Wednesday 16 March 2016

Berproseslah !


Gagal ? tentunya kata ini sudah biasa terdengar dalam kehidupan manusia. Bahkan, hampir setiap manusia sendiri mengalaminya, mengalami apa yang disebut dengan kegagalan. Merupakan suatu kelaziman dan sebuah keniscayaan manusia yang mengalami kegagalan. Akan tetapi yang berbeda antara kegagalan yang dialami oleh satu orang dengan yang lainnya terletak pada tindakannya setelah mengalami kegagalan tersebut, ada sebagian orang yang terus melangkah dan ada sebagian orang yang berhenti bahkan memilih untuk mundur.

Tentunya masih ingat kisah perjuangan luar biasa Ibunda Siti Hajar ketika mencari air untuk anaknya, Nabi Ismail AS yang kehausan. Di tengah gurun pasir yang sangat panas beliau bolak-balik mencari air, tiga kali, lima kali bolak-balik tetapi beliau tetap tidak menemukan air, lalu Ibunda Siti Hajar tetap berusaha sehingga kali ketujuh air itu keluar dari kaki Nabi Ismail AS, rezekinya ada ketika kali ketujuh beliau mengitari gurun pasir itu. Begitulah keteguhan perjuangan Ibunda Siti Hajar, andaikan ketika kali ketujuh tidak ada air yang ditemukannya, pastilah ada kali kedelapan, kali kesembilan sampai Ibunda Siti Hajar menemukan air. Jadi intinya bukan soal gagalnya, tetapi seberapa jauh kita terus mencoba.
Pertanyaannya, harus sampai kapankah kita mencobanya ? haruskah ribuan kali layaknya Thomas Alfa Edison yang berhasil menemukan lampu pada kali ke seribu? Tentunya tidak harus. Bermodalkan ilmu yang mendukung serta mentor yang berkompeten maka kita akan menemukan hasil yang baik dalam jangka waktu yang tidak begitu lama. Jadi jangan hanya coba-coba sendiri, lakukan sesuau dengan ilmunya, maka kita akan mendapatkan hasil yang lebih baik.
Satu pernyataan yang dicetuskan oleh Albert Einstein : “Jika kita melakukan hal yang sama berharap hasilnya berbeda, itu yang dinamakan dengan sinting”. Benar sekali !. Jadi jika ingin hasilnya berbeda, maka caranya juga harusnya berbeda. Untuk menghasilkan cara yang berbeda itu harus ada ilmunya, jadi bukan semata-mata gigih berusaha, bukan semata-mata kerja keras, kita seharusnya kerja cerdas. Sehingga proses kita untuk bangkit, proses kita untuk sukses itu tidak memerlukan waktu yang lama, syaratnya kita tahu ilmu untuk kerja cerdas tersebut. Jika kita tahu ilmunya, maka kita bisa mempersingkat waktu menuju kesuksesan kita.
Untuk siapapun yang sedang mengalami kegagalan, teruslah berproses untuk segera bangkit dari kegagalan itu. Percayalah jika kita sedang mengusahakan sesuatu dan kita gagal mendapatkannya, maka kita berhak mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari hal tersebut. teruslah berpikir positif, teruslah berbaik sangka karena dengan berbaik sangka keadaan akan menjadi lebih baik. Jadi, kita bisa jemput rezeki, kita bisa jemput kesuksesan jika kita mau berproses dan tahu ilmu nya dalam berproses tersebut.
Selamat mencoba !!
Selamat sukses !!







Wednesday 3 February 2016

Untukmu yang menunggu

Tepat pada hari ke 120 di rahim ibunya, seorang "calon manusia" mengalami kejadian hebat dalam hidupnya. Disaat itu esensinya sebagai manusia diakui karena saat itu ruh ditiupkan dan membuat calon manusia itu menjadi hidup, bukan hanya tumbuh dan berkembang. Tapi tidak hanya itu, Allah SWT melakukan suatu kejadian besar lagi ketika hari itu, yaitu menetapkan takdir bagi si “calon manusia” itu, Allah SWT menetapkan perihal rezekinya, perihal jodohnya, perihal mautnya, serta perihal bahagia dan suka yang akan dialami oleh si “calon manusia” tersebut. Masha Allah, Allah begitu apik menyusun skenario hidup makhluknya, bahkan saat makhluknya belum terlahir ke dunia, Allah telah menyelesaikan script drama kehidupan yang akan dijalani oleh makhluknya.

Ada hal yang paling menarik di antara ketetapan Allah SWT tersebut, hampir semua insan mengalami rangsangan adrenalin begitu tinggi ketika menceritakan ketetapan Allah SWT yang satu ini. Jodoh, begitulah kosakata membahasakannya. Tak dapat dinafikan bahwa jodoh merupakan rezeki terbesar dalam hidup manusia, jodoh merupakan mistery guest yang paling ditunggu kehadirannya, bahkan dipersiapkan untuk menyambut kedatangannya. Impuls luar biasa yang diberikan oleh jodoh menyebabkan banyak diantara manusia yang menunggu-nunggu, bahkan menjadi perasaan tak karuan, istilah anak mudanya galau.

Lalu muncul pertanyaan, bagaimana menemukan jodoh itu ? harus dijemput atau ditunggu saja ?. Jodoh memang ditangan Tuhan, tapi kalau tidak diambil, tidak dijemput maka dia akan selamanya ditangan Tuhan. Apakah cukup dengan hanya menunggu dan berharap besok pagi datang pangeran berkuda putih di depan rumah dengan setangkai mawar merah, tentunya tidak. Perhatikan kalimat luar biasa yang langsung Allah SWT lantunkan di dalam Al-Quran Surat An-Nur : 26

Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan –perempuan yang baik......”

Jelas bahwa Allah SWT menjanjikan pasangan yang baik hanya untuk pribadi yang baik, pasangan yang keji hanya untuk pribadi yang keji. Lalu, bagian dari janji Allah yang manakah yang harus dipertanyakan?

Semua orang tentu ingin mendapatkan jodoh yang baik, jodoh yang taat, dan bertanggung jawab. Jika diberikan pilihan jodoh yang memiliki nilai 7 atau 8, maka hampir semua akan memilih jodoh yang bernilai 8, bahkan jika dihadirkan jodoh yang bernilai 9, tentu itu akan menjadi pilihannya. Itu fitrah manusia, selalu menginginkan yang terbaik dalam kehidupannya. Pertanyaannya, apakah setiap manusia akan dipertemukan dengan jodoh yang memiliki nilai terbaik ? Tentunya tidak. Lalu bagaimana supaya dipertemukan dengan jodoh yang memiliki nilai terbaik ?. Tagihlah janji Allah SWT. Bukankah Allah SWT telah menjanjikan bahwa pasangan yang baik hanya untuk yang pribadi yang baik ?. Dari hal ini dapat ditarik kesimpulan penting bahwa jika menginginkan jodoh yang baik, maka bentuklah diri ini menjadi pribadi yang lebih baik. Jika menginginkan jodoh bernilai 9, maka harus menjadi pribadi yang memiliki nilai 9, tapi jika hanya menginginkan jodoh bernilai 6 maka cukup menjadi pribadi yang memiliki nilai 6. Intinya, Allah hanya akan memberikan pasangan yang pantas untuk makhluknya. Jodoh itu adalah refleksi dari diri sendiri. Jangan pernah menyalahkan keadaan jika mendapatkan pasangan yang memiliki nilai 6 karena sesungguhnya pribadi ini pun bernilai 6.

Sebagian orang sering mempertanyakan kenapa jodoh saya tak kunjung datang, padahal saya sudah rajin ibadah ?. Sekali lagi inilah hukum ke “pantas” an Allah SWT berlaku pada makhluknya. Bukan Allah SWT yang belum memberikan jodoh, tapi diri ini yang belum pantas untuk dipertemukan dengan jodoh. Ketika pribadi ini masih memiliki nilai 6 sementara jodoh telah memiliki nilai 8, pantaskan Allah mempertemukan ?. Tidak, sangat tidak pantas. Maka, buatlah pribadi ini menjadi bernilai 8, sehingga setelah sama dan pantas percayalah Allah SWT akan mempertemukannya. Inilah yang kita sebut dengan ilmu memantaskan diri. Sampai kapan harus memantaskan diri ? Sampai jodoh itu datang, bahkan  sepanjang hidup.

Tak ada satupun manusia mengetahui berapa nilai kepribadiannya di mata Allah SWT, juga tidak mengetahui berapa nilai jodohnya. Dan tentunya tidak boleh mengklaim bahwa diri ini telah baik dan harus dapat yang baik. Bukankah Allah lebih mengetahui yang terbaik untuk hamba Nya ?. Teruslah berusaha memantaskan diri ini, teruslah bermetamorfosa menjadi pribadi yang lebih baik. Semakin sibuk memantaskan diri, maka 

Untukmu yang sedang menunggu, jangan bangun khayalan tentang kehadiran sang pangeran atau bidadari, tetapi sibukkan diri dengan memantaskan diri. Ingat, Allah hanya memberikan seseorang yang pantas untuk kita. Jika diri ini semakin tenggelam dalam metamorfosa menjadi lebih baik, maka tanpa disadari Allah SWT telah menyiapkan skenario perjumpaan dengan jodoh terbaik. Percayalah akan janji Allah SWT. Cukupkan ikhtiar, lengkapi dengan doa, lalu sempurnakan dengan bertawakall kepada Allah SWT.

                                                                                                Medan, 4 Februari 2016, 11 : 51

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...