Saturday, 5 May 2018

Hai Kapten!


Masjid Agung Medan

Hai Kapten!
Bagaiamana kabarmu?
Ah, lucu ya.
Aku menanyai kabarmu, padahal kau bertemu dan hadir di sisiku pun belum tiba waktunya.
Bahkan aku tak bisa menyebutkan namamu. Bukan karena terlalu istimewa, melainkan sampai saat ini belum tahu siapa tepatnya namamu itu.
Ah, tak apa kan Kapten?

Meski kau tak tampak, tapi bagiku kau selalu terasa.
Entahlah, walau banyak orang mengatakan aku aneh. Aku selalu merasakan kau ada di sekitarku. Mungkin fisikmu tak terlihat, bahkan bisa jadi kita terpisah darat dan laut. Tapi aku yakin, dimanapun kau berada kau akan menyebut aku di dalam doa-doa mesra dengan Tuhanmu.

Kau tahu kapten, kau begitu terkenal di sini. Semua orang menanyakanmu. Padahal belum selangkah pun kau menyentuh halaman rumahku. Pembicaraan makan malam adalah tentangmu, kue lebaran idul fitri akan habis dilahap jika pembicaraan yang terjadi adalah tentangmu. Kau tak menyadarinya Kapten? Kadang aku merasa iri denganmu. Lihat saja, orang terdekatku sering membicarakanmu, selalu mendoakan akan kehadiranmu, bahkan mereka sejatinya benar-benar menunggu kedatanganmu.
Kenapa ini semua terasa lucu ya?
Orang yang sangat imajinatif menjadi bahan perbincangan yang tak kunjung selesai. Aah.

Kapten, bolehkan aku bercerita?
Cerita seorang lelaki dan perempuan yang saling mengagumi satu sama lain. Kekuatan iman mereka yang membuat keduanya tidak mengumbar cinta dengan lantang. Mereka saling mencintai dalam diam. Mereka saling mendoakan di setiap penghujung malam. Eh, bukankah itu sangat romantis?
Lalu, penguasa semesta menunjukkan kuasa Nya kepada mereka. Ia menjawab doa keduanya. Tuhan mempertemukan keduanya dalam bingkai yang amat kokoh, bahkan setara dengan perjanjian para nabi Ulul Azmi dengan Tuhan mereka. Bingkai ini sering disebut sebagai mitsaqon gholizo. Itulah ia pernikahan. Ya, Tuhan menikahkan mereka berdua. Masha Allah. Bagiku kisah cinta yang nyata ini mengalahkan romantisnya kisah Romeo dan Juliet, atau Laila dan Qais. Bagiku kisah ini bukan hanya soal mencintai, tetapi bagaimana mempercayakan rasa cinta itu kepada Sang Maha Cinta, ya Waduud.

Engkau tentunya tahu siapa dua insan yang aku ceritakan bukan? Ialah Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti Muhammad. Sebuah legenda cinta yang begitu fenomenal. Semua orang memimpikan akan memiliki kisah cinta yang serupa dengan dua insan ini. Lalu kita? Walau tidak semulia keduanya, bolehkah bila kita juga mengharapkan kisah cinta yang sama? Aku dan kau tak saling mengumbar cinta, tak saling menyapa. Hanya cukup mendoakan satu sama lain, berharap Tuhan akan menjaga diri dan rasa ini lewat doa-doa yang terus kita langitkan.
Sudah sangat jelas kan Kapten?
Kau harus melakukan apa dan aku harus melakukan apa? tak usah susah-susah mencari keberadaan masing-masing. Biarkan takdir Allah yang bekerja untuk kisah romantis kita. Biarkan Allah yang menggerakkan hatimu menuju kepadaku dan Allah juga membukakan hatiku ketika kau hadir tepat di hadapanku. Maka teruslah berdoa di sana ya Kapten. Aku pun di sini juga akan terus berdoa. Semoga doa-doa yang kita lambungkan akan menggetarkan arsy nya Allah, hingga akan tiba saatnya Allah menunjukkan kuasa Nya kepada kita.

Sehat – sehat di sana ya Kapten.
Di sana? Entahlah, walau terasa jauh, aku merasakan dengungan doamu sampai di sini. Apakah itu artinya kau semakin dekat denganku?
Ahh, sudahlah. Mari kita lanjutkan berdoa.



 
Medan, 02 Mei 2018, 10 : 27 WIB
In Frame :
Ceritanya numpang sholat ashar. Tapi ya gitulah. Sholat asharnya hanya membutuhkan waktu 15 menit, ee foto-fotonya sampai 30 menit. Aiih.

No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...