. . .If You Want something You`ve never had, You Must be Willing To do Something You`ve never done. .
Sunday, 19 July 2020
Kawan Semasa S1
Saturday, 18 July 2020
Berorganisasi itu
Wednesday, 15 July 2020
Jadilah Bijaksana
Monday, 13 July 2020
Karena Kita Telah Sepakat Bukan?
Thursday, 9 July 2020
Mendengar lah !
Monday, 6 July 2020
Duhai Anak Perempuanku
Sunday, 5 July 2020
Aku
Ini adalah cerita tentang aku.
Tentang aku yang dulunya harus dibantu setiap akan makan, minum, berjalan atau hanya sekadar mengambil sesuatu.
Tentang aku yang dari kecilnya begitu suka bermain alek-alek (baca : masak-masakan) dengan krucil-krucil di sekitar rumah.
Tentang aku yang dengan mata berbinar menunggu kedatangan papa pulang kerja. Sambil mengkhayalkan “duuh, papa bawa makanan apa ya?”
Tentang aku yang dulu selalu pakai baju adat Jogja setiap karnaval sekolah. Yang ini beneran aku gak tahu apa alasannya. Entah kenapa aku begitu suka sekali memakai baju adat Jogja. Hmm..hmmm, jangan..jangan..
Ini masih tentang aku yang dulu berjuang melawan sakit itu. Tanpa kenal lelah kuhabiskan hampir satu bulan lamanya hanya berbaring di atas tempat tidur. Sejenak melupakan rutinitas sekolah, melupakan enaknya bermain atau sekadar mengejar capung bertebangan.
Waktu itu aku harus merelakan diri untuk cukup rawat jalan saja. Semua itu disebabkan kondisi finansial yang memprihatinkan kala itu. Kedua orang tuaku tidak punya dana untuk opname di rumah sakit. Alhasil aku harus berdamai dengan penyakit itu. Mengandalkan ramuan kampung untuk kesembuhanku.
Ya, walau sesekali aku harus cek kesehatan ke rumah sakit. Aku merelakan tubuhku melewati serangkaian tes medis yang cukup menyakitkan untuk anak umur 7 tahun. Tubuhku harus meberima suntikan di bagian sana dan sini. Belum lagi obat-obatan yang harus rutin diminum setiap harinya. Semua kulakukan demi agar bisa sekolah lagi. Bahkan aku ingat ketika aku menangis sejadi-jadinya karena ternyata aku tidak dapat ranking di kelas. Ini semua disebabkan oleh penyakit itu.
Sungguh, ada banyak hal yang telah aku lalui.
Aku yang dulu membuat diriku menjadi seperti aku yang sekarang.
Aku yang sekarang masih lembut hatinya.
Aku yang sekarang masih menangis manja kalau lagi telponan melepas rindu kepada bunda dan papa.
Aku yang sekarang masih menangis setiap masalah menghampiriku.
Aku yang sekarang masih setia menunggu papa pulang kerja karena ingin bergelayut manja. Bahkan otakku pun masih berkhayal tentang hal yang sama. Papa pulang bawa apa ya?
Aku yang sekarang masih suka minta disuapin makan oleh bunda. Dengan dalih, lebih enak makan langsung dari tangan bunda.
Aku yang sekarang masih saja sedih dan kecewa maksimal ketika targetku gagal
Dan aku baru sadar. Ternyata aku yang sekarang tak jauh berbeda dengan aku yang dulu. Ternyata anak sulung papa dan bunda masih kecil dan belum dewasa. Aku masih sepenuhnya bergantung kepada papa dan bunda. Aku yang masih bersandar kepada bunda dan bergelayut manja dengan papa. Ternyata aku masih membutuhkan lambaian tangan papa dan bunda setiap pergi meninggalkan rumah. Aku masih membutuhkan nasehat dari papa dan bunda. Sepertinya papa dan bunda tahu bahwa aku selalu menjadi anak kecil mereka.
Medan, 5 Juli 2020, 22 : 37
Sebongkah rindu begitu membuncah di dalam dada. Semoga akhir tahun ini bisa segera bertemu.
KAU TAK SENDIRI
Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...

-
Siapa yang tak kenal matematika. Pelajaran yang hampir menjadi momok mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Aku juga ...
-
Judul : Harga Sebuah Percaya Penulis : Tere Liye Penerbit : Mahaka Publishing Halaman ...
-
Judul : Rumah Pelangi Penulis : Hj. Samsikin Abu Daldiri Penerbit : Arti Bumi Intaran...