Friday, 18 May 2018

Rasa yang Lezat (2)

www.berasmaknyuss.com


Sebuah bekal biru dalam genggamanku. Aku membawanya dengan bangga melintasi koridor yang penuh dengan lautan manusia. Ya, ketika jam makan siang datang, koridor itu akan sangat hiruk pikuk. Aku mencoba melintasinya dengan sangat hati-hati, tentu saja agar stelan yang aku kenakan tidak kusut. Aku takkan menyia-yiakan kesempatan ini.

Aku berhenti di ujung koridor. Tepat di hadapanku adalah sebuah ruangan yang bertuliskan ‘ruangan makan’. Ini dia, batinku. Ruangan yang gadis itu sebutkan beberapa waktu yang lalu. Aku memegang ganggang pintu dengan erat, perlahan membukanya. Berharap gadis itu ada di sana. Aku tak mau gagal lagi untuk kali ini.

Ruangan ini cukup luas dan ada banyak meja dan kursi di dalamnya. Karena ini bertepatan dengan jam makan siang, tentu saja aku akan menemui banyak orang di dalam ruangan ini. Banyak orang dengan riuhnya aktivitas. Sebagian dari mereka sibuk menyantap bekal makan siangnya. Sebagian lagi ada yang bercerita sambil tertawa. Ya, ada banyak orang di sini. Aku agak kesusahan menemukan gadis yang aku maksud. Dimana dia?, puluhan manusia ini seolah menutupi keberadaannya dari pandanganku. Aah.

Ku edarkan pandanganku ke seluruh ruangan, menyisir setiap sudut ruangan, memastikan bahwa orang per orang adalah gadis yang aku cari. Hey, aku sudah menyisir ruangan ini hampir dua kali. Dan nihil, aku tidak menemukannya. Sekali lagi, dimana dia?. Apakah dia membohongiku? Apakah bekal makan siang itu hanya alasan untuk menolak ajakan makan siangku?

Aku akhirnya melangkah gontai ke salah satu kursi, duduk di sana dan mulai membuka bekalku. Nasi putih, rebus bayam dan semur ayam, aah sebuah perpaduan menu yang begitu menggoda. Ibu memang chef  terbaik dalam menyajikan makanan. Aah, tetapi menu ini sama sekali tidak menggoda bagiku. Bahkan sejatinya aku telah kehilangan selera makan. Aku lapar, tetapi tidak berkeinginan untuk memakan menu lezat di hadapanku ini. Ini semua karena gadis itu.

Ingin sekali rasanya aku berteriak Fatiaaa, kamu kemanaaa. Apakah ini benar-benar pertanda bahwa takdir tidak berpihak kepadaku? Aku sudah berusaha maksimal untuk mendekatinya, tetapi kenapa selalu gagal?

Pelan-pelan nasi dan semur ayam itu masuk ke dalam mulutku. Aah, kenapa masakan ibu kali ini terasa hambar ya? aku benar-benar tidak menikmati makan siang kali ini. Otakku mulai berpikiran macam-macam. Apakah gadis itu membohongiku? Ia mempermainkanku?. Aku merasa aliran kekecewaan itu mengaliri setiap bagian arteriku, masuk ke jantungku, semakin sakit. Ada rasa tidak percaya, gadis mulia dan baik hati seperti dia begitu teganya membohongi aku? Aah.

Aku menutup bekal makan siang itu dengan separuh nasi tersisa di dalamnya. Aku tahu ini mubazir, tetapi apa daya, mulutku tak ingin lagi menguyah dan lambungku juga tak ingin lagi mengolahnya. Aku melanjutkan langkahku menuju ke tempat sholat. Ya, walau isi otakku sedang tidak karuan, tetapi perintah Tuhan yang satu ini tidak pernah lupa aku kerjakan.

Tempat sholatnya lagi rame nih, batinku. Ada beberapa temanku juga di sana. Aahh, betapa tidak inginnya aku bertemu dengan siapapun saat ini. Suasana hatiku sedang tidak bersahabat. Aku terus mendekati tempat sholat lalu mataku mulai menangkap bayangan mereka yang aku kenali satu per satu, ada Alan, Fery, Pras dan hey ada dia di sana. Gadis itu.

Seolah mendapat suntikan adrenalin, aku mempercepat langkahku menuju ke tempat sholat. perlahan mendekati gadis itu yang sedang membaca selebaran di depan tempat sholat.. Bermodalkan serpihan kekuatan di antara segunung kekecewaan, aku mencoba mengatur kata.

“Buk Fatia?”

“Eeh, iya pakk Faiz” dia menjawab dengan setengah terkejut. Sepertinya aku mengagetkannya.

“Maaf, saya mengagetkan ibu. Mau sholat ya buk?” aah, pertanyaan macam apa yang aku keluarkan dari mulut ini?

“Gak apa-apa pak. Alhamdulillah saya sudah selesai sholat kok. Pak Faiz mau zuhur juga ya?” sebuah kalimat santun dan bersahabat ini  keluar  dari mulutnya. Aku hampir tidak bisa mengendalikan perasaan bahagiaku. Oh ya, tapi aku harus ingat, bahwa ada pertanyaan yang harus aku tanyakan kepada gadis ini.

“Iya buk. Hmm, tadi ibu gak makan siang di ruang makan ya?”

“Owh gak pak, kebetulan saya hari ini gak bawa bekal pak. Saya hari ini sedang berpuasa pak” jawab gadis itu sambil tersenyum ke arahku.

Deg. Aku merasakan sesuatu yang berbeda. Apakah bumi sedang kehilangan gravitasinya? Kenapa aku merasa melayang-layang? Dia sedang berpuasa. Salah satu ibadah yang diajarkan oleh agama yang juga aku anut. Apakah dia benar-benar se-shalihah itu?

“Puasa apa nih buk?” aku iseng bertanya.

“Senin kamis pak, kan hari ini kamis kan?” jawabnya

Derrrrr. Jawaban itu menghancurkan gunung kekecewaaanku. Hancur sehancurnya. Serpihan kehancuran itu menjadi bulir-bulir kekaguman yang bertebaran di imajinasiku. Menguatkan rasa yang telah berakar kuat dalam hatiku.

Jauh dalam hatiku
Rasa tentangnya semakin lezat



Medan, 18 Mei 2018, 14 : 47 WIB
This romance story is the end. And for you, the tall man! Im sorry if i always refuse your lunch invitation. –Fatia.

No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...