
Judul : Rumah Pelangi
Penulis :
Hj. Samsikin Abu Daldiri
Penerbit :
Arti Bumi Intaran
Halaman :
337
Ini buku turunannya Laskar
Pelangi ya? Begitulah yang terlintas dalam benakku ketika seorang teman
menyuguhkan buku ini. Desain covernya yang hampir menyerupai Laskar Pelangi lah
yang menjadi alasan kenapa aku berpikir seperti itu. Buku ini terbitan tahun 2008,
dan aku baru menemukannya tahun 2018, wah
ternyata aku membutuhkan waktu 10 tahun untuk menemukan kemudian membaca
buku ini. Hehe. Buku ini adalah hasil percikan iman seorang teman. Terima kasih
telah berbaik hati meminjamkan buku ini. Kata beliau ini adalah salah satu buku
terbaiknya. Dan seperti janjiku, aku aka mencoba membuat review dari buku ini.
Aku ingin bahas dari judulnya.
Jujur, ketika aku membaca judulnya yang terbayang adalah sebuah kisah tentang
keluarga atau sekolah. Aku pikir novel klasik ini akan menceritkan banyak hal
tentang tempat, tentang rumah. Ternyata tidak. Tebakanku benar-benar salah. Kisah
ini merupakan kisah petualangan. Petulangan sebuah gadis luar biasa ke berbagai
tempat. Lalu, dimana letak rumah pelanginya? Akupun tak tahu. Di dalam novel
ini aku tak menemukan sesuatu yang disebut ‘rumah’ ataupun ‘pelangi’. Tapi
ingat ketika menulis kelas menulis onlinenya Pak Cah, yang penting itu judul,
isi mah tergantung penulis wae lah.
Mungkin prinsip ini yang kemudian dilakukan oleh penulis.
Rumah Pelangi merupakan kisah
nyata penulisnya, mungkin bisa kita sebut dengan autobiographi. Hj. Samsikin
adalah tokoh utama ‘aku’ di dalam novel ini. Beliau itu perempuan lho, jadi
jangan salah sangka dengan nama beliau. Latar di novel ini hampir semua berada
di Kota Yogyakarta, beberapa juga ada di Solo.
Sam, begitulah Hj Samsikin
dipanggil merupakan gadis desa yang pindah yang pintar, ceria, supel, ramah,
dan sederhana. Ia harus meninggalkan desanya untuk tinggal bersama pak de dan
budenya di Kota Yogya demi meneruskan sekolah. Sam anak yang pintar, sopan. Ia
menguasai semua pelajaran dengan baik terlebih lagi olaharaga dan musik, bahkan
Sam merupakan atlit dan penyanyi di sekolahnya.
Sampai akhirnya Sam bertemu
dengan mas Raharjo, lelaki priyayi yang menaruh hati kepadanya. Dalam diamnya
mereka berdua saling mencintai. Tetapi takdir berkata lain, mereka tak berjodoh
karena Mas Raharjo mendapat kecaman dari abangnya Sam, mas Mul. Merekapun
berpisah dengan keberangkatan mas Raharjo ke Jepang untuk melanjutkan sekolah.
Sam yang ditinggal akhirnya patah hati, kecewa dan gagal dalam ujian akhir
sekolahnya. Sehingga ia bertekad untuk tidak akan jatuh cinta lagi sampai ia
benar-benar lulus sekolah
Ketika ia menyiapkan
sekolahnya, hadirlah Abu, seorang teman yang aktif di dunia musik, sama dengan
dirinya. Awalnya kehadiran Abu sama sekali tidak mengusik hari-harinya, sampai
ketika Abu terus memperjuangkannya, ketika Abu dengan rajin datang ke asrama
sekolah untuk menemani belajar, ketika Abu yang mendekati keluarganya, ketika
Abu berjuang mati-matian meyakinkan Sam bahwa ia amat mencintai Sam, barulah
Abu menjadi sesutau yang bermain dalam pikiran Sam.
Begitulah kisah cinta mereka
yang penuh warna warni. Harus terpisah karena pengangkatan kerja di tempat
berbeda, harus bertengkar hanya karena Abu lupa menjemput Sam di stasiun kereta
api, sampai akhirnya mereka menikah. Pernikahan yang juga dipenuhi oleh drama
kehidupan. Long distance marriage
yang mereka geluti, hidup serba kekurangan ketika di awal pernikahan, Abu yang
cemburu berlebihan merupakan bumbu-bumbu pernikahan mereka.
Kisah cinta mereka yang kuat
terus bertambah karena kehadiran enam orang buah cinta mereka. Dan kehidupan
mereka mulai beranjak bagus ketika Abu menjadi bagian Muhammadiyah dan Sam
telah menjadi kepala Sekolah. Indah dan romantis. Sampai akhirnya kisah cinta
itu menemukan ujungnya. Ketika Abu dipanggil oleh Tuhannya. Selamanya. Dan
dengan perasaan haru Sam mengantarkan jenazah laki-laki yang telah menamaninya
selama empat puluh tahun.
Novel romansa. Ya, menurutku
ini adalah novel romantis. Novel yang mengisahkan perjalanan cinta dua manusia.
Sebenarnya tidak melulu soal romansa yang dibicarakan di novel ini. Rumah Pelangi
juga menceritakan tentang peruangan Sam yang mengajar di sekolah terpencil,
bagaimana Sam mendidik dan melatih siswanya, bagaimana kedekatan emosional
antara Sam dan siswanya. Selain itu juga menceritakan bagaimana peliknya
kehidupan di zaman PKI kala itu, bagaimana susahnya mempertahankan ideologi.
Tetapi fell untuk kedua bagian ini
sama sekali kurang ‘dapat’. Entah karena aku nya yang terlalu baper (hehe)
kisah romansa lebih mendominasi novel ini. Mungkin gaya menceritakan tentang
pendidikan dan PKI itu kurang menggigit aja.
Rumah Pelangi ini merupakan
novel klasik, gaya bahasanya benar-benar memoar
banget. Bahkan ada beberapa kata serapan bahasa jawa yang diselipkan dalam
percakapan tokohnya. Sam menceritakan perisitiwa dengan sangat runut, bahkan beliau
bisa menyebutkan beberapa tanggal penting seperti awal bertemu Abu, kencan di
taman. Selain itu gaya bahasanya benar-benar berbeda. Sebagai kids jaman now yang jarang banget membaca memoar seperti
ini, buku ini menjadi sesuatu yang menarik. Pilihan katanya halus sekali, baku
sekali, bahkan kadang-kadang terkesan lucu ketika aku membaca part dimana Abu
menggoda Sam dengan gaya bahasa yang klasik banget. Hehe. Entah aku yang baper
entah gimana, aku merasa bahwa sosok Abu benar-benar lelaki luar biasa. Sam
menceritakannya teramat detail betapa Abu mencintainya, betapa Abu
mengistimewakannya, Ahh apakah benar-benar ada lelaki seperti itu, pikirkuu.
Kalimat yang paling ‘nyes’ itu
ada di bagian cover depan,
“bagi biasanya orang menunggu
adalah sesuatu yang amat menyiksa, namun bagiku justru sebaliknya, kujalani
penantianku dengan penuh kenikmatan”
Kok ‘nyes’ banget yah?
Ahh, mungkin saja aku sedang
menunggu.
Medan, 12 Januari 2018, 21 : 48
Awalnya ingin mengistirahatkan
tubuh. Tetapi mata tidak mau bekerja sama, akhirnya laptop ini menyala dan
tanganku mulai menari di atas keyboard. Sembari berdoa ada yang mengetuk pintu
rumah, dan berkata “Mas pulang”
No comments:
Post a Comment