Friday, 5 January 2018

Resensi : Sunnah Sedirham Syurga




Judul                : Sunnah Sedirham Syurga
Penulis              : Salim A. Fillah
Penerbit             : Pro U Media
Halaman            : 268

Buku ini terbit tahun 2017 dan sayangnya aku baru membelinya awal tahun 2018, telat banget kan ya. Buku ini menjadi buku pertama yang aku khatamkan selama 1 minggu di awal tahun 2018, kurang sih dari satu minggu. Alhamdulillah. Karena targetku adalah 1 minggu  1 buku. Ya Allah semoga Allah mudahkan resolusi 2018 ini. Insya Allah aku juga bakal sharing resensi dari buku yang telah aku baca. Semoga bisa menginspirasi kalian semua. Amin.

Ada beberapa alasanku dalam memilih buku yang akan kubaca. Aku bukan penikmat semua jenis buku. Aku biasanya memfilter buku-buku yang akan masuk ke perpustakaanku, hehe. Biasanya aku membeli atau membaca buku berdasarkan hasil resensi atau trailer buku tersebut. Selain itu aku merujuk pada beberapa orang yang yang merekomendasikan sebuah buku tertentu. Nah, faktor yang paling aneh (menurutku) aku beli buku berdasarkan pengarangnya. Aku gak peduli dengan isi buku atau harganya. Biasanya jika pengarangnya sudah aku “klik” maka langsung aku beli.

Nah, alasan pengarang inilah yang membuatku membeli buku ini. Ya. Salim A. Fillah. Beliaulah alasan aku membeli bukunya. Well, aku hampir memiliki semua buku Salim A. Fillah, eh, semuanya deh. Mungkin bisa dibilang aku fans bukunya. Ingat lho, fans tulisannnya, fans pemikirannya, fans ceramahnya, bukan fans fisik or raganya.

Buku Sunnah Sedirham Syurga ini bukan bercerita tentang bagaimana mengelola hati, indahnya sebuah pernikahan atau bagaimana menjadi seorang muslim sejati (seperti buku Ust Salim yang sebelumnya). Buku ini hadir dengan nuansa baru yang berbeda menurutku. Buku ini merupakan kumpulan perjalanan Ust Salim ke berbagai tempat, Turki, Mekkah, dan berbagai negara di Eropa. Bahkan di setiap judulnya ada bukti foto yang dilampirkan Ust Salim. Ah, sepertinya Ust Salim paham banget motto kids jaman now, yaitu : No Picture Hoax, Heheh.

Ust Salim membagi buku ini menjadi tiga bagian besar yaitu Teladan Salaf Untuk Para Mukallaf, Belajar Bajik Dari Ulama Klasik, dan Oratoria Para Kesatria. Dari ketiga bagian ini terdapat beberapa judul kecil lagi. Nah, judul kecil inilah berisi masing-masing perjalanan dari Ust Salim ke berbagai tempat. Eits, ini bukan bentuk ke alay an beliau. Ust Salim tidak menceritakan bagaimana perjalanan ke sana, suasana di sana, enak atau tidaknya makanan di sana. BUKAN. Ust Salim menceritakan setiap hikmah yang ada di setiap perjalanannya, bahkan beliau menyelipkan beberapa kisah sahabat, firman Allah dan hadits Rasullah.

Judul Sunnah Sedirham Syurga sendiri merupakan salah satu judul dari sebuah perjalanan cerita Ust Salim yang terdapat pada bagian Belajar Bajik Dari Ulama Klasik. Jadi, ini bukan buku alay yang sekadar menceritakan tentang indahnya sebuah negeri, tetapi tentang hikmah dari perjalanan tersebut. Buku ini bukan hanya mengajak kita berwisata ke tempat yang dikunjungi Ust Salim, tapi mengajak hati dan jiwa kita berkelana ke zaman Rasulullah, mengilhami setiap firman Allah.

Bagian yang paling aku suka adalah Uhud Adalah Harimu dan Luka Itu. Untuk bagian yang ini aku harus menyediakan tissu untuk menghapus air mata. Bahkan setiap kali aku ulang membaca bagian yang ini, maka seketika itu air mata menetes lagi. Bagaimana tidak, ini adalah bagian yang menceritakan kisah Rasulullah pada perang Uhud. Ust Salim menceritakan dengan apiknya sehingga seolah aku melihat pemandangan itu tepat di hadapanku. Pemandangan wajah mulia yang meringis kesakitan, gamis putihnya yang berubah merah, seorang syahid yang masih berjalan, bahkan begitulah Rasulullah menamai dirinya kala itu. Bergetar, merinding, bahkan setiap detail yang diceritakan Ust Salim membuat air mata ini tak henti mengalir.

Begitulah Ust. Salim. Aku jatuh cinta di setiap tulisannya. Buatku tulisan Ust Salim bukan hanya berisi, menginspirasi, tapi bernyawa. Entah bagaimana Ust Salim memilih kata-kata yang ia sajikan di dalam bukunya sehingga semua kalimatnya benar-benar bernyawa. Inilah bentuk karunia Allah terhadap dirinya. Mungkin buku yang ditulis beliau bukanlah tulisan beliau seorang, tapi Allah juga ikut menuliskan berkah Nya di setiap susunan kalimat Ust. Salim. Masha Allah.

Jadi, kalau membaca buku Ust Salim, yang biasanya aku siapkan adalah pulpen, notes, stabilo dan tisu (ini bagian yang paling penting, hehe). Semoga Allah selalu memberkahi setiap aktivitasmu Ustadz. Semoga selalu menginspirasi. Semoga tak henti mengajari kami lewat buku-bukumu.

Penasaran dengan perjalanan penuh hikmahnya Ust Salim? Silakan dibeli bukunya!


Medan, 5  Januari 2018, 14:39
Bagian yang menggetarkan itu adalah ketika aku melihat namamu tertulis lengkap di sebuah ujung paragraf yang ditulis Ust Salim. Eeh..

No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...