![]() |
Loc : My Home Sweet Home |
Tulisan ini aku persembahkan untuk
mereka yang baru memulai bisnisnya. Tenaang, kalian nggak sendirian kok, ada
aku yang masih terus merintis bisnis ini. Terkadang aku berhenti terlalu lama,
terkadang berjalan terburu-buru, aah.
Aku mengawali tulisan ini dengan
sebuah percakapan atau celetuk hati yang sering kita alami *aku terutama,
sering banget euy*. Ini tentang sebuah perasaan yang dinamakan bingung.
“Bingung
nih”
“Habis
ini ngapain ya?”
“Bagusnya
ini dulu atau itu dulu ya?”
“Tuh
kan, coba kalau yang itu dulu dikerjakan, pasti jadinya nggak gini deh”
Setidaknya ini beberapa contoh kata-kata
mematikan yang keluar ketika pikiran sedang mumet. Terlebih lagi beberapa deadline atau pekerjaan mengalami
tabrakan jadwal. Bisa-bisa sholat istikharoh untuk menentukan mana yang harus
dikerjakan duluan, hihi.
Dalam dunia bisnis, hal ini tentu
sering terjadi, bahkan sangat sering malahan. Misalnya saja:
“Beli
bahan produksi dulu atau temui dosen pembimbing ya?”
“Balesin
chat customer atau nemenin suami
makan siang ya?”
(eh lupa,
belum punya suami euy, heheh)
Nah, kalau sudah beginian harus
ngapain dong? Apa kudu sholat istikharah dulu? Hihihi, gak usah selebay itu
juga keleeees. Inilah yang menjadi alasan mengapa di dalam dunia bisnis, kita memerlukan
apa yang disebut dengan skala prioritas. Eh sebenarnya bukan hanya dalam
berbisnis aja siih, bahkan dalam urusan hidup secara keseluruhan, kita memang
dituntut untuk memiliki skala prioritas.
Mengapa kita memerlukan skala
prioritas? Karena skala ini yang menjadi panduan kita untuk bersikap dan
bertindak. Coba deh bayangkan jika kita tidak memiliki skala prioritas, kita
akan kehilangan kendali atas semua hal dalam hidup kita. Beberapa pekerjaan
akan berantakan yang nantinya akan membuahkan penyesalan.
Lanjut ke pertanyaan berikutnya,
seperti apa skala prioritas yang harus dimiliki oleh seorang pebisnis? Ingat,
setiap pebisnis memiliki orientasi (tujuan) masing-masing. Kita tentunya tidak
bisa menyamakan tujuan pebisnis lain dengan kita kan, begitu juga dengan skala
prioritas. Kita tidak mutlak mengikuti skala prioritas seseorang hanya karena
bisnisnya sudah lancar, omsetnya tinggi atau pelanggannya banyak. Kita pun boleh
mendesain skala proritas untuk bisnis yang sedang digeluti.
Aku membuat skala prioritas bisnis
ku sebagai berikut. Dengan memperhatikan urutannya, kalian tentu bisa menebak
siapa yang paling aku prioritaskan
Allah SWT dan Rasulullah SAW
Ini jelas banget kan ya.
Jangan sampai keperluan bisnis bentrok sama keperluan Allah dan rasul Nya. “Sholat dulu atau ngantar paketan ya?” aah, kalau udah Allah dan Rasul jadi
prioritas pertanyaan macam ini tentu tidak akan muncul lagi.
Orang tua
Salah satu sumber rezeki
yang tidak terduga itu adalah ridho dan doa orang tua. Jadi, jangan pernah
sia-siakan orang tua kalian. Jadikan keduanya sebagai prioritas utama. Jika
suatu hari orang tua butuh biaya rumah sakit, sementara kalian harus mengeluarkan
modal bisnis, aah tentunya sudah tahu mau milih yang mana kan?
Suami
Meskipun aku belum memiliki
makhluk ini, aku sudah berazzam bahwa beliau adalah orang yang juga aku
prioritaskan. Jika seorang suami ridho terhadap istrinya, maka sang istri boleh
masuk syurga dari pintu mana saja, Masha Allah. Jadi, balaslah chat suami terlebih dahulu, baru deh balas chat para customer kalian.
Anak
Ini tentunya tak perlu aku
jelaskan panjang lebar. Untuk kalian yang sudah memilikinya, tentunya tahu
betapa berharganya seorang anak. Jadi, hadirilah acara pentas seni anak di
sekolah, seminar bisnis dan kewirausahaannya nyusul di lain waktu aja.
Keluarga besar
Keluarga merupakan tempat
mengadu paling baik. Merekalah yang tahu baik buruknya kita, merekalah yang siap
membuka tangannya ketika yang lain menutup erat kedua tangannya. Jadi, jangan
sia-siakan keluarga. Jangan hanya karena ada pertemuan bisnis kalian tidak
menghadiri nikahan sepupu, aiih.
Kelima hal di atas, harusnya
menjadi sesuatu hal yang lebih penting ketimbang bisnis dan pekerjaanku. Selain
itu, mereka sangat layak mendapatkan perhatikan nomor satu daripada bisnis yang
sekarang aku geluti.
Teh Muri juga membagi tips
menetapkan patokan untuk menentukan skala prioritas. Kita harusnya mengerjakan
pekerjaan dengan urutan sebagai berikut :
Penting dan mendesak
Tidak penting dan mendesak
Penting dan tidak mendesak
Tidak penting dan tidak
mendesak
Jika kalian telah mengerjakan
sesuatu sesuai dengan urutan di atas, percaya deh kalian nggak bakalan bingung
lagi. Jadi, kalau dapat profit yang lumayan besar, jangan langsung belanja atau
traktir sana-sini. Coba gunakan dulu untuk hal yang mendesak dan penting,
misalnya gaji karyawan atau membeli stok produk yang udah mau habis.
Nah, sekarang coba deh mulai di
list beberapa aktivitas yang harusnya di skip
dan diganti dengan aktivitas yang jauh lebih penting dan bermanfaat.
Selamat mencoba wahai para pejuang
bisnis!
Medan, 16 Maret 2018, 09:55 WIB
No comments:
Post a Comment