![]() |
SMPN 1 Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara |
Papan tulis adalah sebuah benda wajib
yang harus dimiliki oleh setiap kelas. Entah itu berupa papan tulis hitam,
papan tulis putih, papan tulis hujau, atau berupa lembaran kertas saja. Kita
bisa saja menemukan sebuah kelas yang tidak memiliki lemari, tidak memiliki jam
dinding, kipas angin, bahkan tidak memiliki dinding (eh, ini biasanya kelas
model saung yang sering digunakan oleh kelas alam itu lho, hehe). Hal ini sudah
sangat menegaskan bahwa papan tulis menjadi benda paling krusial di dalam
kelas, terutama ketika pembelajaran sedang berlangsung.
Hampir semua guru menggunakan papan
tulis sebagai perantara pembelajarannya. Artinya, guru memberikan ilmu kepada
siswanya dengan menggunakan papan tulis. Terlebih lagi pelajaran eksak seperti
matematika, fisika, kimia atau biologi yang memerlukan penjelasan dan
pembahasan yang panjang, papan tulis seolah menjadi satu-satunya penghubung
antara guru dan siswa. Sayangnya, tidak semua guru menggunakan papan tulis
dengan baik dan benar. What? Penggunaan
papan tulis dengan baik dan benar? Itu seperti apa ya? hehe.
Aku menyebutnya dengan manajemen papan
tulis *biar kelihatan ilmiah euy, hehe*. Manajemen papan tulis menjadi salah
satu hal yang penting bagi guru, terutama untuk guru eksak yang menjadikan
papan tulis sebagai alat perantara dengan siswa. Bayangkan saja seorang guru
matematika yang tidak menuliskan catatan di papan tulis dengan runut, sudah
tentu siswa akan kebingungan memindahkan catatan tersebut ke buku. Alhasil,
ketika belajar di rumah, siswa akan sangat kebingungan.
Nah, berkaitan dengan manajemen papan
tulis, aku pernah menerapkan beberapa hal. Ini bukan dari literature yang aku
baca, ini berasal dari pengalaman aku mengajar. Ya, walaupun aku mengajar belum
lama-lama banget sih, tetapi ilmu yang aku dapat dari pengalaman itu tentunya
sudah boleh aku bagi kan ya? hehe. Ada beberapa trik yang pernah aku lakukan
dalam memaksimalkan fungsi papan tulis.
Pertama, aku biasanya membagi papan tulis menjadi beberapa bagian. Hal ini tergantung dari besar kecilnya papan tulis dan ukuran tulisan guru. Aku biasanya membagi tiga sampai empat bagian. Kenapa harus dibagi? Alasan utamanya agar siswa memahami urutan catatan yang sedang guru tampilkan di papan tulis. Dan ketika siswa memindahkan catatan itu ke bukunya, ia akan mengerjakannya dengan sangat mudah. Pembagian papan tulis ini juga akan membuat tulisan guru lebih rapi dan sistematis.
Pertama, aku biasanya membagi papan tulis menjadi beberapa bagian. Hal ini tergantung dari besar kecilnya papan tulis dan ukuran tulisan guru. Aku biasanya membagi tiga sampai empat bagian. Kenapa harus dibagi? Alasan utamanya agar siswa memahami urutan catatan yang sedang guru tampilkan di papan tulis. Dan ketika siswa memindahkan catatan itu ke bukunya, ia akan mengerjakannya dengan sangat mudah. Pembagian papan tulis ini juga akan membuat tulisan guru lebih rapi dan sistematis.
Kedua, bagian
paling kiri biasanya aku jadikan sebagai note
of formula. Secara, matematika adalah pelajaran yang banyak sekali menggunakan
rumus. Alhasil, aku akan mencatatkan semua rumus yang akan digunakan selama
pembelajaran hari itu di bagian paling kiri dari papan tulis. Rumus-rumus yang
aku catatkan di sana tidak akan aku hapus sampai pembelajaran selesai. Hal ini
untuk memudahkan siswa mengingat rumus yang akan mereka gunakan dalam
menyelesaikan permasalahan matematika. Ya, setidaknya keberadaan rumus-rumus
ini akan ‘menghantui’ pikiran mereka *hihi*, sehingga akan terbayang terus
dalam ingatan siswa. Selain itu menuliskan rumus juga akan memudahkan siswa
karena tidak perlu membolak balik catatan mereka untuk memastikan rumus yang
dipakai.
Ketiga, mulailah
catatan di papan tulis dengan menuliskan judul, sub judul, pengertian, contoh
dan penyelesaian contoh. Kalau bahasanya mah harus runut. Jangan tiba-tiba udah
masuk sub judul baru tapi gurunya kelupaan menuliskan sub judul. Entar siswanya
beranggapan bahwa itu masih di sub judul yang sama. Sistematika yang seperti
ini akan membuat pola dalam otak siswa, akan mengarahkan siswa bagaimana
harusnya ia berpikir. Siswa akan terbiasa memahami konsep terlebih dahulu,
kemudian memperhatikan contoh dan menyelesaikan contoh tersebut.
Keempat, Rapi.
Para guru belajarlah menulis dengan rapi, jelas dan dapat dibaca oleh siswa.
Aku tidak mengatakan bahwa tulisan guru harus cantik, seperti times new roman
12 pt spasi 1,5. Tulisan cantik itu anugerah terindah dari seorang guru,
hehehe. Jadi, jika tulisan kalian tidak terlalu cantik, sebenarnya nggak
terlalu masalah sih. Yang paling penting adalah tulisan itu harus rapi, jelas
dan dapat dibaca. Gimana siswanya mau semangat mencatat jika tulisan gurunya di
papan tulis sangat kecil, rapat dan tidak terbaca, hihihi. Untuk hal yang satu
ini, mungkin banyak guru yang harus belajar lagi bagaimana membuat tulisan di
papan tulis menjadi rapi, jelas dan dapat dibaca.
Kelima, Gunakan
spidol warna-warni. Ini bukan keharusan ya, karena biasaya guru lelaki agak enggan
menggunakan trik kelima ini. Penggunaan spidol warna warni membuat tulisan guru
di papan tulis tidak terlihat monoton dan membosankan. Selain itu, spidol warna
warni dapat membantu guru memberikan penekanan terhadap beberapa hal yang
penting. Kalau aku biasanya menggunakan tiga spidol yaitu warna hitam, biru dan
merah. Aku biasanya menggunakan spidol biru untuk menuliskan judul materi, sub
judul, dan contoh. Spidol hitam biasanya aku gunakan untuk menuliskan konten
pelajaranku, sedangkan spidol merah aku gunakan untuk membagi papan tulis,
membuat kotak terhadap hal-hal yang aku rasa penting. Hmm, aku tidak begitu prefer sih menulis dengan spidol mereka,
agak perih aja mata membaca tulisan dengan warna merah.
Keenam, tambahkan
beberapa gambar menarik. Ini terutama untuk SD atau SMP. Eh, sebenarnya tingkat
SMA dan kuliah juga bisa kok, hanya tinggal memilihkan gambar atau quote yang cocok dengan usia mereka. Misalnya
ketika belajar bangun ruang, maka tidak ada salahnya guru menggambar sebuah
bola yang digunakan dalam permainan sepak bola atau menggambarkan sebuah
tumpeng. Aku bahkan menyelipkan kata ‘YEAAY’ di ujung jawaban permasalahan
matematika yang aku selesaikan bersama siswa-siswaku. Menurutku, ketika siswa
memindahkan kata “yeay” itu ke dalam catatannya akan menambah motivasi mereka
ketika belajar matematika.
Ini beberapa trik yang pernah aku
gunakan untuk menyulap papan tulis putih nan sederhana itu sehingga kelihatan
lebih menarik dibaca. Semakin menarik papan tulis yang didesain oleh guru,
semakin semangat siswa untuk memindahkan ke buku catatannya. Bahkan, seperti
apa cara guru menuliskan catatan di papan tulis, seperti itu pulalah siswa
menuliskannya di buku catatan mereka. Jadi, kalau ketemu catatan siswa yang
berantakan, jangan-jangan catatan guru di papan tulis yang harus diperbaiki,
heheh.
Selamat mencoba para pejuang
pendidikan!
Medan, 17 Maret 2018, 15:29 WIB
Padahal proposal penelitian harus
dikerjakan, tetapi kenapa otak dan hati memaksaku untuk menorehkan tulisan ini,
aah.
No comments:
Post a Comment