Tuesday, 8 May 2018

Hujan Itu Seromantis Ini?


“Hujan nih, gimana?” suara bassnya terdengar.

Tetesan air langit itu aku rasakan mengenai wajahku. Aku terdiam, tak tahu apa yang harus aku lakukan.

“Sepertinya makin deras nih. Aku antar pulang ya?” suara bass itu kembali mengejutkanku.
“Gak usah” jawabku datar
“Terus kamu pulangnya gimana?” dia bertanya.
Aku diam.
“Aku antar aja yok. Sepertinya hujan ini semakin deras” 

Aku akui kalimat terakhirnya memang benar. Aku merasakan buliran air itu menghantam hampir semua tubuhku. Tetapi aku tentunya takkan lupa dengan nasihat guru ngajiku. Tentang bagaimana seharusnya adab seorang ikhwan dan akhwat yang belum mahrom. Jika aku mengiyakan permintaanya, maka aku akan berdua saja dengan lelaki yang sampai detik ini belum menjadi mahromku itu. Apakah malaikat akan mencatat hal ini sebagai bentuk khalwat? Atau apakah ini termasuk kasus darurat yang sering menjadi alibi bagi sebagian orang? Aah, kenapa harus hujan sih?

“Gimana? Makin deras nih” dia kembali bertanya. Kali ini dengan intonasi yang lebih tegas.

Akhirnya aku mengangguk pelan. Bismillah, aku berharap Allah memaklumi keputusanku. Aku terus beristighfar dan bertaawudz agar keputusan yang ku ambil ini tidak akan menjerumuskanku.

Dia memimpin arah perjalanan kami, menuju ke mobil putihnya.
Dia duduk di depan memegang kendali setir, sementara aku memilih untuk  duduk di bagian belakang, tanpa suara.

Dia menghidupkan mesin mobil, memulai ancang-ancang untuk memulai perjalanan kami. Dan tiba-tiba ‘klerk’. Pintu mobil itu otomatis terkunci. Jantung ini berdegup tak karuan. Hey, kami hanya berdua di dalam mobil yang terkunci? Aku tak kuasa mengendalikan detak jantungku yang semakin kencang, sama dengan kencangnya mobil ia kemudikan.

Sekali lagi, kami hanya benar-benar diam. Tiada percakapan. Hanya terdengar bualan dan ocehan seseorang dari radio yang ia hidupkan sejak awal perjalanan kami. Ahh, radio, kau benar-benar menyelamatkan suasana kaku ini.

Aku melihat kedua tangannya memainkan setir mobil. Sesekali ia menekan tombol klakson, mengarahkan pandangannya ke arah spion kanan dan kiri.
Dan tiba-tiba...
Pandangan kami bertemu di kaca spion dalam mobil
Deg..
Astaghfirullah.

Hanya beberapa detik saja, aku segera mengalihkan pandanganku ke arah jendela. Beberapa detik yang membuat aku merasa berbeda. Beberapa detik yang menghadirkan betapa tajamnya pandangan seseorang yang sedang mengantarku pulang. Beberapa detik yang membuat jantungku berdetak tak karuan.

Ini semuanya karena hujan. Aku merasa bahwa hujan kali ini benar-benar istimewa. Apakah hujan itu memang selalu seromantis ini? Dan sepertinya aku mulai menyukai fenomena alam yang satu ini.



Medan, 07 Mei 2018, 06 : 22 WIB


No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...