Friday, 6 April 2018

Resensi : The Angel Inside



Judul            : The Angel Inside
Penulis          : Chris Widener
Penerbit         : Mori Agency Co, Ltd
Halaman         : 126

“Akan datang masa dimana anda harus memutuskan apakah ingin hidup dalam pilihan orang lain atau memilih sendiri hidup yang anda inginkan”

Itu adalah kalimat pertama yang aku temukan ketika membuka lembaran awal buku ini. Menohok sekali. Aku merasa tulisan itu memang dipersembahkan untukku. Kalimat singkat inilah yang kemudian membuat rasa ingin tahuku terhadap buku ini semakin menjadi-jadi. Tanpa berpikir panjang, aku langsung membaca buku ini dan berusaha menamatkan. Well, karena aku biasanya sebelum membaca buku, suka banget ngepoin buku itu. Mencari beberapa informasi di internet tentang buku, membaca sinopsis, mengamati daftar isi, kata pengantar atau mencermati hasil spoiler dari orang-orang. Nah jika menurutku buku itu menarik, baru deh aku mulai membacanya.

Buku ini adalah sebuah buku fiksi yang menceritakan perjalanan seorang pemuda yang tengah putus asa dengan kehidupannya yang ia rasa berantakan. Pemuda itu memilih berlibur ke Florensia, sebuah kota di Italia. Ternyata liburan yang ia anggap sebagai pelarian atas masalahnya menjadikan ia bertemu dengan seorang pria tua yang mengajarkan ia banyak hal mengenai nilai-nilai kehidupan.

Tom Cook, pria yang tengah berputus asa itu belajar dari maha karyanya Michela Angelo, seorang seniman pemahat patung ternama dari Italia. Patung David adalah sebuah maha karya Michela Angelo. Pria tua tersebut mengajarkan banyak hal kepada Tom melalui patung tersebut. Pria tua itu mencoba menemukan potensi diri Tom yang selama ini tidak disadarinya, membangkitkan semangat dan motivasi Tom agar menjadi diri yang sebenarnya.  Pria tua itu menjelaskan mengapa ukuran tangan dan kepala patung David  lebih besar? Lalu, apa hubungannya dengan kehidupan. Mengapa Michela Angelo mampu membuat patung David dengan sangat sempurna? Bagaimana keterkaitan antara memahat dan memoles patung dengan sebuah kehidupan yang dijalani manusia.

Hanya beberapa jam dihabiskan Tom bersama pria itu. Berkeliling ke museum patung David, melanjutkan perjalanan ke sebuah galeri seni, dimana para pemahat patung sedang bekerja, lalu berakhir di sebuah acara makan malam ringan yang istimewa. Walau hanya hitungan beberapa jam saja, Tom mampu mengubah pikirannya mengenai hidup yang ia jalani selama ini. Ia sadar betapa bodohnya ia yang tak mampu melihat potensi yang sebenarnya ia miliki. Pembelajaran yang diberikan oleh pria tua itu benar-benar membuat dirinya seolah terlahir kembali. Ia sangat siap untuk bertempur dengan realita yang akan ia hadapi di negerinya. Dan akhirnya Tom Cook pulang ke negerinya untuk menjadi the new  Tom Cook.

Well, ini memang sebuah kisah fiktif. Tetapi menurutku, buku ini bukan sekadar kisah fiktif saja. Ia adalah sebuah kisah fiksi yang amat baik, bahkan cerita fiksi ini jauh lebih benar daripada fakta. Chris Widener mengemas buku ini dalam bentuk cerita fiksi, akan tetapi pesan dan nilai kehidupan yang ia coba sampaikan tetap tersajikan dengan baik lewat dialog ringan antara Tom dan pria tua.

Honestly, pembahasan Widener di dalam buku bisa dikatakan sedikit rumit dan berat. Ada beberapa istilah tentang dunia seni atau beberapa sejarah tentang Michela Angelo. Hal ini menyebabkan pembaca harus berpikir dan membayangkan seperti apa kondisi yang diceritakan oleh Widener. Bahkan aku sampai searching untuk memastikan kebenaran akan khayalan dan pemikiranku. Nah, cerdiknya beliau, menyederhanakan kerumitan pemikiran itu lewat cerita fiksi dengan dialog yang sederhana. Unique  banget deh. Chris Widener berhasil membuat kita menjadi Tom Cook. Kita seolah bertemu dengan pria tua itu, dan seolah belajar langsung dari dia mengenai nilai-nilai kehidupan. Sehingga setelah menamatkan buku ini, kita seperti terlahir kembali. The New Of Us,  yeaaay!!

Menurutku, buku ini sangat menarik. Very unique banget deh pokoknya. Aku sangat jarang menemukan buku fiksi rasa non fiksi seperti ini. Jadi, buat kalian yang ingin belajar tanpa merasa digurui, aku rasa buku ini cocok dengan kalian. Memang pria itu itu sedang mengajari Tom, tetapi sejatinya ia sedang mengajari kita, yang sedang membaca buku ini. Walau ini buku lama, nggak rugi kok kalau kalian juga berhasil menamatkan buku ini. Happy  Reading Everyone.






Medan, 6  April 2018, 14 : 57
Buku ini akhirnya membuatku bertanya pada diri sendiri, ‘apakah aku benar-benar bahagia dengan pekerjaanku saat ini?’. Dan aku belum menemukan jawaban yang pasti, aiih.

No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...