Judul : Bidadari Bermata Bening
Penulis :
Habiburrahman El Shirazy
Penerbit :
Republika, 2017
Halaman :
337
Akhirnya buku ini sampai di
tanganku setelah satu bulan buku ini beredar di toko buku. Ya, aku termasuk
yang terlambat membaca buku ini. Padahal ngakunya fans berat kang Abik, hehe.
Membeli buku ini sungguh tidak memerlukan banyak alasan, banyak pendapat atau
direkomendasikan seseorang. Bagaimana tidak, ini adalah novel karyanya Kang
Abik. Hampir tidak ada novel kang Abik yang tidak aku suka. Ya, aku
benar-benar jatuh cinta dengan semua novelnya kang Abik. Memang sangat pantas
jika beliau dinobatkan sebagai novelis nomor satu di Indonesia. Tabarakallahu
ya Kang Abik.
Untuk kali ini, seperti biasa,
Kang Abik memberikan kejutan kepada pembaca melalui sebuah novel bercover pink
ini. Jujur ya Kang, aku suka sekali covernya, terlebih lagi warnanya, so feminism banget deh. Novel ini becerita
tentang seorang gadis cantik, pintar dan shalihah bernama Ayna Madeeya. Seorang
gadis keturunan Kaliwenang dan Palestina. Tentunya akan sangat tergambar betapa
cantiknya wajah Ayna. Guratan lembutnya paras gadis Jawa nan ayu yang
dikombinasikan dengan wajah ala timur tengah benar-benar membuat Ayna layaknya
seorang bidadari. Ya, bidadari bermata bening.
Ayna adalah seorang yatim
piatu, ayahnya meninggal ketika dia masih kecil, sementara ibunya meninggal
saat ia beranjak remaja. Satu-satu keluarga yang dimiliki adalah pak de nya.
Berharap mendapat keberlimpahan kasih sayang dari pak de nya, ia malah tidak
diperdulikan, tidak diurus bahkan hampir tidak dianggap oleh keluarganya. Hal
inilah yang kemudian membuat ia memutuskan untuk mengahabiskan masa remajanya
di sebuah pesantren Desa Candiretno. Keterbatasan dana yang dimiliki membuat
Ayna tidak hanya menjadi santri di sana, tapi juga menjadi khadimat (pembantu)
yang bertugas di dapur pesantren dan membantu keperluan keluarga Nyai.
Walau Ayna berbeda dari
teman-temannya yang bisa fokus belajar, ia merasa beruntung bisa menjadi
khadimat. Selain bisa mengenal keluarga Nyai dengan baik, ia juga sangat
dipercaya untuk beberapa urusan internal keluarga Nyai. Ayna juga termasuk
gadis yang pintar. Buktinya ia mengukir beberapa prestasi nan gemilang selama
di pesantren. Sebut saja peraih juara kelas, juara karate bahkan ia adalah
peraih nilai tertinggi UN jurusan IPS se Jawa Tengah. Gadis pintar ini tentunya
bermimpi melanjutkan kuliah dan kemudian menikah dengan lelaki pujaannya, yaitu
Gus Afif, teman seangkatannya yang tak lain adalah anak pimpinan pesantren.
Sayangnya, semuanya hanya
tinggal mimpi. Ayna terpaksa mengubur mimpi itu karena ia dijodohkan paksa oleh
pak de nya dengan Yoyok, pria di kampungnya. Yoyok adalah anak seorang
konglomerat, memiliki bisnis yang berkembang, harta yang banyak, bahkan ia adalah
seorang anggota DPRD. Pernikahan antara dirinya dan Yoyok adalah akal bulus pak
de nya dan keluarga Yoyok untuk menarik simpati masyarakat agar Yoyok bisa
terus berkarier di DPR dan pak de nya bisa menjadi lurah.
Walau Ayna mengetahui niat jahat
pak de nya, ia tetap bersabar menghadapi kenyataan. Ia terus berjuang melawan
orang-orang yang menzholiminya. Bersabar atas tindakan Yoyok yang sangat tidak
terpuji. Akhirnya takdir membuat dirinya harus bercerai dengan Yoyok, kemudian
ia melarikan diri di ibu kota, hidup luntang lantung di jalanan, makan dari
sisa remah nasi di pinggir jalan. Hingga Allah mengirimkan bantuan Nya lewat
seorang ibu konglomerat, yaitu ibu Rosyidah. Seluruh kehidupan Ayna berubah 180
derajat setelah bertemu ibu Rosyidah. Berawal dari menjadi OB di kantor ibu
Rosyidah, sekretaris pribadi, tangan kanan, diberikan bisnis, bahkan dianggap
seperti anak sendiri. Kesabaran yang terus ia pupuk hari ke hari benar-benar
dijawab oleh Allah. Akhirnya Ayna bertemu dan menikah dengan lelaki yang ia
cintai, Gus Afif.
Ini adalah sebuah novel
pembangun jiwa yang hadir dengan konflik ringan. Ya, dibandingkan dengan novel
yang lain, kang Abik mengemas novel ini lebih ringat tetapi tetap sarat makna.
Banyak adegan atau cerita di luar ekspektasi pembaca. Bahkan pembaca di buat
bertanya-tanya tentang alur cerita. Sayangnya, terlalu banyak typo di novel
ini. Aku bahkan merasa kang Abik terlalu merampingkan beberapa adegan penting
dalam novel ini. Misalnya saja ketika Ayna bertemu dengan bu Nurjannah, teman
almarhumah ibunya semasa di Yaman. Atau adegan ketika bertemu dengan Ameera,
saudara se ayah beda ibu. Dan masih banyak cerita yang menurut aku bagus
banget, tetapi kang Abik malah men skip cerita tersebut.
But,
overall novel ini bagus. Reccomended banget deh untuk dilahap. Kalau cerita Dylan
adalah tentang seseorang yang dijanjikan kemudian ditinggal nikah, maka novel
ini bercerita tentang dua orang yang berjanji, kemudian takdir memisahkan
tetapi mereka menikah dah hidup bahagia selamanya.
Pada penasaran kan gimana kisah cinta Ayna dan Afif? Kuy dibaca
bukunya!
Medan, 25 Maret 2018, 15 : 39
WIB
Aku tahu ini sudah sangat
terlambat untuk menuliskan resensi dari buku yang aku baca. Tenang, aku masih
semangat kok dengan one week one book.
No comments:
Post a Comment