14
April 2018
Ingin
rasanya melonjak kegirangan karena melihat tanggal itu. Bukan karena ada yang
milad atau hari anniversary apaa
gitu. Melainkan karena tanggal itu berwarna merah di kalender. Its mean holiday, yeaay!. Buatku hari
libur dan hari biasa hampir tidak ada bedanya sih. Toh, pekerjaanku tidak
menuntutku untuk berlama-lama di kantor, jadinya aku tidak begitu terbeban
dengan urusan pekerjaan. Dan tentunya hari libur pun kadang-kadang aku masih
berkutat dengan tulisan, papper,
article¸modul atau apapun itu. But, begitulah, aku selalu exicted sendiri ketika melihat tanggal yang berwarna merah, *aneh*.
Rencananya
sih holiday kali ini aku akan manfaatkan untuk
menghabiskan waktu ku di rumah saja. Ya, setiap harinya aku selalu keluar
rumah, tentunya untuk urusan pekerjaan, dan beberapa urusan lain yang beneran
penting, bukan sekedar leyeh-leyeh aja di cafe *catet tuh, heheh*. Aku ingin
menghabiskan hari dengan pekerjaan ala istri shalihah *eh*, yaitu mencuci pakaian,
beres-beres rumah. Aku juga berencana menghabiskan beberapa bacaan buku yang
sempat tertunda karena sibuk, menikmati segelas cappucino sambil dengerin lagu photograph nya Ed Sheeran. Ahh, perfectly holiday deh. Ya, mau gimana
lagi, anak kos yang jauh dari orang tua, plus teman-teman yang pada udah nikah
semua, dan sebagian diantara mereka adalah worker
holic, membuat aku merasa sendirian, hufthiks.
Lalu,
ternyata Allah mendengarkan keluh kesah anak kos yang hobi sendirian ini, hehe.
Dengan kuasa Nya Allah gerakkan hati sebuah keluarga yang mulia, baik hati dan
rajin sedekah ini untuk mengajakku bergabung di acara libuaran mereka. Nggak
kebayang betapa senangnya anak kos yang satu ini. Tentu saja tawaran ini sangat
sayang kalau dilewatkan begitu saja. Akhirnya tanpa pikir panjang, aku
meng-iyakan jawaban mereka. Yeaay, akhirnya aku pergi liburan juga.
Alhamdulillah, Allah itu baik banget ya!
Kesenangan
itu semakin memuncak ketika mendengar bahwa kami akan menghabiskan liburan itu
di sebuah pantai. Hey, anak gunung ini akan kembali bermain di pantai,
yeaaaay!. Pantai Pondok Permai yang berada di Kabupaten Serdang Bedagai menjadi
destinasi kami. Posisinya berdekatan dengan pantai Cermin, pantai Bali Lestari.
Ada banyak pantai deh di sekitaran situ, jadi kita bisa memilih pantai mana
saja yang akan kita kunjungi. Dan berdasarkan hasil istikharah kami *ya ampun*
, pantai Pondok Permai menjadi pilihan terbaik.
Perjalanan
menuju ke Pantai Pondok Permai hampir terbilang safety banget deh. Kita bisa menempuhnya hanya tiga jam perjalanan
darat. Ya, memang sih kita akan melintasi jalur lintas yang biasanya sering
dilewati mobil atau bus besar. Tapi dengan kesiagaan, kehati-hatian, dan modal
tawakkal kepada Allah, it is truly safety.
Ada beberapa titik macet sih selama perjalanan, apalagi ketika memasuki kota
Lubuk Pakam. Biasa sih, itu pusat kota plus hari ini long weekend, so wajar
banget dong kalau macet di sana sini. Tetapi macetnya nggak separah macet jam
pulang kerjanya kalau di Medan. Kalau itu mah, ampuun DJ, hehehe.
Ketika
memasuki kawasan pantai, as my
expectation, pantai ini ramai banget euy. Padahal kami landing di sana sekitar jam 11.00 WIB. Ya, maklumkan saja ini kan long weekend. Para pemburu liburan tentu tidak akan
menyia-nyiakan pantai ini, termasuklah kami. Walau kondisi ramai, parkir
kendaraan tetap tersedia, aman, nggak senggol-senggolan *ih apaan sih*. Salut
deh, manajeman pantai ini beneran pandai mengalokasikan lahan untuk parkir,
luas banget euy.
Setelah
menemukan tempat parkir yang cocok, akhirnya kami mencari pondok untuk
istirahat dan menikmati bekal yang telah kami siapkan. Untuk menyewa pondok,
kita harus mengeluarkan uang sebesar Rp
75.000 dengan waktu yang unlimited.
Aku rasa cukup mahal sih dengan ukuran kecil yang hanya sekitaran 2m x 2m (ihh,
beneran deh, itu tuh kecil banget, atau kami yang kebanyakan yak, hehe). Tetapi
jangan khawatir kehabisan deh, pihak pantainya memiliki stok pondok yang banyak
banget, heh. Aku rasa manajemennya benar-benar best planner nih. Setelah menyusun perlengkapan makan, barulah kami
menikmati makan siang yang ditemani dengan deburan ombak. Plus melengkapinya
dengan berbagai dokumentasi *as an
usually*.
![]() |
Dokumentasi sebelum makan siang |
Akhirnya
aku memutuskan untuk berkeliling pantai. Dan sekali lagi, ini beneran ramai
dengan makhluk bernapas. Aku mencoba berdamai dengan kondisi ini. Tenang Suci,
kamu akan baik-baik saja walau crowded begini. Aku menemani dua krucil-krucil (read :keponakan) untuk mandi di pantai itu. Hmm,
menurutku kondisi air di pantai ini lebih meyakinkan ketimbang pantai Cermin
atau pantai Sri Mersing. Airnya lumayan bersih, ya walau nggak sebersih pantai
di Aceh atau di Padang. Oke, stop to
compare, Suci. Ombaknya pun juga tidak begitu tinggi, jadi cocok banget deh
buat anak-anak mandi disini, eeh bukan hanya anak-anak yang mandi di sini, tapi
juga orang dewasa. Terus aku? Absolutely
NOT.
Bukan
hanya airnya yang ‘cukup bersih’, pantai ini juga memiliki tempat favoritku.
Apalagi kalau bukan spot untuk
dokumentasi. Ada beberapa tempat yang didesain oleh pihak pantai sebagai tempat
untuk mengabadikan momen. Ada yang berupa miniatur rumah, plang dengan ucapan i love you, replika lumba-lumba, kapal,
dan masih banyak jenis spot foto
lainnya.
Selain
itu kita juga bisa merasakan sensasi naik boat dengan gaya meliuk-liuk di tengah laut. Pihak
pantai ini menyediakan boat yang
(tentunya ada tarif dong) bisa digunakan untuk mengelilingi lautan. Boat ini bisa mengangkut sekitar sepuluh
orang.
Urusan
fasilitas, pantai pondok Permai pantas diacungi jempol deh. Mulai dari tempat
parkir yang luas sehingga setiap mobil yang masuk pasti selalu ada tempat,
hehe. Kamar mandi dan toilet juga bagus dan bersih. Ada beberapa kamar mandi
yang terdapat di pantai, sehingga para pengunjung pantai nggak perlu rebutan
apalagi ngantri berjam-jam. Begitu juga dengan tempat ibadah, oke punya deh,
mushollah nya bagus dan bersih, ada mukenahnya lagi. Sayangnya, posisi
mushollanya agak jauh banget dari pantai, jadi butuh energi ekstra untuk
mencapainya. Dan kita tidak perlu khawatir soal makanan. You can found millon foods here, sate kerang, sate jengkol, bakso,
makanan ala-ala cafe pantai, bahkan kacang dan jagung rebus juga, hehe.
Kami
akhirnya menghentikan perjalanan ini ketika lelah mulai melanda. Sore menjelang
dan kami bergegas meninggalkan pantai. Kembali menikmati perjalanan ke ibu
kota, menghadapi macet lagi, menghadapi jalan berlubang lagi, menghadapi bunyi
klakson dan teriakan, menghadapi tumpukan deadline
pekerjaan dan tentunya menghadapi kenyataan bahwa kamu masih tidak menyadari
keberadaanku, aiih.
Medan,
24 April 2018, 20 : 22 WIB
I still waiting for the next journey yaa!
No comments:
Post a Comment