Wednesday, 10 January 2018

Tukang Dongeng





Tantangan pertama ketika memulai sebuah pembelajaran adalah memfokuskan siswa agar benar-benar siap menerima pelajaran. Kenapa harus fokus? Ahh, sepertinya tak perlu aku jelaskan lagi. Bukankah fokus adalah kunci keberhasilan seseorang? Sebuah lup hanya akan bisa membakar kertas di bawah cahaya matahari jika lup itu memiliki fokus. Dan masih banyak contoh yang menyatakan bahwa fokus itu adalah inti dari sebuah pembelajaran. Sehingga fokus siswa adalah pekerjaan pertama guru sebelum memulai pelajarannya. Bagaimana seorang guru membuat siswa merasa siap ia akan belajar pelajaran tertentu, membuat siswa merasa bahwa ia sedang di kelas dan ada guru yang akan menjelaskan materi pelajaran (karena banyak banget siswa yang di kelas raganya tapi pikirannya di kantin dengan semangkuk bakso, heh).

Memfokuskan siswa akan jauh lebih menantang lagi pada pelajaran yang membutuhkan perhatian ekstra, sebut saja matematika, fisika, kimia. Pelajaran yang konon katanya sangat mengerikan, sangat meyebalkan. Nah, udah kebayang kan gimana menantangnya awal pembelajaran buatku, seorang guru matematika. Hehe.

Beruntung guru yang bisa masuk di jam yang mengenakkan, pagi hari misalnya. Kondisi siswa di pagi hari sangat fit karena mereka belum menemukan masalah, sudah menyelesaikan urusan perutnya dan cuaca masih sangat bersahabat. Bayangkan jika mengajar pada siang hari. Widiiihh...tantangan seorang guru akan dimulai. Cuaca panas dan perut lapar menjadi faktor utama tingkat ke fokusan mereka berkurang. Lalu, bagaimana guru menyelesaikan masalah cuaca panas dan perut lapar ini? Hehe.

Tidak hanya itu, kombinasi mata pelajaran pada hari itu juga mempengaruhi tingkat kefokusan siswa. Bayangkan, siswa belajar matematika setelah mereka belajar olahraga. What?  Nanti di kelas pada tidur semua karena kecapekan. Atau belajar fisika setelah belajar matematika, wah, mungkin para siswa akan langsung melihat ke kamera dan melambaikan tangan, ampuuun...ampuun..heheh. Apa yang bisa dilakukan guru dengan jadwal pelajaran siswa?

Cuaca panas, perut lapar, jadwal pelajaran siswa mungkin akan bisa dikondisikan guru, tapi faktor yang lain? Faktor yang tak terlihat, tak diketahui guru, bagaimana guru mengkondisikannya? Sebut sajalah masalah di keluarga siswa, masalah siswa yang baru putus dengan pacarnya, masalah siswa yang baru kehilangan pulpennya, dan masih banyak masalah sepele (menurut guru) yang merusak konsentrasi siswa dalam belajar. Dan ini semua benar-benar di luar kuasa guru. Guru tak akan bisa mengendalikan semua faktor ini.

Sebuah trik yang pernah aku coba untuk memfokuskan siswa, dan alhamdulilah manjur (obat kali ah) adalah dengan mendongeng mereka. Di dongeng? Nanti mereka tertidur lho. Eits, dongeng yang aku ceritakan ini bukan sembarangan dongeng, seperti putri pangeran atau kisah romeo dan juliet.

Sebelum memulai pelajaran, aku biasanya sudah mempersiapkan sebuah cerita untuk mereka. Ini artinya apa? Sebagai guru jangan hanya modal tangan kosong aja masuk ke kelas. Guru harus mempersiapkan rencana ia di kelas, mau jelasin materi apa, mau ngasih soal halaman berapa atau mau bawain lelucon yang mana. Catet tuh. Guru tetap harus persiapan di setiap malamnya. Cerita inspiratif yang aku siapkan biasanya aku sesuaikan dengan kondisi mereka. Jika ketemu kelas yang lelaki semua (aku pernah merasakan ini, he) guru bisa menceritakan kisah heroik, kisah lelaki hebat, sukses atau sekadar hasil pertandingan bola tadi malam. Jangan ceritakan kisah melow dan penuh emosional kepada siswa laki-laki, kebanyakan di antara mereka gak suka. Heheh.

Biasanya, aku menceritakan tentang kisah pemuda yang sukses, sebuah tradisi unik di negara tertentu , kisah sahabat Rasulullah yang tidak begitu terkenal (nah, untuk yang ini kondisinal aja, kalau siswanya muslim semua silakan), kisah orang-orang di sekitarku bahkan mungkin kisahku sendiri. Jika ada momentum hari tertentu misalnya hari ibu, sumpah pemuda, ceritakanlah dongeng tentang hal itu kepada mereka.

Berceritalah layaknya tukang dongeng. Ekspresif, detail dan bersemangat. Jangan hanya sekadar bercerita sebuah kisah dan mereka mendengarnya, tapi buatlah mereka terhanyut dengan dongeng yang kita ciptakan. Jika perlu, gunakan pernak pernik mendukung, misalnya saja gambar. Aku pernah menceritakan sosok Jengis Khan kepada siswaku dengan menujukkan beberapa gambar kekejaman Jengis Khan. Mereka benar-benar terbawa dengan ceritaku, heran, mendengar dengan seksama setiap kata yang aku ucapkan. Bukankah itu artinya fokus?

Mungkin guru tidak bisa menjamin bahwa siswa akan benar-benar fokus setelah mendengar dongeng, tapi minimal dengan mendengarkan sebuah cerita kepada siswa, akan membuat  mereka ‘hadir’ kembali dalam kelas kita. Tidak hanya memfokuskan siswa, bercerita adalah ajang menanamkan konsep dan mempengaruhi pemikiran siswa. Bayangkan, setiap pertemuan guru menceritakan sebuah kisah pemuda yang sukes, perlahan pikiran siswa akan di cekok i bahwa mereka juga bisa menjadi seorang pemuda sukses yang sering gurunya ceritakan. Lihat, cerita kita akan sangat bisa mempengaruhi pikiran mereka.

Jadi mendongenglah wahai guru. Bukan sekadar untuk membuat siswamu fokus, tapi juga mengajarkan sebuah nilai-nilai kehidupan untuk mereka. Pesan kebaikan yang guru sampaikan lewat dongeng itu akan mendengung terus di telinga mereka sehingga akan di terjemahkan otak sebagai sesuatu yang harus mereka lakukan, sesuatu hal yang bagus, sesuatu hal yang patut ditiru.

Dimana dapat ditemukan cerita dongeng itu? Ahh, tante google menyediakan sejuta dongeng. Silakan temukan di sana, dan selamat mencoba!




Medan, 5 Januari 2018 15:58
Tulisan ini berakhir dengan berkumandangnya adzan ashar. Labbaika ya Robbi!

No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...