Thursday, 17 May 2018

Resensi : Teach Like Finland

Yagami Ramen, Medan


Judul              : Teach Like Finland
Penulis            : Timothy D Walker
Penerbit           : PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Tahun             : 2017
Halaman           : 197

Awalnya tidak ada rencana membeli buku ini. Bahkan aku menyediakan satu hari berburu buku di Gramedia untuk menemukan buku karangan pak Munif Chatib. Nggak tahu nih, tiba-tiba aku lagi kepengen banget baca buku bernuansa pendidikan gitu. But  ya, qodarullah, semua buku karangan pak Munif tidak tersedia lagi di Gramedia. Alhasil aku harus memutar otak, mau beli buku yang mana ya. Untuk seorang penggila buku sepertiku, memilih satu buku dari ribuan buku untuk dibeli bukan hal yang mudah. Perlu pertimbangan ini itu ketika memutuskan untuk membeli sebuah buku. Alhasil aku berkeliling antara satu rak ke rak berikutnya, satu judul ke judul berikuntya. Dan jeng, jeng, jeng, buku ini Allah hadirkan tepat di hadapanku. Melihat judul, cover, dan membaca sinopsis di bagian belakang buku, benar-benar membuatku love at the first sight  terhadap buku ini. So, tanpa pikir panjang aku langsung memasukkan buku ini ke dalam keranjang belanjaanku.

Adalah ia, Timothy D Walker, seorang berkebangsaan Amerika yang berprofesi sebagai seorang guru sekolah dasar di Boston.  Pengalaman menjadi guru bagi seorang Walker sudah tidak diragukan lagi. Ia telah cukup lama berkutat dengan profesi guru. Walker sebenarnya sangat menikmati profesi itu, ya walau ada beberapa hal yang selalu ia keluhkan kepada istrinya. Terkadang membuat ia ingin resign  dari pekerjaannya. Hingga akhirnya takdir membawanya pindah ke Finlandia.

Finlandia, negara yang digadang-gadang memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia ini membuat Walker tertantang untuk kembali menggeluti profesi pengajar. Begitulah, Tuhan membuat skenario bahwa ia ditakdirkan kembali untuk menjadi salah seorang pengajar di sekolah dasar Finlandia. Nah, disinilah semua kisah itu dimulai. Ini juga yang menjadi cikal bakal buku ini lahir.

Pada awal-awal ia meniti karier di Finlandia, Walker mengalami ‘gamang’ dan banyak keterkejutan. Bagaimana tidak, ternyata sistem pendidikan dan pembelajaran yang ia dapatkan di Amerika sangat sangat jauh berbeda dengan yang ia dapatkan di Finlandia. Bahkan banyak hal ‘aneh’ yang ia temukan pada sistem pendidikan di Finlandia. Walker beranggapan, sebagai negara yang memiliki skor paling tinggi untuk PISA, pendidikan Finlandia akan lebih ketat, serius, disiplin, rumit, dan tersktur. Namun, ia tidak menemukan itu. Walker merasa bahwa pendidikan di Finlandia jauh lebih santai, tidak terikat dengan berbagai aturan harus ini dan itu.

Sebut saja jam istirahat yang sering. Di Finlandia siswa mendapatkan istirahat 15 menit setelah meengikuti 1 jam pelajaran. Guru-guru di Finlandia bukanlah guru yang berjibaku dengan tugas, penelitian atau permasalahan siswa. Bahkan ketika jam istirahat, para guru ini menghabiskan waktunya dengan mengobrol ringan di ruangan guru. Ketika libur sekolah pun, guru-guru ini tidak lagi membahas masalah pekerjaan, mereka benar-benar menikmati liburannya. Siswa di Finlandia tidak dibebani dengan banyak tugas dan pe er. Mereka lebih diarahkan untuk menyelesaikan berbagai persoalan, sehingga pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran berbasis proyek menjadi model pembelajaran yang sering digunakan. Siswa Finlandia juga terkesan mandiri. Tidak ada guru yang menyambut di gerbang sekolah, siswa pulang dan pergi sekolah sendiri bahkan berjalan kaki, siswa juga berusaha menyelesaikan permasalahan sendiri tanpa merepotkan orang lain. Selain itu, suasana pembelajaran di Finlandia sangat jauh dari nuansa kompetisi. Siswa tidak diajarkan untuk saling berkompetisi dengan yang lain, tetapi mereka belajar untuk sama-sama pintar dan cerdas. Siswa juga tidak diharuskan menjadi yang terbaik, melainkan harus menjadi yang lebih baik dari sebelumnya. Dan masih banyak hal-hal menarik dari sistem pendidikan di Finlandia.

Buku ini adalah sebuah narasi ilmiah yang ditulis oleh Walker berdasarkan pengalamannya ketika menjadi guru di Finlandia dan Amerika. Ada 33 strategi yang ditulis Walker dalam buku ini. Strategi ini dijabarkan Walker bukan bersifat teoritis, namun ia menceritakan dari pengalamannya. Sehingga para pembaca harus jeli menangkap makna yang disampaikan Walker. Sebuah gaya tulisan yang cukup unik menurutku. Well, kalau di pendidikan mah bahasanya open ended. Artinya pembaca diberi kebebasan menangkap makna yang diceritakan oleh Walker.

Menariknya, Walker juga menyelipkan beberapa jurnal ilmiah untuk mendukung kenapa strategi ini sangat layak untuk dipraktekkan. Nah yang ini sangat keren dan awesome banget menurutku. Ditambah lagi, jurnal yang ia selipkan itu bukan jurnal umum yang sering didengar. Ada beberapa jurnal menarik yang Walker tambahkan. Misalnya saja Brigid Schulte yang melakukan penelitian bahwa pekerja yang menghabiskan waktu liburnya memiliki performa kerja yang lebih bagus daripada mereka yang tidak menggunakan waktu liburnya. Aah, mungkin ini juga alasan kenapa kalau tiba-tiba kurang fokus, kurang bersemangat kerja, kamu kurang piknik tuh. Aku pikir ini lelucon semata, ternyata ada penelitiannya lho, sangat menarique kan? So, kapan nih kita pergi liburan, hehe.

Buku ini sangat bagus sekali untuk praktisi dan pemerhati pendidikan. Aku merasakan betapa tertinggalnya pendidikan Indonesia, betapa masih banyaknya pe er yang harus dikerjakan oleh para pendidik di negeri ini. Melalui buku ini juga, aku seolah-olah bertandang ke sekolahnya Finlandia, melihat bagaiman kelasnya, bagaimana guru mengajar dan berinteraksi dengan para siswa. Well, ada banyak ilmu dan pengalaman di buku ini.




Medan, 17 Mei 2018, 20 : 56 WIB
Tulisan ini diselesaikan dalam kesendirian, ketika semua orang berangkat tarawih ke masjid. Apalah dayaku yang menikmati Ramadahan di rumah karena syariat sedang tidak memperbolehkanku menikmati ibadah. Hiks.

No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...