Tuesday, 15 May 2018

Halalkah Makanan Kita?



Aku, mba Nur dan mba Tia

Kamis, 10 Mei 2018.
Sebuah tanggal ditulis dengan menggunakan tinta merah. Itu artinya libur nasional, yeaay. Aku sudah menyiapkan agenda agar hari ini tidak terbuang sia-sia. Karena biasanya kalau hari libur, aku biasanya tiduran, nonton film, main instagram, aah beneran unfaedah banget kan?. Eits, itu aku yang dulu kok. Sejak aku tahu betapa pentingnya waktu luang, aku benar-benar memanfaatkannya.

Sebuah kajian yang diposting oleh kak Ulfa (teman satu kantor) di instagram menjadi destinasi menarik pagi ini. Alhamdulillah, aku juga tidak sendirian kok. Ada dua orang teman satu kantor di Primagama yang juga Allah gerakkan hatinya untuk menghadiri kajian ini. Mereka adalah mba Tia, tentor Bahasa Indonesia dan mba Nur, tentor Fisika.

Acara ini dimulai pukul 10.00 WIB di masjid Al Jihad. Itu artinya kami harus berangkat sekitar jam 09.15 WIB. Qodarullah, hujan deras mengguyur kota pagi itu. Hampir saja salah seorang diantara kami berat hati untuk mengikuti kajian ini. Dengan menjadikan hujan sebagai alasannya. Lalu aku mencoba meyakinkan, insya allah hujannya sebentar saja kok. Entah kenapa aku ingin sekali mengikuti kajian ini. Alhamdulillah, Allahu Akbar, betapa baiknya Allah kepada kami. Pukul 08.50 WIB, hujan itu berhenti dan menyisakan langit yang berhiaskan sinar matahari.

Kami pikir drama hujan itu sudah selesai. Ternyata ketika kami memasuki kawasan masjid Al Jihad, langit begitu gelap. Dan seketika itu hujan membasahi bumi Allah di sana. Aku dan mba Tia sudah sampai di masjid, sehingga kami menikmati air hujan itu di pelataran masjid. Tetapi tidak dengan mba Nur, yang qodarullahnya terjebak hujan di salah satu pertokoan. Aah, kasian sekali, mana beliau nggak bawa jas hujan. Alhamdulillah beliau landing juga di masjid, tetapi ya begitulah, dengan kondisi tubuh yang basah kuyup. Sabar ya mba Nur, insya allah pahalanya lebih banyak, aamin.

Kajian ini dibuka tepat pukul 10.00 WIB. Diawali dengan tilawah Ar Rahman. Pagi ini aku benar-benar merasakan “maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi kah yang kau dustakan?” Allah begitu baik terhadap kami pagi ini. Betapa luar biasa skenario yang sedang Ia berlakukan, Alhamdulillah. Aku mengedarkan pandangan ke ruangan masjid, sedikit bersedih. Hanya sedikit saja jamaah yang datang. Aah, aku berhusnudzon, bisa saja karena hujan mereka susah keluar rumah, atau bisa juga mereka sudah punya agenda lain yang lebih penting.

Ust Rafli Munzalana Anshori, ustadz yang langsung datang dari Kalimantan, membuka kajian dengan memberikan pertanyaan .
            “apa yang terpikirkan ketika seseorang menawarkan makanan baru kepada kita”
Tanpa perlu berpikir panjang, kebanyakan kita akan memberi jawaban
            “Enak nggak?”, “Murah nggak?”
Lalu Ust Rafli melanjutkan kembali. Islam tidak menyuruh untuk memilih makanan itu berdasarkan rasa dan harga. Tetapi lebih kepada halal dan thoyyib.

Jleb. Opening statement yang cukup ‘nampar’ banget. Bagaimana tidak, aku adalah orang yang juga suka memilih makanan berdasarkan rasa dan harga. Ya, memang sih soal halal itu wajib, tetapi kalau ada yang nawarin makanan baru, pasti pikirannya menjurus ke harga dan rasa. Nauudzubillah.

Mengurusi makanan merupakan hal yang substansial dalam kehidupan kita. Bukan sekadar memenuhi kebutuhan biologis, tetapi karena banyak efek yang dimunculkan akibat makanan yang kita makan ini. Banyak doa yang tidak terkabul gara-gara ada makanan haram yang nyelip di dalam daging kita. Banyak ibadah yang tidak diterima ketika ada dzat haram yang tumbuh dalam raga kita. Bahkan sesuatu yang haram di dalam tubuh cenderung memmbuat kita sering melakukan kemaksiatan atau hal yang tidak bermanfaat. Jadi, jika ibadah susah, malas sholat, suka berdusta, mungkin saja itu adalah buah dari makanan haram yang masuk ke tubuh ini.

Maka sudah selayaknya, seorang muslim benar-benar memperhatikan apa yang dimakannya. Ada dua syarat makanan seorang muslim. Allah menyebutkan di surat Al-An’am: 14, yaitu Halal dan Thoyyib. Ust Rafli menyebutkan ada lima langkah agar kita bisa menjaga makanan untuk berada dalam kategori halal dan thoyyib tersebut:

Rezekinya harus halal
Apapun cara mendapatkan makanan tentunya harus halal. Tidak boleh melalui korupsi, mencuri, merampok, mengurangi timbangan atau menipu. Gunakan usaha yang baik dalam menemukan rezeki. Banyakpun rezeki, tetapi nihil berkah, buat apa coba?

Bahan-bahannya harus halal
Apapun bahan yang digunakan benar-benar dipastikan bahwa itu halal. Terutama untuk bahan-bahan yang di packaging. Kita harus benar-benar memperhatikan logo MUI dari barang tersebut. Pilihalah bahan yang berkualitas juga, misalnya daging ayam, telur atau sayur. Usahakan berbelanja kepada saudara semuslim juga.

Cara memasak harus halal
Dalam hal ini adalah kebersihan tempat memasak. Kita harus benar-benar memperhatikan kebersihan dapur, sampah, tempat cuci piring. Walaupun bahannya halal dan bagus, jika memasaknya tidak bagus, ya sama aja kan ya?

Cara menghidangkan
Gunakan piring, sendok, atau meja makan yang bersih ketika menghidangkan makanan. Biasakan juga untuk selalu menutup makanan jika tidak langsung dimakan. Karena biasanya syetan suka ikut makan atau malahan buang air di makanan tersebut.

Cara makan harus sesuai dengan tuntunan
Gunakan cara atau adab makan sesuai dengan apa-apa yang telah Rasulullah ajarkan kepada kita. Apa misalnya? Mencuci tangan dan berdoa sebelum makan. Makan dan minum dengan tangan kanan, menghabiskan makanan atau tidak boleh menghina makanan. Ada banyak adab yang diajarkan oleh Rasulullah kepada kita. Sudah selayaknya kita untuk meneladani adab-adab tersebut.

Menurutku ini adalah sebuah kajian yang luar biasa dan unique banget. Content yang disampaikan oleh Ustadz juga sangat menarik. Ya, diantara sekian banyak kajian yang masih latah dengan nikah muda, kajian ini hadir membawa suasana baru, hehehe. Cara penyampaian ustadnya lumayan oke kok, rapi, santai dan ada lucu-lucu nya juga. Hanya saja terkesan buru-buru banget. Mungkin karena materi yang terlalu padat, sementara waktu penyampaiannya sedikit. But, overall aku suka dan serius banget mengikutinya. Well, mungkin ini karena materinya yang begitu menarik dan jarang banget aku dapatkan.


Medan, 14  Mei 2018, 06 : 43 WIB
Mas, jadi kapan akan menghalalkan yang di foto itu? segera lho mas, aiih.

No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...