Sunday, 25 March 2018

Resensi : Bidadari Bermata Bening



Judul           : Bidadari Bermata Bening
Penulis          : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit          : Republika, 2017
Halaman         : 337

Akhirnya buku ini sampai di tanganku setelah satu bulan buku ini beredar di toko buku. Ya, aku termasuk yang terlambat membaca buku ini. Padahal ngakunya fans berat kang Abik, hehe. Membeli buku ini sungguh tidak memerlukan banyak alasan, banyak pendapat atau direkomendasikan seseorang. Bagaimana tidak, ini adalah novel karyanya Kang Abik. Hampir tidak ada novel kang Abik yang tidak aku suka. Ya, aku benar-benar jatuh cinta dengan semua novelnya kang Abik. Memang sangat pantas jika beliau dinobatkan sebagai novelis nomor satu di Indonesia. Tabarakallahu ya Kang Abik.

Untuk kali ini, seperti biasa, Kang Abik memberikan kejutan kepada pembaca melalui sebuah novel bercover pink ini. Jujur ya Kang, aku suka sekali covernya, terlebih lagi warnanya, so feminism banget deh. Novel ini becerita tentang seorang gadis cantik, pintar dan shalihah bernama Ayna Madeeya. Seorang gadis keturunan Kaliwenang dan Palestina. Tentunya akan sangat tergambar betapa cantiknya wajah Ayna. Guratan lembutnya paras gadis Jawa nan ayu yang dikombinasikan dengan wajah ala timur tengah benar-benar membuat Ayna layaknya seorang bidadari. Ya, bidadari bermata bening.

Ayna adalah seorang yatim piatu, ayahnya meninggal ketika dia masih kecil, sementara ibunya meninggal saat ia beranjak remaja. Satu-satu keluarga yang dimiliki adalah pak de nya. Berharap mendapat keberlimpahan kasih sayang dari pak de nya, ia malah tidak diperdulikan, tidak diurus bahkan hampir tidak dianggap oleh keluarganya. Hal inilah yang kemudian membuat ia memutuskan untuk mengahabiskan masa remajanya di sebuah pesantren Desa Candiretno. Keterbatasan dana yang dimiliki membuat Ayna tidak hanya menjadi santri di sana, tapi juga menjadi khadimat (pembantu) yang bertugas di dapur pesantren dan membantu keperluan keluarga Nyai.

Walau Ayna berbeda dari teman-temannya yang bisa fokus belajar, ia merasa beruntung bisa menjadi khadimat. Selain bisa mengenal keluarga Nyai dengan baik, ia juga sangat dipercaya untuk beberapa urusan internal keluarga Nyai. Ayna juga termasuk gadis yang pintar. Buktinya ia mengukir beberapa prestasi nan gemilang selama di pesantren. Sebut saja peraih juara kelas, juara karate bahkan ia adalah peraih nilai tertinggi UN jurusan IPS se Jawa Tengah. Gadis pintar ini tentunya bermimpi melanjutkan kuliah dan kemudian menikah dengan lelaki pujaannya, yaitu Gus Afif, teman seangkatannya yang tak lain adalah anak pimpinan pesantren.

Sayangnya, semuanya hanya tinggal mimpi. Ayna terpaksa mengubur mimpi itu karena ia dijodohkan paksa oleh pak de nya dengan Yoyok, pria di kampungnya. Yoyok adalah anak seorang konglomerat, memiliki bisnis yang berkembang, harta yang banyak, bahkan ia adalah seorang anggota DPRD. Pernikahan antara dirinya dan Yoyok adalah akal bulus pak de nya dan keluarga Yoyok untuk menarik simpati masyarakat agar Yoyok bisa terus berkarier di DPR dan pak de nya bisa menjadi lurah.

Walau Ayna mengetahui niat jahat pak de nya, ia tetap bersabar menghadapi kenyataan. Ia terus berjuang melawan orang-orang yang menzholiminya. Bersabar atas tindakan Yoyok yang sangat tidak terpuji. Akhirnya takdir membuat dirinya harus bercerai dengan Yoyok, kemudian ia melarikan diri di ibu kota, hidup luntang lantung di jalanan, makan dari sisa remah nasi di pinggir jalan. Hingga Allah mengirimkan bantuan Nya lewat seorang ibu konglomerat, yaitu ibu Rosyidah. Seluruh kehidupan Ayna berubah 180 derajat setelah bertemu ibu Rosyidah. Berawal dari menjadi OB di kantor ibu Rosyidah, sekretaris pribadi, tangan kanan, diberikan bisnis, bahkan dianggap seperti anak sendiri. Kesabaran yang terus ia pupuk hari ke hari benar-benar dijawab oleh Allah. Akhirnya Ayna bertemu dan menikah dengan lelaki yang ia cintai, Gus Afif.

Ini adalah sebuah novel pembangun jiwa yang hadir dengan konflik ringan. Ya, dibandingkan dengan novel yang lain, kang Abik mengemas novel ini lebih ringat tetapi tetap sarat makna. Banyak adegan atau cerita di luar ekspektasi pembaca. Bahkan pembaca di buat bertanya-tanya tentang alur cerita. Sayangnya, terlalu banyak typo di novel ini. Aku bahkan merasa kang Abik terlalu merampingkan beberapa adegan penting dalam novel ini. Misalnya saja ketika Ayna bertemu dengan bu Nurjannah, teman almarhumah ibunya semasa di Yaman. Atau adegan ketika bertemu dengan Ameera, saudara se ayah beda ibu. Dan masih banyak cerita yang menurut aku bagus banget, tetapi kang Abik malah men skip cerita tersebut.

But, overall novel ini bagus. Reccomended  banget deh untuk dilahap. Kalau cerita Dylan adalah tentang seseorang yang dijanjikan kemudian ditinggal nikah, maka novel ini bercerita tentang dua orang yang berjanji, kemudian takdir memisahkan tetapi mereka menikah dah hidup bahagia selamanya.

Pada penasaran kan gimana kisah cinta Ayna dan Afif? Kuy dibaca bukunya!


Medan, 25 Maret 2018, 15 : 39 WIB
Aku tahu ini sudah sangat terlambat untuk menuliskan resensi dari buku yang aku baca. Tenang, aku masih semangat kok dengan one week one book.



No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...