Sunday, 19 July 2020

Kawan Semasa S1




Kali ini aku ingin menceritakan beberapa sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Ya, tepatnya ketika aku sedang menyelesaikan kuliah S1 di Pekanbaru. Bagi seorang anak kampung seperti aku, menemukan sahabat, tempat cerita adalah solusi terbaik ketika pertama kali sampai di kota besar ini. Makanya aku selalu berdoa agar Allah memberikanku sahabat terbaik ketika aku menyelesaikan study  S1.

Dan jeng…jeng…jeng..
Inilah sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Eh, sebenarnya ada banyak sahabat terbaikku. Namun, kali ini aku akan menceritakan orang-orang yang ada dalam foto ini. Ntar kapan-kapan aku bakal share kebersamaanku dengan teman-teman lainnya.

Aku akan menceritakan gadis shalihah ini sesuai urutan ya, yaitu dari kanan ke kiri. Tolong jangan dibalik, ntar salah orang jadinya salah persepsi deh. Hehehe

Pertama itu mba Lan. Namanya sih Lani, jawa banget deh pokoknya. Makanya satu kelas memanggilnya mba Lan. Ngomongnya itu lembut dan sopan. Orangnya kalem, gak banyak cingkunek (istilah apaan sih ini, hehehe). Namun ngomong sama mba Lan itu menenangkan banget lah. Pokoknya kalau rada emosian, rada bĂȘte ketemu aja sama mba Lan, insya allah lebih tenang dan bahagia. Hehehe

Kedua, mba Susi. Kenapa dipanggil mba? Ya karena jawaaa banget. Karakter mba Susi hampir menyerupai mba Lan. Hanya saja kadang mba Susi ngomongnya agak nyelekit. Hehehe. Saking miripnya mereka ini juga satu kamar kos kosan lho. Nah, mba Susi ini paling rajin nasihati kami. Harus sholat di musholla, jilbabnya harus begini, pake manset, ketawa jangan ngakak, jangan sering nongkrong sama lawan jenis. Pokoknya panjaaaaaa lah. Apalagi kalau kami lagi banyak tingkah. Wah bisa tambah panjang tuh nasehatnya mba Susi. Hehehe

Ketiga, Ira. Nah ini tuh stand up comedian  kami. Asli ini anak lucuuuuu banget. Ada ada aja deh tu yang bikin lawak dan gemesh. Pokoknya kalau udah Ira ngomong pasti kami langsung ketawa terpingkal-pingkal. Jadi pas kami sedih, galau, putus asa, langsung ketemu Ira. Suruh ngelawak, auto hilang deh tuh sedihnya.

Keempat Hesty. Kalau yang ini mentor kami dalam belajar. Percaya deh, ini anak pinter banget. Buktinya sekarang jadi ASN sebagai dosen dong di kampus kami. Kurang keren apa coba. Pokoknya kalau kebingungan memahami materi, Hesty akan jadi guru les tambahan. Bingung ngerjain tugas, Hesty juga bakal direpotin, mau UAS atau UTS, Hesty harus siap ditanya-tanya pas kami belajar. Untung ini anak sabar banget ngajarin kami. Udah cantik, pintar, sabar juga. Duuh, masha Allah lah pokoknya

Terus aku deh. Aku tuh katanya paling cerewet, bawel. Dikit-dikit cerita, dikit-dikit heboh. Orangnya baperan tingkat dewa. Disentil dikit langsung nangis. Rapuh banget jiwanya. Eh, Hehe. Tapi gini-gini tetap periang habis, energik dan selalu semangat. By the way, ini omongan mereka ya, bukan dari aku. Aku Cuma nambahin dikit-dikit doang kok. Aihh.

Di sebelah aku ada Ana. Gadis satu ini pendiaaam banget. Ana gak bakal ngomong kalau gak perlu. Beneran deh. Jadinya sekali Ana ngomong itu kami dengerin dan rasanya seneeeeng. Akhirnya ana ngomong juga. Hehehe. Walau pendiam, Ana ini jago banget soal IT lho ya. Pokoknya kalau laptop bermasalah, kami cuss langsung nanya ke Ana. Bikin email, Ana lagi. Ahh, pokoknya urusan dunia digital, serahkan kepada Ana.

Nah, ada satu gadis yang tak terlihat karena lagi motion kami. Hehe. Namanya Danny. Gadis ini tomboy banget. Usil tingkat dewa. Nah Danny inilah yang suka bikin banyak tingkah. Ntah apa-apa aja yang dilakukannya sehingga mba Susi selalu kasih nasihat panjangnya.

Jujurly, kami semua tidak pernah berjanji untuk masuk ke jurusan yang sama di kampus ini. Bahkan kami tidak mengenal satu sama lain. Orang tua kami pun berbeda. Bahasa, budaya, kebiasaan, tanah kelahiran, semuanya jelas tak sama.

Namun kami dipersatukan disini. Kami dipersatukan oleh Sang Maha Baik. Tanpa perlu dikomandoi kami saling meng-gravitasi satu sama lain. Kami berusaha membentuk epsilon sekecil mungkin agar tak ada lagi jarak yang membatasi.

Hingga akhirnya sang waktu membuat kami bermetamorfosa menjadi saudara satu darah. Ya, kami seolah memiliki darah yang sama.
Dan ternyata tentu saja.
Bukankah kita memang saudara?
Saudara se iman
Saudara se Allah
Saudara se Rasulullah

Allah benar-benar Baik ya.
Bukan aku yang meminta orang-orang ini untuk menjadi sahabatku selama berjuang menamatkan S1. Namun Allah pertemukan kita semua. Aku hanya meminta sahabat-sahabat terbaik dan lihat, Allah memberikan kalian semua untukku.

Dan pantaslah mengapa orang-orang ini adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Ternyata mereka semua adalah jawaban dari doa-doaku kepada Sang Khalik




Medan, 20 Juli 2020, 00 : 00
Sedang mengenang masa 10 tahun yang lalu. Ya, waktu itu aku masih berjibaku dengan urusan Analisis Real, organisasi, rapat, ngajar les, ngumpul bareng kawan-kawan.

No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...