Sunday, 22 April 2018

Resensi : Beauty Case




Judul             : Beauty  Case
Penulis           : Icha Rahmanti
Penerbit          : Gagasmedia
Halaman         : 286

Kesan pertama melihat cover  dari buku ini adalah “wah, aku bakalan baca buku romansa ala-ala remaja nih”. Well, sebenarnya paling nggak banget kalau disuruh baca cerita seperti tenlit-tenlit gitu, ketuaan aku rasanya, hehe. Tapi beberapa teman tetap menyarankan aku agar memasukkan tenlit sebagai bahan koleksi bacaan. Kata mereka nambah kosa kata, nambah ide, dan tentunya nambah tingkat kebaperan *aiih*. Kalian bisa melihat sendiri cover nya kan? Ya, sesuai sih dengan judulnya. Covernya  jelas menampilkan wajah seorang perempuan yang cantik plus kacamata plus lipstik. Terbayang banget nih bahwa novel ini akan menceritakan remaja yang heboh dengan masalah fisik, masalah kecantikan atau kepopuleran. Ya, my guess sih.

But, have you heard? Don’t judge a book by its cover. Ungkapan ini tuh sesuai banget sama buku ini. Antara cover yang alay menurutku very totally different dengan isi cerita yang luar biasa. Well, ini memang bercerita tentang masalah asmara, persahabatan, persaingan dan tentang kecantikan. But, ternyata tidak sesederhana yang aku kira. Cerita dalam novel ini benar-benar di luar prediksiku. Ahh, i fall in love with this novel.

Novel ini bercerita tentang seorang gadis 25 tahun, Nadja Sinka Suwita,  yang hidup di tengah hiruk pikuknya kota Jakarta. Ia adalah seorang freelancer jasa desain interior. Tentunya sebagai seorang freelancer membuat dirinya sering mengalami permasalahan ekonomi. Job yang kadang datang kadang tidak, jelas-jelas membuat her financial management is mess. Beruntung ia tinggal di rumah kakak satu-satunya, kak Shana, sehingga ia tidak perlu memikirkan masalah biaya tinggal dan biaya makan.

Kebosanan yang kerap melanda hidupnya berhasil ia atasi dengan kehadiran dua sahabat terbaik, yaitu Obi dan Dian. Obi adalah anak orang kaya, terkenal, serta memiliki relasi yang luas. Obi adalah seorang cowok pebisnis, semua bisnis digawanginya, sehingga Obi adalah the best gimp for Nadja. Semua proyek yang Nadja lakukan berasal dari Obi. Sementara Dian adalah gadis lulusan hukum yang menghabiskan hari-harinya dengan bekerja di sebuah firma hukum. Walau background  ketiga sahabat ini sangat berbeda satu sama lain, tetapi mereka benar-benar saling melengkapi. Bercanda, menghabiskan waktu bersama, mengumpat bersama, menceritakan orang lain pun bersama. Sahabat yang benar-benar klop deh.

Cerita serunya dimulai ketika Nadja bertemu dengan keponakan Haslan Nasution, yaitu Budiarsyah  Nasution. Haslan Nasution sendiri adalah seorang pemimpin partai yang akan maju di arena pemilu waktu itu. Itu artinya, Budi Nasution sendiri di gadang-gadang sebagai replikanya Haslan Nasution. Well, Nadja langsung suka kepada Budi pada pandangan pertama. Secara, Budi itu ganteng, keren, cool, smart, populer, aah eligible man  pokoknya.
Nadja menjadikan Budi sebagai the one and only drop dead gorgeous. Dengan segala keberanian ia berusaha mendekati Budi, membangun komunikasi, and she gets what she wants. She makes a contact, makes a call, and makes a SMS with Budi. It is awesome, isn’t it?
Ia merasa bahwa Budi juga menaruh simpati kepadanya, ya, mungkin menyukainya.

Sampai akhirnya ia bertemu kenyataan bahwa sosok artis yang dikaguminya, Dania Amaranti Soedjono, seorang cover girls tabloid kesayangannya, memiliki hubungan khusus dengan Budi Nasution. Seketika itu ia menjadi begitu benci dengan sosok artis itu, bahkan mengatur berbagai cara agar Dania yang konon katanya cantik jelita itu benar-benar memiliki imej yang jelek di depan publik.

Kekesalan itu semakin memuncak ketika ia harus berada di proyek yang sama dengan Dania. Nadja benar-benar berjuang untuk mendapatkan perhatian Budi. Ia ingin membuktikan bahwa sejatinya ia lebih pantas mendampingi Budi daripada Dania. Well, memang sih ia tidak secantik Dania, tetapi Nadja merasa memiliki kemampuan otak yang tidak dimiliki Dania. Akhirnya ia mulai melakukan hal-hal aneh untuk memenangkan pertandingan yang ia ciptakan sendiri ini. Akankah Nadja memenangkan hati Budi? Kuy dibaca langsung bukunya.

Mba Icha Rahmanti, kok bukunya bagus banget siih? Beneran, aku suka banget. Well, kalau masalah ide udah biasa sih. Persahabatan, cinta, dan kecantikan serta kepopuleran. Aku sering menemukan kisah ini di berbagai buku. Tetapi mba Icha benar-benar apik, rapi, sistematis dalam menggabungkan semua hal itu dalam buku ini. Pesan yang ingin mba Icha sampaikan juga bisa aku serap dengan baik, sangat baik malahan. Mba Icha menjelaskan bagaimana definisi cantik itu sebenarnya, apakah kecantikan itu perlu untuk sebuah hubungan.

Beneran deh aku salut banget. Mba Icha menabrak semua tombol-tombol perasaan di dalam otakku. Aku bisa menangis, gembira, kesal, dan itu berubah-ubah dalam jeda waktu yang singkat. Aah, buat perempuan segera deh baca buku ini, dan pastikan kalian menemukan the new inner beauty  dalam diri kalian. Dan yang paling aku suka, mba Icha meng-combine percakapan dengan bahasa Inggris, iih, aku suka banget mba, beneraaaan.

Bagian favoritku itu ada di part 15  “Trophy vs Partner (page 231-244). Kenapa aku bisa suka? Mungkin karena inilah yang paling relate  dengan kondisi yang aku alami sekarang. What? . Percakapan antara Max dan Nadja. Kamu itu mau mencari trophy atau partner sih? Kalau cuma memimpikan pasangan yang populer, dipuja, kaya, ganteng atau sekadar muasin ego itu mah kamu mau dapat trophy aja. After that?  Ya bakal ditaruh dan dibiarkan berdebu. Nah, kalau kamu nyari partner  yang orientasinya lebih kepada kecocokan jiwa dan visi misi kan lebih keren. Kamu sendiri kalau disuruh memilih mau dijadikan trophy atau partner?




Medan, 22 April 2018, 15 : 12 WIB
Buku ini menamparku dengan keras. Hey Suci, jangan-jangan dia bukan partner  hidupmu, dia hanya sebatas trophy  yang dipuja, diagung-agungkan. Masalahnya sekarang kamu mau nyari trophy atau partner? oke Suci, think smart !

No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...