![]() |
Kuala Namu International Airport, Deli Serdang, Sumatera Utara |
Salah satu dari puluhan resolusi
yang harus aku capai pada tahun 2018 adalah mengikuti kelas menulisnya pak
Cahyadi Takariawan. Alhamdulillah. Kenapa memilih pak Cah menjadi mentor untuk
mengembangkan kemampuan menulis? Alasan utamanya adalah aku telah mengenal
beliau, (cie elah, sok kenal kali ahh). Aku mengenal pak Cah, tetapi pak Cah
tidak mengenalku, aah betapa dunia ini sangat kejam kan ya, heheh. Aku mengenal
pak Cah melalui beberapa buku beliau, sebut saja Wonderful Journey To Marriage, Di Jalan Dakwah Aku Menikah atau
buku lainnya. Tidak hanya itu aku juga mengenal beliau lewat artikel beliau
yang sering muncul dimedia massa, dan yang paling penting aku sering bertatap
muka melalui seminar dimana pak Cah adalah pematerinya. Alasan-alasanku sudah
cukup kuat untuk menetapkan pak Cah menjadi mentor dari tulisanku bukan? Hehe.
Menurutuku, pak Cah bukanlah
seorang penulis fiksi layaknya om Tere Liye atau yang memiliki bahasa tinggi
seperti Ustadz Salim A Fillah. Pak Cah hadir dengan tulisan yang sistematis,
tegas, jelas dan mudah dipahami. Pak Cah tidak akan menyelipkan joke di dalam tulisannya, itu mah bukan
pak Cah banget. Rata-rata tulisan pak Cah memang terkesan serius dan sangat
berat pembahasannya, ya namanya juga penulis buku ilmiah dan artikel, tentu
harus menyesuaikan dong. Untuk sebuah tulisan non fiksi, aku acungi sepuluh
jempol untuk tulisan pak Cah.
Di kelas menulis online bersama pak
Cah, kami diberi beberapa materi yang sangat bagus sekali (menurutku). Pak Cah
mengannggap kami semua yang ikut kelasnya belum bisa menulis sama sekali,
sehingga beliau mengajarkan materi yang benar-benar dari dasar, bahkan terlebih
dahulu beliau membangkitkan semangat kami untuk berani menulis, percaya diri
dengan tulisan sendiri atau mengatasi bad
mood ketika proses menulis itu berlangsung. Pak Cah membuka wawasanku
mengapa aku harus menulis, apa modal awal seorang penulis, apa langkah
berikutnya setelah menemukan jati diri dalam menulis, dan masih banyak ilmu
lainnya yang mungkin tidak akan aku dapatkan dari mana-mana. Ahh, aku
benar-benar menikmati mengikuti kelasnya pak Cah.
Hal pertama yang harus dipikirkan
oleh si penulis adalah tujuan menulis. Kenapa seseorang harus menulis?
Setidaknya ada delapan alasan kenapa seseorang harus belajar menulis.
1. Ideologis
Maksud tujuan ini adalah
ingin mempengaruhi seseorang melalui tulisannya. Contohnya saja orang yang
berdakwah melalui tulisan
2. Akademis
Tujuan ini biasanya untuk
kalangan akademisi menyangkut masa depan kariernya. Sebut saja jurnal, artikel
ilmiah atau bahan ajar.
3. Ekonomis
Menulis untuk mendapatkan
pundi-pundi rupiah. Hal ini juga sah-sah saja kok dalam dunia kepenulisan,
karena banyak penulis yang menggantungkan hidupnya melalui karya-karyanya
4. Psikologis
Menulis untuk menyalurkan
emosi, kalau secara psikologi dikenal dengan katarsis. Penulis sering
menjadikan tulisannya untuk menyampikan perasaan gembira, sedih, duka atau
nestapa yang sedang ia rasakan
5. Politis
Tujuan menulis ini adalah
untuk kepentingan politik, seperti mengumpulkan massa dan simpatisan terhadap
partai atau lembaga tertentu
6. Pedagogis
Menulis untuk memberikan
edukasi kepada orang lain, mendidik dan mengajarkan orang lain terhadap sesuatu
hal. Misalnya saja tips gaya hidup hemat, tulisan tentang bahagia, hati yang
bersyukur dan lain sebagainya
7. Medis
Ternyata, menulis juga bisa
menyembuhkan penyakit tertentu lho. Sebut saja penyakit galau, (eh galau itu
penyakit ya, hehe), stress dan depresi. Biasanya menuangkan emosi jiwa dalam
tulisan akan membuat seseorang merasa lebih baik. Bukankah itu akan menjaga
kualitas kesehatannya? Maka menulislah, kamu akan sehat.
8. Praktis/Pragmatis
Ini tujuan yang paling random di antara yang lain. Tujuan ini
lebih beraneka ragam, sebut saja menulis karena disuruh dosen, tuntutan sosial
media, atau ingin meluluhkan hati mertua (eehh)
Seorang penulis harusnya menetapkan
alasan kenapa ia harus menulis. Delapan tujuan menulis bisa menjadi panduan
kenapa seseorang harus menulis. Dan tujuan menulis itu tidak melulu satu tujuan
saja lo, satu tulisan bisa saja merangkum beberapa tujuan, dan itu bukan
masalah sama sekali. Yuk para penulis tetapkan tujuan kenapa kamu menulis!,
sudahkah mulai menetapkan? Atau masih terus berpikir-pikir apakah aku beneran cocok
untuk menulis ya?
Aku? Ahh, sepertinya tujuan keempat
adalah alasan utamaku kenapa aku harus menulis. Aku mencoba berdamai dengan
duniaku, berdamai dengan hati dan perasaanku lewat tulisan yang aku tuangkan di
diaryku, media sosial atau blog pribadiku. Dan “kamu” juga. Kamu juga masih
menjadi alasan kenapa aku masih menulis. Aku terus mencari dirimu, mencoba
menemukanmu lewat tulisan-tulisanku. Sudahkah kamu membaca tulisanku tentangmu?
Jadi, kapan kamu datang?
Medan, 8 Februari 2018, 14:24
Ada banyak target yang harus
dicapai, dan waktu luang ini benar-benar mengalihkan perhatianku dari
target-target itu, oh somebody help me !!!
No comments:
Post a Comment