![]() |
Markaz Dakwah DPW PKS Riau |
“Ilmu itu liar, maka ikatlah ia dengan mencatatnya”
Tentunya kita sering mendengar
ungkapan tersebut. Coba deh renungi ungkapan tersebut dengan baik. Apakah benar
ilmu itu liar? Lalu liar yang dimaksud itu seperti apa? well, ternyata ungkapan itu memang benar adanya. Ilmu itu
benar-benar liar, ia bisa bergerak sesuka hatinya, pergi kemana saja dalam
waktu kapan saja, bahkan ketika teramat dibutuhkan, ia mendadak hilang *aihh*.
Misalnya saja nih, ketika diajarkan oleh guru, dosen atau tentor, para siswa
itu paham banget, sangat mengerti dengan penjelasan gurunya, bahkan merasa
kalau dirinya telah mampu *cie, elah*. Sayangnya, ketika ditanya lagi materi
yang sama entah dua hari kemudian, lupa. Eeh, sebenarnya nggak harus dua hari
juga sih, beberapa jam kemudian saja sudah mulai lupa-lupa ingat *eh, kok
seperti judul lagu ya*. Aneh memang. Tetapi begitulah sifat dari ilmu, ia
sangat liar.
Apa yang bisa kita lakukan dengan
ke-liar-an ilmu ini? Cukup dengan memaklumi dan kemudian membiarkannya saja?
Ahh, tentunya tidak. Coba deh bayangkan jika kita membutuhkan ilmu tersebut,
misalnya ketika ujian, terus ia menghilang. Nah, bisa terbayang apa yang akan
terjadi bukan? Maka sudah seharusnya kita berusaha meng-akal-i agar ilmu itu bisa
diikat sehingga tidak lagi menjadi liar. Maka, abadikan ilmu itu dalam catatan.
Catatlah semua ilmu yang telah diperoleh.
Inilah yang kemudian menjadi
alasanku untuk mewajibkan para siswa memiliki sebuah catatan. Actually aku mewajibkan para siswaku memiliki
dua buah buku tulis. Pertama adalah buku catatan, dimana mereka akan mencatat
semua materi yang aku berikan. Kedua adalah buku latihan, tempat mereka
mengerjakan soal yang kemudian aku akan memberikan nilai. Uniknya, aku memberikan
instruksi agar mereka menyampul kedua buku tersebut dengan warna tertentu. Ini
sih tujuannya seru-seruan aja, selain itu juga lebih gampang membedakan buku
antar kelas yang aku ajar. Biasanya aku menyuruh masing-masing kelas untuk
menyampul buku dengan warna berbeda, misalnya merah, kuning, hijau, biru, silver atau ungu.
Karena memiliki catatan adalah
sebuah keharusan, maka mencatat merupakan rutinitas wajib yang harus dilakukan
oleh siswaku. Dalam kelasku, seluruh siswa harus mencatat semua penjelasan yang
aku berikan. Setelah aku menjelaskan, papan tulis sudah dipenuhi oleh kalimat
dan simbol matematika yang terkesan menyebalkan itu, maka aku akan memberikan
waktu kepada siswa untuk mencatat. Aku ulangi, BERIKAN WAKTU MENCATAT. Jangan
biarkan mereka berlama-lama mencatat, batasi waktunya. Jika guru tidak
membatasi waktu, siswa akan menggunakan waktu mencatat ini untuk bermain bahkan
tidur.
Kenapa aku menyediakan waktu khusus
untuk mencatat? Memang, selama aku menjelaskan materi, aku tidak mau para siswaku
terjebak dalam kegiatan catat-mencatat. Menurutku, multitasking yang sering di gadang-gadang sangat efektif itu hanya
akan merusak tingkat konsentrasi para siswa. Harusnya mereka bisa fokus
memahami materi, menyimpan materi itu di dalam neuron terbaiknya. Sayangnya,
karena ada proses mencatat konsentrasi itu pecah. Terkadang informasi itu akan
diletakkan di memori yang salah. Nah, inilah yang kemudian membuat siswa sering
lupa dengan rumus atau konsep pelajaran.
Maka, cukup berikan saja mereka
waktu untuk mencatat. Sekali lagi, jangan biarkan mereka berlama-lama dengan
catatan itu, batasi waktu mereka. Lalu, selama proses mencatat itu, guru bisa
memberikan scaffolding (bantuan)
kepada siswa yang membutuhkan. Terkadang ada beberapa siswa yang malu bertanya
ketika guru memberikan kesempatan bertanya, nah selama proses mencatat ini
siswa yang ‘pemalu’ itu akan bertanya kepada guru. Tentunya hal ini akan sangat
bermanfaat bukan?
Hal lain yang biasa aku lakukan
adalah memberikan reward kepada siswa yang memiliki catatan lengkap
dan rapi. Ini biasanya aku lakukan ketika Ulangan Harian. Sebelum memulai UH,
aku menginstruksikan siswa untuk mengumpulkan semua catatan ke depan kelas.
Tujuannya adalah menghindari proses mencontek dari catatan dan tentu saja
memberikan nilai terhadap catatan mereka selama belajar. Semakin lengkap dan
rapi, maka semakin bagus juga nilai catatan tersebut. Nilai ini akan
diakumulasikan terhadap nilai akhir mereka nantinya. Proses reward
ini tentunya akan sangat memotivasi mereka untuk memiliki catatan yang rapi dan lengkap.
Alhasil mereka akan memaksimalkan proses mencatat.
Memang sih kesannya kok ribet gitu
ya, apa harus? Well sebenarnya tidak
mutlak seperti itu. hanya saja, menurutku memiliki sebuah catatan akan sangat
menguntungkan siswa. Banyak hal positif yang bisa dperoleh siswa ketika mereka
memiliki catatan yang lengkap. Tentunya kalian sangat setuju bahwa catatan yang
rapi akan membantu siswa dalam memahami materi. Percaya deh, suatu hari nanti
jika para siswa itu membuka catatan mereka kembali, aahh mereka tidak akan
kecewa melihat catatan mereka yang begitu lengkap.
Selamat mencoba!
Medan, 2 Mei 2018, 08:51
In frame :
Lagi mendampingi para santri untuk
mengikuti perlombaan nasyid. Eh, guru matematika bisa nasyid juga? Hmm, kalau
guru mah harus bisa semuanya. Begitulah!
No comments:
Post a Comment