Kali ini aku ingin menceritakan beberapa sahabat
terbaik yang pernah aku miliki. Ya, tepatnya ketika aku sedang menyelesaikan
kuliah S1 di Pekanbaru. Bagi seorang anak kampung seperti aku, menemukan
sahabat, tempat cerita adalah solusi terbaik ketika pertama kali sampai di kota
besar ini. Makanya aku selalu berdoa agar Allah memberikanku sahabat terbaik
ketika aku menyelesaikan study S1.
Dan jeng…jeng…jeng..
Inilah sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Eh,
sebenarnya ada banyak sahabat terbaikku. Namun, kali ini aku akan menceritakan
orang-orang yang ada dalam foto ini. Ntar kapan-kapan aku bakal share kebersamaanku dengan teman-teman
lainnya.
Aku akan menceritakan gadis shalihah ini sesuai urutan
ya, yaitu dari kanan ke kiri. Tolong jangan dibalik, ntar salah orang jadinya
salah persepsi deh. Hehehe
Pertama itu mba Lan. Namanya sih Lani, jawa banget deh
pokoknya. Makanya satu kelas memanggilnya mba Lan. Ngomongnya itu lembut dan
sopan. Orangnya kalem, gak banyak cingkunek (istilah apaan sih ini, hehehe).
Namun ngomong sama mba Lan itu menenangkan banget lah. Pokoknya kalau rada
emosian, rada bĂȘte ketemu aja sama mba Lan, insya allah lebih tenang dan
bahagia. Hehehe
Kedua, mba Susi. Kenapa dipanggil mba? Ya karena
jawaaa banget. Karakter mba Susi hampir menyerupai mba Lan. Hanya saja kadang
mba Susi ngomongnya agak nyelekit. Hehehe. Saking miripnya mereka ini juga satu
kamar kos kosan lho. Nah, mba Susi ini paling rajin nasihati kami. Harus sholat
di musholla, jilbabnya harus begini, pake manset, ketawa jangan ngakak, jangan
sering nongkrong sama lawan jenis. Pokoknya panjaaaaaa lah. Apalagi kalau kami
lagi banyak tingkah. Wah bisa tambah panjang tuh nasehatnya mba Susi. Hehehe
Ketiga, Ira. Nah ini tuh stand up comedian kami. Asli
ini anak lucuuuuu banget. Ada ada aja deh tu yang bikin lawak dan gemesh.
Pokoknya kalau udah Ira ngomong pasti kami langsung ketawa terpingkal-pingkal.
Jadi pas kami sedih, galau, putus asa, langsung ketemu Ira. Suruh ngelawak,
auto hilang deh tuh sedihnya.
Keempat Hesty. Kalau yang ini mentor kami dalam
belajar. Percaya deh, ini anak pinter banget. Buktinya sekarang jadi ASN
sebagai dosen dong di kampus kami. Kurang keren apa coba. Pokoknya kalau
kebingungan memahami materi, Hesty akan jadi guru les tambahan. Bingung
ngerjain tugas, Hesty juga bakal direpotin, mau UAS atau UTS, Hesty harus siap
ditanya-tanya pas kami belajar. Untung ini anak sabar banget ngajarin kami.
Udah cantik, pintar, sabar juga. Duuh, masha Allah lah pokoknya
Terus aku deh. Aku tuh katanya paling cerewet, bawel.
Dikit-dikit cerita, dikit-dikit heboh. Orangnya baperan tingkat dewa. Disentil
dikit langsung nangis. Rapuh banget jiwanya. Eh, Hehe. Tapi gini-gini tetap
periang habis, energik dan selalu semangat. By
the way, ini omongan mereka ya, bukan dari aku. Aku Cuma nambahin
dikit-dikit doang kok. Aihh.
Di sebelah aku ada Ana. Gadis satu ini pendiaaam
banget. Ana gak bakal ngomong kalau gak perlu. Beneran deh. Jadinya sekali Ana
ngomong itu kami dengerin dan rasanya seneeeeng. Akhirnya ana ngomong juga. Hehehe. Walau pendiam, Ana ini jago
banget soal IT lho ya. Pokoknya kalau laptop bermasalah, kami cuss langsung
nanya ke Ana. Bikin email, Ana lagi. Ahh, pokoknya urusan dunia digital,
serahkan kepada Ana.
Nah, ada satu gadis yang tak terlihat karena lagi
motion kami. Hehe. Namanya Danny. Gadis ini tomboy banget. Usil tingkat dewa.
Nah Danny inilah yang suka bikin banyak tingkah. Ntah apa-apa aja yang
dilakukannya sehingga mba Susi selalu kasih nasihat panjangnya.
Jujurly, kami semua tidak pernah berjanji untuk masuk
ke jurusan yang sama di kampus ini. Bahkan kami tidak mengenal satu sama lain.
Orang tua kami pun berbeda. Bahasa, budaya, kebiasaan, tanah kelahiran,
semuanya jelas tak sama.
Namun kami dipersatukan disini. Kami dipersatukan oleh
Sang Maha Baik. Tanpa perlu dikomandoi kami saling meng-gravitasi satu sama
lain. Kami berusaha membentuk epsilon sekecil mungkin agar tak ada lagi jarak
yang membatasi.
Hingga akhirnya sang waktu membuat kami bermetamorfosa
menjadi saudara satu darah. Ya, kami seolah memiliki darah yang sama.
Dan ternyata tentu saja.
Bukankah kita memang saudara?
Saudara se iman
Saudara se Allah
Saudara se Rasulullah
Allah benar-benar Baik ya.
Bukan aku yang meminta orang-orang ini untuk menjadi
sahabatku selama berjuang menamatkan S1. Namun Allah pertemukan kita semua. Aku
hanya meminta sahabat-sahabat terbaik dan lihat, Allah memberikan kalian semua
untukku.
Dan pantaslah mengapa orang-orang ini adalah sahabat
terbaik yang pernah aku miliki. Ternyata mereka semua adalah jawaban dari
doa-doaku kepada Sang Khalik
Medan, 20 Juli 2020, 00 : 00
Sedang mengenang masa 10 tahun yang lalu. Ya, waktu
itu aku masih berjibaku dengan urusan Analisis Real, organisasi, rapat, ngajar
les, ngumpul bareng kawan-kawan.
No comments:
Post a Comment