![]() |
Masjid Agung Medan |
Hai
Kapten!
Bagaiamana
kabarmu?
Ah,
lucu ya.
Aku
menanyai kabarmu, padahal kau bertemu dan hadir di sisiku pun belum tiba
waktunya.
Bahkan
aku tak bisa menyebutkan namamu. Bukan karena terlalu istimewa, melainkan
sampai saat ini belum tahu siapa tepatnya namamu itu.
Ah,
tak apa kan Kapten?
Meski
kau tak tampak, tapi bagiku kau selalu terasa.
Entahlah,
walau banyak orang mengatakan aku aneh. Aku selalu merasakan kau ada di
sekitarku. Mungkin fisikmu tak terlihat, bahkan bisa jadi kita terpisah darat
dan laut. Tapi aku yakin, dimanapun kau berada kau akan menyebut aku di dalam
doa-doa mesra dengan Tuhanmu.
Kau
tahu kapten, kau begitu terkenal di sini. Semua orang menanyakanmu. Padahal
belum selangkah pun kau menyentuh halaman rumahku. Pembicaraan makan malam
adalah tentangmu, kue lebaran idul fitri akan habis dilahap jika pembicaraan
yang terjadi adalah tentangmu. Kau tak menyadarinya Kapten? Kadang aku merasa
iri denganmu. Lihat saja, orang terdekatku sering membicarakanmu, selalu
mendoakan akan kehadiranmu, bahkan mereka sejatinya benar-benar menunggu
kedatanganmu.
Kenapa
ini semua terasa lucu ya?
Orang
yang sangat imajinatif menjadi bahan perbincangan yang tak kunjung selesai.
Aah.
Kapten,
bolehkan aku bercerita?
Cerita
seorang lelaki dan perempuan yang saling mengagumi satu sama lain. Kekuatan iman
mereka yang membuat keduanya tidak mengumbar cinta dengan lantang. Mereka
saling mencintai dalam diam. Mereka saling mendoakan di setiap penghujung
malam. Eh, bukankah itu sangat romantis?
Lalu,
penguasa semesta menunjukkan kuasa Nya kepada mereka. Ia menjawab doa keduanya.
Tuhan mempertemukan keduanya dalam bingkai yang amat kokoh, bahkan setara
dengan perjanjian para nabi Ulul Azmi dengan Tuhan mereka. Bingkai ini sering
disebut sebagai mitsaqon gholizo.
Itulah ia pernikahan. Ya, Tuhan menikahkan mereka berdua. Masha Allah. Bagiku
kisah cinta yang nyata ini mengalahkan romantisnya kisah Romeo dan Juliet, atau
Laila dan Qais. Bagiku kisah ini bukan hanya soal mencintai, tetapi bagaimana
mempercayakan rasa cinta itu kepada Sang Maha Cinta, ya Waduud.
Engkau
tentunya tahu siapa dua insan yang aku ceritakan bukan? Ialah Ali bin Abi
Thalib dan Fatimah binti Muhammad. Sebuah legenda cinta yang begitu fenomenal.
Semua orang memimpikan akan memiliki kisah cinta yang serupa dengan dua insan
ini. Lalu kita? Walau tidak semulia keduanya, bolehkah bila kita juga
mengharapkan kisah cinta yang sama? Aku dan kau tak saling mengumbar cinta, tak
saling menyapa. Hanya cukup mendoakan satu sama lain, berharap Tuhan akan
menjaga diri dan rasa ini lewat doa-doa yang terus kita langitkan.
Sudah
sangat jelas kan Kapten?
Kau
harus melakukan apa dan aku harus melakukan apa? tak usah susah-susah mencari
keberadaan masing-masing. Biarkan takdir Allah yang bekerja untuk kisah
romantis kita. Biarkan Allah yang menggerakkan hatimu menuju kepadaku dan Allah
juga membukakan hatiku ketika kau hadir tepat di hadapanku. Maka teruslah
berdoa di sana ya Kapten. Aku pun di sini juga akan terus berdoa. Semoga
doa-doa yang kita lambungkan akan menggetarkan arsy nya Allah, hingga akan tiba saatnya Allah menunjukkan kuasa
Nya kepada kita.
Sehat
– sehat di sana ya Kapten.
Di
sana? Entahlah, walau terasa jauh, aku merasakan dengungan doamu sampai di
sini. Apakah itu artinya kau semakin dekat denganku?
Ahh,
sudahlah. Mari kita lanjutkan berdoa.
Medan,
02 Mei 2018, 10 : 27 WIB
In
Frame :
Ceritanya
numpang sholat ashar. Tapi ya gitulah. Sholat asharnya hanya membutuhkan waktu
15 menit, ee foto-fotonya sampai 30 menit. Aiih.
No comments:
Post a Comment