Kamu juga kan? Ya, seremeh apapun itu di mata orang lain tetap saja itu sebuah
harapan besar dalam hidup kita. Ibaratkan sebuah mimpi yang sangat tinggi.
Walaupun pendek di mata orang lain namun tetap tinggi menjulang di pikiran
kita.
Harapan dan mimpi itu bukan sekadar hiasan dalam pikiran belaka. Kita dengan sekuat tenaga berusaha mendapatkannya. Kita mendayagunakan seluruh tenaga, memaksimalkan segala rupa bentuk ikhtiar agar bisa mencapainya. Hal ini dilakukan agar harapan itu menjadi sebuah kenyataan. Agar mimpi yang hanya bermain di dalam pikiran bisa keluar menampakkan wujud aslinya.
Namun sayangnya, kita gagal. Ya, ternyata Allah memilihkan jalan kegagalan atas paripurnanya usaha maksimal kita. Kita gagal mendapatkan harapan besar dan impian tinggi tersebut. Sedih? Sudah tentu, tak usah ditanya lagi. Menangis? Jelas. Entah sudah berapa liter air mata keluar dari mata ini. Kecewa? Tentu saja. Bahkan hati mulai menyangsikan ke-Maha Besar-an Allah. Diri mulai bertanya-tanya, “Allah itu kok gak adil ya?”
Merasa sedih dan kecewa itu wajar kok. Kita kan manusia, jadi sangat wajar merasakannya. Hanya saja cukupkan perasaan itu sebatas sedih dan kecewa saja. Jangan ditambah-tambah dengan mengutuki diri sendiri, terlebih lagi menyalahkan keadaan atau menyalahkan takdir Illahi. Hingga kita berkoar-koar ke lagit meneriakkan betapa tidak adilnya Sang Illahi. Astaghfirullah.
Coba tarik napas perlahan. Berpikirlah dengan jernih. Jika kita melakukan itu semua, apakah takdir akan berubah? Ahh, tentu saja tidak bukan. Lalu apa yang bisa kita dapatkan setelah mencerca diri sendiri atau mencerca akan sifat Allah? Semua itu hanya membuang tenaga dan menguras emosi.
Kita mungkin lupa, ada sebuah fase penting dalam perjalanan ikhtiar kita. Tawakkal. Ini harusnya kita lakukan setelah memaksimalkan ikhtiar kita. Seharusnya manusia memasuki fase ini. Fase dimana seorang manusia mempercayakan skenario terbaik kehidupan kepada Robb Nya. Fase dimana manusia dituntut ikhlas menerima segala bentuk takdir dalam kehidupannya. Fase dimana sabar dan syukur itu sangat diuji.
Maka, untuk hati yang tengah terluka oleh mimpi yang kandas, cobalah untuk bertawakkal. Terkadang yang menurut kita baik, belum tentu sepenuhnya baik di mata Allah. Bukankah Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk hamba Nya? Lalu alasan apalagi yang bisa kita kemukakan ketika takdir Allah tak sejalan dengan harapan kita?
Cukuup percayakan saja kepada Allah. Biarlah Allah yang mengatur kehidupan kita. Tugas dan tanggung jawab kita hanya berikhtiar maksimal. Namun, hasil akhir itu hal mutlak Allah. Tak perlu lah kita sibuk mengurusi akhir dari ikhtiar.
Sekarang, usap air matamu. Percayalah, yang sedang kau
alami saat ini bukan akhir dari segalanya. Sejenak coba lupakan dulu mimpimu,
nikmati segelas kopi hangat atau nontolah beberapa episode drama korea di
laptopmu. Insya Allah kau akan menjadi lebih baik lagi dan kembali bersiap
mewujudkan segala harapan dan mimpi yang tertunda.
Medan, 25 Juni 2020, 22 : 03 WIB
No comments:
Post a Comment