![]() |
Ringroad City Walks, Medan |
Menulis bukan sekadar aktivitas
yang bebas tanpa aturan. Lihat saja, betapa banyak orang yang tersangkut kasus
hukum hanya karena tulisannya di media sosial. Tidak sedikit saudara yang
berkelahi dengan saudaranya hanya perihal balas-balasan komentar di facebook. Bahkan beberapa akademisi
terpaksa dicabut gelar profesornya karena lupa membubuhkan satu kutipan di
artikel ilmiah miliknya.
Kasus tersebut sudah sangat jelas
menggambarkan bahwa menulis bukan hanya pelampiasan emosi tanpa ada batasan.
Menulis bukan mengungkapkan pikiran ‘nakal’ yang muncul di kepala sesuka hati
kita. Ia memerlukan aturan dan prinsip. Aturan yang akan membuat sebuah tulisan
untuk berada di dalam koridor yang sebenarnya. Aturan yang akan menjadi panduan
agar tak ada lagi tulisan yang ‘ala kadar’ atau tidak santun bahasanya. Beberapa
aturan ini akan membuat seorang penulis menghasilkan sebuah karya yang
berkualitas dan santun bahasanya.
Kesimpulan dari kelas onlinenya pak
Cah, menyatakan bahwa setidaknya ada tiga prinsip yang harus diperhatikan
seorang penulis. Prinsip tersebut wajib diikuti oleh seorang penulis ketika
meramu tulisannya. Artinya, di dalam tulisan yang dihasilkan harus terdapat
tiga prinsip ini. Ketiga prinsip itu adalah;
Prinsip
Kebenaran
Tulislah sesuatu yang kita
yakini benar. Jangan menulis sesuatu yang kita pun ragu ini benar atau salah. Apalagi
menulis sesuatu yang muncul begitu saja dalam pikiran kita tanpa memproses
nilai kebenarannya. Jangan menulis sesuatu yang informasinya hanya dari ‘kata
orang’. Terlebih lagi informasi itu dari lambe turah, tidaaaak, hehe. Intinya
pastikan apapun yang kita tulis bernilai BENAR. Bagaimana caranya? Kita bisa
membaca buku, beberapa jurnal yang mendukung, terjemahan Al Quran yang tepat
atau langsung bertanya kepada ahlinya.
Prinsip Kebermanfaatan
Selain benar, perhatikan
juga apakah tulisan kita ini bermanfaat bagi orang lain? Manfaat apa yang
diperoleh orang lain dari tulisan kita? Ahh, jangan-jangan kita hanya sibuk
menulis tapi tidak memberikan manfaat apa-apa bagi orang lain. Itu kamu sedang
meracik tulisan atau meracik sampah siih? Aiih. Kasus seperti ini biasanya
muncul di media sosial. Coba perhatikan, betapa banyak akun media sosial yang feeds nya berisi hujatan, sumpah serapah
atau berita hoax. Hey, menurut kalian
itu bermanfaat? Apakah sumpah serapah itu akan menjadi motivasi bagi orang
lain? Maka dari itu, menulislah hal-hal yang bermanfaat. Semua hal bermanfaat dan
menginspirasi orang lain ternyata adalah sebuah sedekah jariyah lho. Jadi nggak
bakalan rugi deh.
Prinsip Etis
Ini nih yang mungkin harus
di underline, bold, capslock, hehe.
Jangan menulis sesuatu yang dapat menyinggung orang atau komunitas tertentu.
Walaupun informasi itu dirasa benar dan bermanfaat bagi orang lain, tetap
gunakan bahasa yang santun ketika menuliskannya. Bukankah sudah sangat banyak
netizen yang dilaporkan oleh artis hanya karena komentar pedas netizen di
Instagram? Menulislah dengan bahasa yang santun, sopan dan terdidik. Bukankah sangat
banyak pilihan kata yang bisa kita gunakan untuk mengungkapkan suatu hal? Lalu kenapa
masih ‘ngotot’ dengan kata-kata yang ‘pedas’ dan menyakitkan? Bahkan nabi Musa
AS sendiri disuruh oleh Allah untuk menyampaikan dakwah kepada Fir’aun dengan
kalimat yang santun.
Para penulis yang baik hatinya, selalu
gunakan ketiga prinsip itu dalam menulis. Pastikan tulisan itu benar,
bermanfaat, dan mulailah menulis dengan santun. Ketiga prinsip ini akan selalu
membuat tulisan kita berada di koridor yang benar. Ketiga prinsip ini sama
sekali tidak akan mengekang ide dan imajinasi kita dalam menulis, ia hanya
membentengi ide-ide kita agar berada di tempat yang seharusnya.
Selamat menulis!
Medan, 16 Maret 2018, 15:44 WIB
Gak nyangka bisa menyelesaikan
tulisan ini. Padahal ngetiknya di sela-sela waktu menunggu kumandang adzan
ashar. Masha Allah.
No comments:
Post a Comment