Friday, 16 March 2018

Skala Prioritas


Loc : My Home Sweet Home


Tulisan ini aku persembahkan untuk mereka yang baru memulai bisnisnya. Tenaang, kalian nggak sendirian kok, ada aku yang masih terus merintis bisnis ini. Terkadang aku berhenti terlalu lama, terkadang berjalan terburu-buru, aah.

Aku mengawali tulisan ini dengan sebuah percakapan atau celetuk hati yang sering kita alami *aku terutama, sering banget euy*. Ini tentang sebuah perasaan yang dinamakan bingung.
            “Bingung nih”
            “Habis ini ngapain ya?”
            “Bagusnya ini dulu atau itu dulu ya?”
            “Tuh kan, coba kalau yang itu dulu dikerjakan, pasti jadinya nggak gini deh”

Setidaknya ini beberapa contoh kata-kata mematikan yang keluar ketika pikiran sedang mumet. Terlebih lagi beberapa deadline atau pekerjaan mengalami tabrakan jadwal. Bisa-bisa sholat istikharoh untuk menentukan mana yang harus dikerjakan duluan, hihi.

Dalam dunia bisnis, hal ini tentu sering terjadi, bahkan sangat sering malahan. Misalnya saja:
            “Beli bahan produksi dulu atau temui dosen pembimbing ya?”
            “Balesin chat customer atau nemenin suami makan siang ya?”
       (eh lupa, belum punya suami euy, heheh)

Nah, kalau sudah beginian harus ngapain dong? Apa kudu sholat istikharah dulu? Hihihi, gak usah selebay itu juga keleeees. Inilah yang menjadi alasan mengapa di dalam dunia bisnis, kita memerlukan apa yang disebut dengan skala prioritas. Eh sebenarnya bukan hanya dalam berbisnis aja siih, bahkan dalam urusan hidup secara keseluruhan, kita memang dituntut untuk memiliki skala prioritas.

Mengapa kita memerlukan skala prioritas? Karena skala ini yang menjadi panduan kita untuk bersikap dan bertindak. Coba deh bayangkan jika kita tidak memiliki skala prioritas, kita akan kehilangan kendali atas semua hal dalam hidup kita. Beberapa pekerjaan akan berantakan yang nantinya akan membuahkan penyesalan.

Lanjut ke pertanyaan berikutnya, seperti apa skala prioritas yang harus dimiliki oleh seorang pebisnis? Ingat, setiap pebisnis memiliki orientasi (tujuan) masing-masing. Kita tentunya tidak bisa menyamakan tujuan pebisnis lain dengan kita kan, begitu juga dengan skala prioritas. Kita tidak mutlak mengikuti skala prioritas seseorang hanya karena bisnisnya sudah lancar, omsetnya tinggi atau pelanggannya banyak. Kita pun boleh mendesain skala proritas untuk bisnis yang sedang digeluti.

Aku membuat skala prioritas bisnis ku sebagai berikut. Dengan memperhatikan urutannya, kalian tentu bisa menebak siapa yang paling aku prioritaskan
    Allah SWT dan Rasulullah SAW
 Ini jelas banget kan ya. Jangan sampai keperluan bisnis bentrok sama keperluan Allah dan rasul Nya.  “Sholat dulu atau ngantar paketan ya?” aah, kalau udah Allah dan Rasul jadi prioritas pertanyaan macam ini tentu tidak akan muncul lagi.

         Orang tua
Salah satu sumber rezeki yang tidak terduga itu adalah ridho dan doa orang tua. Jadi, jangan pernah sia-siakan orang tua kalian. Jadikan keduanya sebagai prioritas utama. Jika suatu hari orang tua butuh biaya rumah sakit, sementara kalian harus mengeluarkan modal bisnis, aah tentunya sudah tahu mau milih yang mana kan?

          Suami
Meskipun aku belum memiliki makhluk ini, aku sudah berazzam bahwa beliau adalah orang yang juga aku prioritaskan. Jika seorang suami ridho terhadap istrinya, maka sang istri boleh masuk syurga dari pintu mana saja, Masha Allah. Jadi, balaslah chat  suami terlebih dahulu, baru deh balas chat  para customer kalian.

    Anak
Ini tentunya tak perlu aku jelaskan panjang lebar. Untuk kalian yang sudah memilikinya, tentunya tahu betapa berharganya seorang anak. Jadi, hadirilah acara pentas seni anak di sekolah, seminar bisnis dan kewirausahaannya nyusul di lain waktu aja.

    Keluarga besar
Keluarga merupakan tempat mengadu paling baik. Merekalah yang tahu baik buruknya kita, merekalah yang siap membuka tangannya ketika yang lain menutup erat kedua tangannya. Jadi, jangan sia-siakan keluarga. Jangan hanya karena ada pertemuan bisnis kalian tidak menghadiri nikahan sepupu, aiih.

Kelima hal di atas, harusnya menjadi sesuatu hal yang lebih penting ketimbang bisnis dan pekerjaanku. Selain itu, mereka sangat layak mendapatkan perhatikan nomor satu daripada bisnis yang sekarang aku geluti.

Teh Muri juga membagi tips menetapkan patokan untuk menentukan skala prioritas. Kita harusnya mengerjakan pekerjaan dengan urutan sebagai berikut :
      Penting dan mendesak
      Tidak penting dan mendesak
     Penting dan tidak mendesak
      Tidak penting dan tidak mendesak

Jika kalian telah mengerjakan sesuatu sesuai dengan urutan di atas, percaya deh kalian nggak bakalan bingung lagi. Jadi, kalau dapat profit yang lumayan besar, jangan langsung belanja atau traktir sana-sini. Coba gunakan dulu untuk hal yang mendesak dan penting, misalnya gaji karyawan atau membeli stok produk yang udah mau habis.

Nah, sekarang coba deh mulai di list beberapa aktivitas yang harusnya di skip dan diganti dengan aktivitas yang jauh lebih penting dan bermanfaat.
Selamat mencoba wahai para pejuang bisnis!



Medan, 16 Maret 2018, 09:55 WIB

No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...