Saturday, 19 May 2018

Pengumbar Harapan

Sumber : www.bettysullivanlapierre.com


“Mawar ini hanya menyimbolkan rasa maafku padamu, bukan rasa cintaku padamu. Karena rasa cintaku padamu takkan pernah layu”

Ini adalah sebuah scene salah satu sinetron Indonesia. Adegannya seorang lelaki sedang menebus kesalahannya kepada perempuan sambil berlutut memegang setangkai mawar merah. Sepertinya ada kesalahan fatal yang dilakukan oleh lelaki sehingga perlu usaha ekstra meminta maaf kepada perempuan yang dicintainya. Wajah sang lelaki benar-benar tulus, penuh penyesalan kala mengucapkan hal itu. Seolah ia benar-benar merasa bersalah dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan itu. Oh, so sweet  banget kan ya? begitulah, sang perempuan akan merasakan energi ketulusan yang disampaikan oleh lelaki, hingga ia luluh, perasaannya mendominasi pikirannya. Lalu apa? akhirnya permintaan maaf itu diterima.

Dua episode berikutnya sang lelaki kembali mengulangi kesalahan yang sama. Kalian bisa menebak kelanjutkan kisah ini? Ya, sang lelaki akan datang memelas lagi, mengemis lagi, merayu lagi, mengeluarkan kata-kata paling romantis yang ia punya. Tak lupa setangkai bunga yang tentunya lebih besar daripada sebelumnya, berlutut sambil memasang wajah benar-benar menyesal, kemudian berjanji tidak akan mengulanginya, ini adalah yang terakhir. Dan anehnya sang perempuan akan memaafkan lelaki itu (lagi) dan mempercayai semua janji yang ia sebutkan. Aah, janji, janji, janji.

STOP!!.
Berhentilah untuk mengungkapkan kata-kata manis itu. Entah dimana kalian membeli pemanis sehingga membuat kata-kata itu begitu manis dan kami sangat candu untuk terus mendengarnya. Entah dimana kalian belajar bahasa, sehingga susunan kata-kata itu sangat sempurna. Telinga kami takkan pernah bosan mendengarnya. Ia akan meminta diulang lagi, lagi dan lagi.

Berhentilah membuat kami merasa the one and only. Padahal sejatinya kami adalah urutan nomor sekian dalam kehidupan kalian. Well, kalian terus menafikan bahwa kami adalah perempuan satu-satunya dalam hidup kalian. Ya, jika hal itu benar, kami tetap perempuan satu-satunya setelah pekerjaan kalian, sahabat kalian, hobi kalian, teman nongkrong kalian, kamera kesayangan kalian. Do you see that? We are not the one and only. Kami akan selalu berbagi tempat dalam hati kalian, bisa dengan seseorang atau sesuatu.

Berhentilah membuat imajinasi kami bekerja berlebihan. Kalian tahu kan? Kami adalah makhluk yang benar-benar mengandalkan imajinasi, emosi dan perasaan. Kami cenderung mengikuti perasaan daripada memperturutkan logika. Mungkin ini adalah hal yang aneh bagi kalian, tetapi sangat masuk akal bagi kami. Bahkan terkadang imajinasi kami lebih nyata daripada kenyataan yang kami hadapi. Nah, jika kalian membuat imajinasi kami bekerja berlebihan, lalu bagaimana kami bisa membedakan kalian itu adalah tokoh imajinasi atau tokoh nyata?

Ada beberapa hal yang harus kalian tahu. Tolong camkan hal ini baik-baik!.
Kami akan sangat mengingat setiap perlakuan istimewa yang kalian berikan. Jangankan memberi perhatian ketika sakit, kalian love postingan kami, rasanya sudah berbeda sekali, kalian membalas chat kami yang sangat tidak penting itu benar-benar membuat kami merasa diistimewakan.

Kami juga adalah makhluk yang mencatat setiap perkataan manis, rayuan gombal yang kalian ucapkan. Kami bisa saja lupa menaruh berkas fotocopyan, tetapi kami tidak akan lupa bahwa ada janji bertemu dengan kalian minggu depan. Sayangnya, kami juga sangat percaya dengan setiap janji yang kalian utarakan. Jika kalian berjanji akan datang, maka kami akan menunggu. Jika kalian berjanji akan setia, maka kami juga akan setia. Percayalah, kami akan menantikan setiap janji yang kalian patrikan.

Jadi, bantulah kami dengan berbuat sewajarnya. Jangan perlakukan kami secara berlebihan. Jangan ucapkan kata-kata manis jika kalian belum bisa menggetarkan lauh mahfudz. Jangan ucapkan janji, walau sekecil apapun. Karena kami akan terus menunggu, menagih janji kalian. Mungkin menurut kalian, janji hanya sebuah candaan belaka, agar celotehan kami tidak lagi terdengar di telinga kalian. Namun, menurut kami janji yang kalian utarakan itu adalah sebuah pengharapan yang besar.

Lalu bunga yang kalian berikan itu. Bunga yang kalian sebut sebagai penebus kesalahan kalian. Biarkn hanya bunga mawar itu yang layu. Biarkan ia yang kering, menguning lalu mati seiring berjalannya waktu. Tapi jangan biarkan itu terjadi dengan harapan kami. Tidak juga dengan kepercayaan kami.

Dari kami : makhluk yang banyak bicara
Teruntuk kalian : makhluk yang logikanya lebih dominan ketimbang perasaannya.


Medan, 18 Mei 2018, 15 :52 WIB
Tulisan ini bukan curhat, percayalah!

No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...