Tuesday, 1 May 2018

Catatlah!


Markaz Dakwah DPW PKS Riau


Ilmu itu liar, maka ikatlah ia dengan mencatatnya

Tentunya kita sering mendengar ungkapan tersebut. Coba deh renungi ungkapan tersebut dengan baik. Apakah benar ilmu itu liar? Lalu liar yang dimaksud itu seperti apa? well, ternyata ungkapan itu memang benar adanya. Ilmu itu benar-benar liar, ia bisa bergerak sesuka hatinya, pergi kemana saja dalam waktu kapan saja, bahkan ketika teramat dibutuhkan, ia mendadak hilang *aihh*. Misalnya saja nih, ketika diajarkan oleh guru, dosen atau tentor, para siswa itu paham banget, sangat mengerti dengan penjelasan gurunya, bahkan merasa kalau dirinya telah mampu *cie, elah*. Sayangnya, ketika ditanya lagi materi yang sama entah dua hari kemudian, lupa. Eeh, sebenarnya nggak harus dua hari juga sih, beberapa jam kemudian saja sudah mulai lupa-lupa ingat *eh, kok seperti judul lagu ya*. Aneh memang. Tetapi begitulah sifat dari ilmu, ia sangat liar.

Apa yang bisa kita lakukan dengan ke-liar-an ilmu ini? Cukup dengan memaklumi dan kemudian membiarkannya saja? Ahh, tentunya tidak. Coba deh bayangkan jika kita membutuhkan ilmu tersebut, misalnya ketika ujian, terus ia menghilang. Nah, bisa terbayang apa yang akan terjadi bukan? Maka sudah seharusnya kita berusaha meng-akal-i agar ilmu itu bisa diikat sehingga tidak lagi menjadi liar. Maka, abadikan ilmu itu dalam catatan. Catatlah semua ilmu yang telah diperoleh.

Inilah yang kemudian menjadi alasanku untuk mewajibkan para siswa memiliki sebuah catatan. Actually aku mewajibkan para siswaku memiliki dua buah buku tulis. Pertama adalah buku catatan, dimana mereka akan mencatat semua materi yang aku berikan. Kedua adalah buku latihan, tempat mereka mengerjakan soal yang kemudian aku akan memberikan nilai. Uniknya, aku memberikan instruksi agar mereka menyampul kedua buku tersebut dengan warna tertentu. Ini sih tujuannya seru-seruan aja, selain itu juga lebih gampang membedakan buku antar kelas yang aku ajar. Biasanya aku menyuruh masing-masing kelas untuk menyampul buku dengan warna berbeda, misalnya merah, kuning, hijau, biru, silver atau ungu.

Karena memiliki catatan adalah sebuah keharusan, maka mencatat merupakan rutinitas wajib yang harus dilakukan oleh siswaku. Dalam kelasku, seluruh siswa harus mencatat semua penjelasan yang aku berikan. Setelah aku menjelaskan, papan tulis sudah dipenuhi oleh kalimat dan simbol matematika yang terkesan menyebalkan itu, maka aku akan memberikan waktu kepada siswa untuk mencatat. Aku ulangi, BERIKAN WAKTU MENCATAT. Jangan biarkan mereka berlama-lama mencatat, batasi waktunya. Jika guru tidak membatasi waktu, siswa akan menggunakan waktu mencatat ini untuk bermain bahkan tidur.

Kenapa aku menyediakan waktu khusus untuk mencatat? Memang, selama aku menjelaskan materi, aku tidak mau para siswaku terjebak dalam kegiatan catat-mencatat. Menurutku, multitasking yang sering di gadang-gadang sangat efektif itu hanya akan merusak tingkat konsentrasi para siswa. Harusnya mereka bisa fokus memahami materi, menyimpan materi itu di dalam neuron terbaiknya. Sayangnya, karena ada proses mencatat konsentrasi itu pecah. Terkadang informasi itu akan diletakkan di memori yang salah. Nah, inilah yang kemudian membuat siswa sering lupa dengan rumus atau konsep pelajaran.

Maka, cukup berikan saja mereka waktu untuk mencatat. Sekali lagi, jangan biarkan mereka berlama-lama dengan catatan itu, batasi waktu mereka. Lalu, selama proses mencatat itu, guru bisa memberikan scaffolding (bantuan) kepada siswa yang membutuhkan. Terkadang ada beberapa siswa yang malu bertanya ketika guru memberikan kesempatan bertanya, nah selama proses mencatat ini siswa yang ‘pemalu’ itu akan bertanya kepada guru. Tentunya hal ini akan sangat bermanfaat bukan?

Hal lain yang biasa aku lakukan adalah memberikan reward  kepada siswa yang memiliki catatan lengkap dan rapi. Ini biasanya aku lakukan ketika Ulangan Harian. Sebelum memulai UH, aku menginstruksikan siswa untuk mengumpulkan semua catatan ke depan kelas. Tujuannya adalah menghindari proses mencontek dari catatan dan tentu saja memberikan nilai terhadap catatan mereka selama belajar. Semakin lengkap dan rapi, maka semakin bagus juga nilai catatan tersebut. Nilai ini akan diakumulasikan terhadap nilai akhir mereka nantinya. Proses reward  ini tentunya akan sangat memotivasi mereka  untuk memiliki catatan yang rapi dan lengkap. Alhasil mereka akan memaksimalkan proses mencatat.

Memang sih kesannya kok ribet gitu ya, apa harus? Well sebenarnya tidak mutlak seperti itu. hanya saja, menurutku memiliki sebuah catatan akan sangat menguntungkan siswa. Banyak hal positif yang bisa dperoleh siswa ketika mereka memiliki catatan yang lengkap. Tentunya kalian sangat setuju bahwa catatan yang rapi akan membantu siswa dalam memahami materi. Percaya deh, suatu hari nanti jika para siswa itu membuka catatan mereka kembali, aahh mereka tidak akan kecewa melihat catatan mereka yang begitu lengkap.

Selamat mencoba!



Medan, 2 Mei 2018, 08:51
In frame :
Lagi mendampingi para santri untuk mengikuti perlombaan nasyid. Eh, guru matematika bisa nasyid juga? Hmm, kalau guru mah harus bisa semuanya. Begitulah!

No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...