![]() |
“Hujan
nih, gimana?” suara bassnya terdengar.
Tetesan
air langit itu aku rasakan mengenai wajahku. Aku terdiam, tak tahu apa yang
harus aku lakukan.
“Sepertinya
makin deras nih. Aku antar pulang ya?” suara bass itu kembali mengejutkanku.
“Gak
usah” jawabku datar
“Terus
kamu pulangnya gimana?” dia bertanya.
Aku
diam.
“Aku
antar aja yok. Sepertinya hujan ini semakin deras”
Aku
akui kalimat terakhirnya memang benar. Aku merasakan buliran air itu menghantam
hampir semua tubuhku. Tetapi aku tentunya takkan lupa dengan nasihat guru
ngajiku. Tentang bagaimana seharusnya adab seorang ikhwan dan akhwat yang belum
mahrom. Jika aku mengiyakan permintaanya, maka aku akan berdua saja dengan
lelaki yang sampai detik ini belum menjadi mahromku itu. Apakah malaikat akan
mencatat hal ini sebagai bentuk khalwat? Atau apakah ini termasuk kasus darurat
yang sering menjadi alibi bagi sebagian orang? Aah, kenapa harus hujan sih?
“Gimana?
Makin deras nih” dia kembali bertanya. Kali ini dengan intonasi yang lebih
tegas.
Akhirnya
aku mengangguk pelan. Bismillah, aku berharap Allah memaklumi keputusanku. Aku
terus beristighfar dan bertaawudz agar keputusan yang ku ambil ini tidak akan
menjerumuskanku.
Dia
memimpin arah perjalanan kami, menuju ke mobil putihnya.
Dia
duduk di depan memegang kendali setir, sementara aku memilih untuk duduk di bagian belakang, tanpa suara.
Dia
menghidupkan mesin mobil, memulai ancang-ancang untuk memulai perjalanan kami.
Dan tiba-tiba ‘klerk’. Pintu mobil itu otomatis terkunci. Jantung ini berdegup
tak karuan. Hey, kami hanya berdua di dalam mobil yang terkunci? Aku tak kuasa
mengendalikan detak jantungku yang semakin kencang, sama dengan kencangnya
mobil ia kemudikan.
Sekali
lagi, kami hanya benar-benar diam. Tiada percakapan. Hanya terdengar bualan dan
ocehan seseorang dari radio yang ia hidupkan sejak awal perjalanan kami. Ahh,
radio, kau benar-benar menyelamatkan suasana kaku ini.
Aku
melihat kedua tangannya memainkan setir mobil. Sesekali ia menekan tombol
klakson, mengarahkan pandangannya ke arah spion kanan dan kiri.
Dan
tiba-tiba...
Pandangan
kami bertemu di kaca spion dalam mobil
Deg..
Astaghfirullah.
Hanya
beberapa detik saja, aku segera mengalihkan pandanganku ke arah jendela. Beberapa
detik yang membuat aku merasa berbeda. Beberapa detik yang menghadirkan betapa
tajamnya pandangan seseorang yang sedang mengantarku pulang. Beberapa detik
yang membuat jantungku berdetak tak karuan.
Ini
semuanya karena hujan. Aku merasa bahwa hujan kali ini benar-benar istimewa.
Apakah hujan itu memang selalu seromantis ini? Dan sepertinya aku mulai
menyukai fenomena alam yang satu ini.
Medan, 07 Mei
2018, 06 : 22 WIB
No comments:
Post a Comment