Judul : Beauty Case
Penulis :
Icha Rahmanti
Penerbit :
Gagasmedia
Halaman :
286
Kesan pertama melihat cover dari buku ini adalah “wah, aku bakalan baca
buku romansa ala-ala remaja nih”. Well,
sebenarnya paling nggak banget kalau disuruh baca cerita seperti tenlit-tenlit gitu, ketuaan aku rasanya, hehe. Tapi beberapa teman tetap
menyarankan aku agar memasukkan tenlit
sebagai bahan koleksi bacaan. Kata mereka nambah kosa kata, nambah ide, dan
tentunya nambah tingkat kebaperan *aiih*. Kalian bisa melihat sendiri cover nya kan? Ya, sesuai sih dengan judulnya.
Covernya jelas menampilkan wajah seorang perempuan
yang cantik plus kacamata plus lipstik. Terbayang banget nih bahwa novel ini
akan menceritakan remaja yang heboh dengan masalah fisik, masalah kecantikan
atau kepopuleran. Ya, my guess sih.
But,
have you heard? Don’t judge a book by its cover. Ungkapan ini tuh sesuai banget sama buku ini.
Antara cover yang alay menurutku very totally different dengan isi cerita
yang luar biasa. Well, ini memang
bercerita tentang masalah asmara, persahabatan, persaingan dan tentang
kecantikan. But, ternyata tidak
sesederhana yang aku kira. Cerita dalam novel ini benar-benar di luar
prediksiku. Ahh, i fall in love with this
novel.
Novel ini bercerita tentang seorang
gadis 25 tahun, Nadja Sinka Suwita, yang
hidup di tengah hiruk pikuknya kota Jakarta. Ia adalah seorang freelancer jasa desain interior. Tentunya
sebagai seorang freelancer membuat dirinya
sering mengalami permasalahan ekonomi. Job
yang kadang datang kadang tidak, jelas-jelas membuat her financial management is
mess. Beruntung ia tinggal di rumah kakak satu-satunya, kak Shana, sehingga
ia tidak perlu memikirkan masalah biaya tinggal dan biaya makan.
Kebosanan yang kerap melanda
hidupnya berhasil ia atasi dengan kehadiran dua sahabat terbaik, yaitu Obi dan
Dian. Obi adalah anak orang kaya, terkenal, serta memiliki relasi yang luas. Obi
adalah seorang cowok pebisnis, semua bisnis digawanginya, sehingga Obi adalah the best gimp for Nadja. Semua proyek yang Nadja lakukan berasal dari Obi. Sementara
Dian adalah gadis lulusan hukum yang menghabiskan hari-harinya dengan bekerja
di sebuah firma hukum. Walau background
ketiga sahabat ini sangat berbeda satu
sama lain, tetapi mereka benar-benar saling melengkapi. Bercanda, menghabiskan
waktu bersama, mengumpat bersama, menceritakan orang lain pun bersama. Sahabat yang
benar-benar klop deh.
Cerita serunya dimulai ketika
Nadja bertemu dengan keponakan Haslan Nasution, yaitu Budiarsyah Nasution. Haslan Nasution sendiri adalah
seorang pemimpin partai yang akan maju di arena pemilu waktu itu. Itu artinya,
Budi Nasution sendiri di gadang-gadang sebagai replikanya Haslan Nasution. Well, Nadja langsung suka kepada Budi
pada pandangan pertama. Secara, Budi itu ganteng, keren, cool, smart, populer, aah
eligible man pokoknya.
Nadja menjadikan Budi sebagai the one and only drop dead gorgeous. Dengan segala keberanian ia
berusaha mendekati Budi, membangun komunikasi, and she gets what she wants. She
makes a contact, makes a call, and makes a SMS with Budi. It is awesome, isn’t
it?
Ia merasa bahwa Budi juga
menaruh simpati kepadanya, ya, mungkin menyukainya.
Sampai akhirnya ia bertemu
kenyataan bahwa sosok artis yang dikaguminya, Dania Amaranti Soedjono, seorang cover girls tabloid kesayangannya,
memiliki hubungan khusus dengan Budi Nasution. Seketika itu ia menjadi begitu
benci dengan sosok artis itu, bahkan mengatur berbagai cara agar Dania yang
konon katanya cantik jelita itu benar-benar memiliki imej yang jelek di depan publik.
Kekesalan itu semakin memuncak
ketika ia harus berada di proyek yang sama dengan Dania. Nadja benar-benar
berjuang untuk mendapatkan perhatian Budi. Ia ingin membuktikan bahwa sejatinya
ia lebih pantas mendampingi Budi daripada Dania. Well, memang sih ia tidak secantik Dania, tetapi Nadja merasa
memiliki kemampuan otak yang tidak dimiliki Dania. Akhirnya ia mulai melakukan
hal-hal aneh untuk memenangkan pertandingan yang ia ciptakan sendiri ini.
Akankah Nadja memenangkan hati Budi? Kuy dibaca langsung bukunya.
Mba Icha Rahmanti, kok bukunya
bagus banget siih? Beneran, aku suka banget. Well, kalau masalah ide udah biasa sih. Persahabatan, cinta, dan
kecantikan serta kepopuleran. Aku sering menemukan kisah ini di berbagai buku. Tetapi
mba Icha benar-benar apik, rapi, sistematis dalam menggabungkan semua hal itu
dalam buku ini. Pesan yang ingin mba Icha sampaikan juga bisa aku serap dengan
baik, sangat baik malahan. Mba Icha menjelaskan bagaimana definisi cantik itu
sebenarnya, apakah kecantikan itu perlu untuk sebuah hubungan.
Beneran deh aku salut banget. Mba
Icha menabrak semua tombol-tombol perasaan di dalam otakku. Aku bisa menangis,
gembira, kesal, dan itu berubah-ubah dalam jeda waktu yang singkat. Aah, buat
perempuan segera deh baca buku ini, dan pastikan kalian menemukan the new inner beauty dalam diri kalian. Dan yang paling aku suka,
mba Icha meng-combine percakapan
dengan bahasa Inggris, iih, aku suka banget mba, beneraaaan.
Bagian favoritku itu ada di part 15
“Trophy vs Partner (page 231-244). Kenapa aku bisa suka? Mungkin karena
inilah yang paling relate dengan kondisi yang aku alami sekarang. What? . Percakapan antara Max dan Nadja.
Kamu itu mau mencari trophy atau partner sih? Kalau cuma memimpikan
pasangan yang populer, dipuja, kaya, ganteng atau sekadar muasin ego itu mah
kamu mau dapat trophy aja. After that? Ya bakal ditaruh dan dibiarkan berdebu. Nah,
kalau kamu nyari partner yang orientasinya lebih kepada kecocokan jiwa
dan visi misi kan lebih keren. Kamu sendiri kalau disuruh memilih mau dijadikan
trophy atau partner?
Medan, 22
April 2018, 15 : 12 WIB
Buku ini menamparku dengan
keras. Hey Suci, jangan-jangan dia bukan
partner hidupmu, dia hanya sebatas trophy
yang dipuja, diagung-agungkan. Masalahnya sekarang kamu mau nyari trophy atau partner? oke Suci, think
smart !
No comments:
Post a Comment