Sunday 28 January 2018

Sebuah PIlihan


Puncak Lawang, Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat


“Kamu kuliahnya jurusan apa?”
---Matematika
“Kalau tamat kerja apa nanti?”
---Guru Matematika
“Lalu, kenapa ikut bisnis juga? Aku kira kamu jurusan manajemen bisnis”
---(tersenyum)

Begitulah kira-kira percakapan yang terjadi ketika ada orang yang mengetahui bahwa aku adalah seorang online seller. Ya, aku adalah penjual online. Menurut kalian apa yang aku rasakan ketika mereka mempertanyakanku tentang profesiku yang satu ini? Sedih? Gak juga. Bangga? Dari mana bangganya coba. Dianggap remeh? Sedikitlah.

Menjadi seorang online seller memang bukan impian yang aku idam-idamkan. Karena cita-citaku sedari kecil adalah menjadi seorang guru dan seorang penulis. Hanya itu, gak berubah, aku mah konsisten banget dengan cita-cita, hehe. Lalu apa yang mengantarkanku menjadi seperti ini? Lingkungan, kurasa. Orang tuaku memiliki kedai harian di rumah, sehingga aku sangat terbiasa dengan transaksi jual beli, dan dari kecil aku juga suka menjualkan es tebu hasil racikan Bunda ke pertandingan volly di kampungku. Kemudian ketika aku mulai melanjutkan sekolah dan hidup merantau aku mulai melupakan kebiasaan itu. Sehingga sampailah hari ini ketika aku membuat keputusan besar bahwa aku harus menjadi seorang online seller.

Mengambil bagian menjadi seorang online seller bukan hal yang tiba-tiba aku putuskan, bukan sekadar ikutan zaman karena semua orang sedang ‘latah’ dengan jualan online atau mencari sebuah eksistensi apalagi ajang tipu-tipu. BUKAN. Ada sederetan alasan yang membuatku dan mereka yang lainnya untuk mengambil sebuah keputusan besar ini. Keputusan besar? Ya, menurutku menjadi seorang online seller adalah sebuah keputusan yang besar. Keputusan untuk menyediakan separuh waktu, eeh, hampir semua waktu untuk mengurusi bisnis kecilnya. Keputusan untuk siap menerima omelan dari para customer. Keputusan untuk siap nganterin orderan kesana kemari. Keputusan untuk siap sibuk membalasi semua chat customer yang nanya ukuran atau warna dan ujug-ujug malahan gak jadi beli (eeh, kok jadi curhat ya). Begitulah, sebuah keputusan yang besar.

Menjadi seorang online seller adalah sebuah pilihan. Kita bisa saja ikut dan berperan di dalamnya atau bisa menjadi penikmatnya saja. Tidak ada yang salah. Tidak semua orang harus ambil bagian jadi online seller, coba deh bayangin kalau semuanya jadi online seller, siapa yang beli coba, hehehe. Sekali lagi ini hanya untuk mereka yang memilih menjadi seorang online seller.

Mereka siapa? Mereka yang tidak betah dengan kungkungan aturan kantor, mereka yang harus resign demi mengurusi rumah tangga dan anak-anaknya, mereka yang menyiarkan sesuatu lewat jualannya, mereka yang menekan keinginan untuk terus belanja, atau mereka yang terimpit beban ekonomi. Ada banyak alasan yang menjadikan banyak orang memilih online seller sebagai salah satu profesi sampingan bahkan profesi utama mereka.

Jika kalian merasa tertarik dengan profesi ini, maka temukan alasan kenapa kalian ingin menggelutinya. Jangan hanya terprovokasi oleh teman yang sukses, banyak uang, jalan-jalan kemana saja. Ingat! Bisnis itu tak selamanya akan sukses layaknya orang-orang itu, bisnis itu bukan berarti tidak mungkin gagal atau collapse. Atau jangan hanya sekadar coba-coba, eeh elu pikir ini undian berhadiah, yang digosok tiba-tiba menang mobil, hehe. Hidup ini terlalu murahan jika kita hanya beralasan coba-coba. Pikirkan yang matang, kenapa ingin menjadi online seller?

Jadi, temukan alasan yang tepat ketika memutuskan untuk mengambil bagian menjadi seorang online seller. Luruskan niat dan terus perbarui niat. Karena selama proses membangun bisnis yang kecil itu ada banyak rintangan yang dihadapi, sehingga butuh azzam dan tekad yang kuat. Niat, menjadi sesuatu yang harus terus diperbaiki selama proses itu berlangsung agar semangat tetap terjaga, agar langkah tetap berada di koridor yang seharusnya. Dan yang paling penting, niatkan semuanya karena Allah. Jika niat kita karena Allah, in sya Allah, akan dibantu oleh Allah, akan dimudahkan oleh Allah, dan akan mendapat berkah di setiap aktvitas yang kita lakukan. Uang datang, berkah Allah pun mengalir. Masha Allah.

Yang mau join online seller dan nanya-nanya silakan email langsung atau kepoin semua sosial mediaku. Insya allah akan aku tanggapi. Selamat mencoba para pejuang bisnis.



Medan, 18 Januari 2018. 16:01 WIB
Hari ini mendung menyelimuti kota Medan. Begitupun hatiku. Entah kenapa telepon seseorang tadi pagi merusak total semua moodku hari ini. Kenapa ini? Sepertinya Allah sedang rindu, sepertinya Allah sedang cemburu kenapa aku masih menceritakan masalahku dengan makhluk Nya. Ya  Robbi, Zholamtu Nafsii, Faghfirlii.
                                                                       

Monday 22 January 2018

Jalan-Jalan Pintar di Kebun Raya Bogor




Di setiap perjalanan kerja ke luar kota terutama ke Pulau Jawa, aku selalu menyempatkan diri untuk menambah jadwal perjalananku, hehe. Dan untuk perjalanan ke ibu kota Indonesia ini, aku memilih Bogor menjadi destinasi tambahanku. Kenapa harus Bogor ? ah, sebenarnya banyak drama yang terjadi sampai akhirnya memilih Bogor menjadi destinasi. Awalnya aku dan beberapa teman ingin memilih Yogyakarta, gak tahu kenapa kami sangat tertarik untuk berkunjung ke sana. Alhasil kami mencari tiket kereta api untuk memberangkatkan kami ke Yogyakarta, dan alhamdulillah tidak ada lagi tiket yang tersisa, semuanya telah habis terjual. Ya Allah, sedih rasanya. Padahal waktu itu ingin sekali mengunjungi kota Jogja.


 

Otak kami berpikir keras, gak mungkin balik ke Medan tanpa melakukan sebuah perjalanan lagi karena kami sudah melakukan pengunduran tiket pesawat. Dan akhirnya memilih Bogor menjadi destinasi. Tidak hanya itu, keberadaan salah seorang mamak ku (adik dari Bunda ku) juga ada di Bogor, aku memanggilnya maetek. Dengan mendatangi Bogor aku toh juga bisa bersilaturrahim dengan maetekku kan?. Jarak yang dekat antara Bogor dan Jakarta serta mobilitas yang memadai menjadi alasan yang menguatkan kami untuk akhirnya memilih Bogor.

Kami memasuki Kota Bogor siang hari. Mobil yang kami sewa   meliuk diantara kepadatan lalu lintas Kota Bogor. Yang aku lihat, ternyata Bogor rame angkot juga ya, hehe. Aku memang pernah baca sih katanya Bogor itu adalah kota seribu angkot, eh salah sejuta angkot maksudnya. Imbang-imbang dengan Medan lah. Hehehe. Alhasil melihat angkot yang tiba-tiba nyalip atau berhenti, itu mah udah jadi pemandangan yang biasa banget untukku.

Kamipun meletakkan barang di sebuah Hotel yang telah dipesankan maetek dan tanteku. Dan tanpa membuang waktu, kami segera mengunjungi destinasi yang menjadi icon  kota Bogor, apalagi kalau bukan Kebun Raya Bogor. Alhamdulillah tanteku berbesar hati untuk meluangkan waktunya menemani jalan-jalan dadakan kami (thanks tante, kapan-kapan kita ke Puncak ya, hehe). Bermodalkan angkot kami pun menginjakkan kaki ke kebun Raya Bogor.
Aku ingat, kami ke sana bukan di hari libur, tapi suasana di Kebun Raya Bogor itu sangat ramai sekali. Heheh. Saking ramainya bahkan kami gak sempat lagi berfoto di sebuah tulisan yang menyatakan “Kebun Raya Bogor”, biar buktinya otentik kalau kami beneran pergi ke sana, hehe. Setelah menyelesaikan proses administrasi (membayar tiket, haha) kami pun memulai aksi kami. Dan ternyata kebun itu sangat luaaaaaas sekali, kami bingung harus memulai dari mana, harus belok kemana. Dan sekali lagi Allah mengirimkan bantuanNya lewat tanteku, tante yang sudah sering bahkan hapal jalan-jalan di sini memilihkan spot-spot yang akan kami kunjungi dan kami abadikan gambarnya (ini yang paling penting, hehe).



Dan berfoto dengan latar belakang Istana Presiden adalah pilihan pertama kami. Aku hampir loncat-loncat karena bisa melihat secara langsung dan lebih dekat rumah dinas dari orang nomor satu di Indonesia ini. Sayangnya kami gak bisa berfoto lebih dekat lagi karena kebetulan Presiden SBY sedang berada di Bogor sehingga ada perimeter yang dipasang di sekitaran istana itu. Tak apalah, melihatnya secara langsung saja sudah merupakan kebahagian tersendiri untukku.

Tak perlu berlama-lama disini, kami melanjutkan perjalanan ke “Taman Meksiko”

Coba tebak tanaman apa yang ada di Taman Meksiko? Kaktus. Iya, di taman ini kami mendapati banyak sekali jenis tanaman kaktus dan bunga yang tumbuh di tempat dengan suhu kering, ahh aku lupa namanya euy. Jalan-jalannya dihiasi dengan susunan batu, wah serasa jadi koboy Meksiko kami.


Aku lupa nama jembatan ini apa. Tetapi jembatan ini juga sering dijadikan objek foto para netizen, hehe. Dan karena gak mau ketinggalan, kamipun mengabadikan beberapa pose disini. Kamipun terus melanjutkan perjalanan kami mengitari Kebun Raya Bogor. Jujur, aku capek sekali, sangat capek. Kami baru menempuh perjalanan ke Bogor dan langsung berkelana mengitari kebun ini. Tentu kebayang dong gimana rasa capeknya.

Dan akhirnya kami memilih tempat ini sebagai tempat terakhir kami di Kebun Raya Bogor;


Wajah-wajah yang capek banget kan ya? Haha. Kami pun beristirahat disini. Menyusun agenda, kemana lagi kita? Ahh padahal udah capek dan lelah tetapi semangat jalannya masih aja getool, hehe.

Sayangnya aku tak menemukan apa yang aku cari? Bunga Rafflesia. Entah dimana sebenarnya posisi bunga itu, bahkan tanteku pun tak mengetahuinya. Kami juga sempat menanyakan pengunjung lainnya dan jawabannya tetap sama, “kami juga lagi nyari bunga itu”. Misteri banget kan ya? Haha. Mungkin bunga itu ada di suatu tempat, kami aja yang belum menemukannya, kok sama seperti Jodoh yak? lho?.

Kebun Raya Bogor ini adalah sebuah destinasi wisata yang edukatif banget. Disini kita akan belajar banyak tentang biota tumbuhan, nama ilmiahnya, ciri fisiknya, bentuk daun, batang, aah semuanya deh. Berbagai spesies tumbuhan ada di Kebun ini, kereeeen sekali ide orang yang membuat kebun ini kan. Makanya selama perjalanan ini aku menemukan gerombolan anak sekolah dengan catatan di tangannya sedang mengamati pohon di depannya lalu menuliskan di buku catatan. Bahkan ada gerombolan anak TK yang antusias bertanya kepada guru mereka “ini pohon apa bu?” “ini apa”. Kami yang senantiasa bermain dengan angka jadinya tahu kalau ada pohon ini, ada pohon itu, hehe. Jalan-jalan pinter deh pokoknya.

Bermodalkan sisa tenaga yang kami punya, kami beranjak meninggalkan Kebun Raya Bogor. Hari sudah mulai gelap, daripada kami terkurung dalam kegelapan dan gak bisa keluar, kamipun segera melarikan diri. Kemana? Aaah, perjalanan panjang ini menguras semua tenaga kami, menghabiskan semua cadangan energi kami. Dan akhirnya, “yok makan”, kurasa itu ide yang sangat bagus.

           

Medan, 19 Januari 2018, 14:31
Ps :  Mereka yang menemani perjalanan ke Bogor itu telah kembali melanjutkan perjalanannya masing-masing dengan seseorang bernama suami. Aku? Ahh, mungkin saja sebentar lagi. Ya, sungguh sebentar lagi.

Wednesday 17 January 2018

Resensi : Rumah Pelangi


Judul                : Rumah Pelangi
Penulis              : Hj. Samsikin Abu Daldiri
Penerbit             : Arti Bumi Intaran
Halaman            : 337

Ini buku turunannya Laskar Pelangi ya? Begitulah yang terlintas dalam benakku ketika seorang teman menyuguhkan buku ini. Desain covernya yang hampir menyerupai Laskar Pelangi lah yang menjadi alasan kenapa aku berpikir seperti itu. Buku ini terbitan tahun 2008, dan aku baru menemukannya tahun 2018, wah  ternyata aku membutuhkan waktu 10 tahun untuk menemukan kemudian membaca buku ini. Hehe. Buku ini adalah hasil percikan iman seorang teman. Terima kasih telah berbaik hati meminjamkan buku ini. Kata beliau ini adalah salah satu buku terbaiknya. Dan seperti janjiku, aku aka mencoba membuat review dari buku ini.

Aku ingin bahas dari judulnya. Jujur, ketika aku membaca judulnya yang terbayang adalah sebuah kisah tentang keluarga atau sekolah. Aku pikir novel klasik ini akan menceritkan banyak hal tentang tempat, tentang rumah. Ternyata tidak. Tebakanku benar-benar salah. Kisah ini merupakan kisah petualangan. Petulangan sebuah gadis luar biasa ke berbagai tempat. Lalu, dimana letak rumah pelanginya? Akupun tak tahu. Di dalam novel ini aku tak menemukan sesuatu yang disebut ‘rumah’ ataupun ‘pelangi’. Tapi ingat ketika menulis kelas menulis onlinenya Pak Cah, yang penting itu judul, isi mah tergantung penulis wae lah. Mungkin prinsip ini yang kemudian dilakukan oleh penulis.

Rumah Pelangi merupakan kisah nyata penulisnya, mungkin bisa kita sebut dengan autobiographi. Hj. Samsikin adalah tokoh utama ‘aku’ di dalam novel ini. Beliau itu perempuan lho, jadi jangan salah sangka dengan nama beliau. Latar di novel ini hampir semua berada di Kota Yogyakarta, beberapa juga ada di Solo.

Sam, begitulah Hj Samsikin dipanggil merupakan gadis desa yang pindah yang pintar, ceria, supel, ramah, dan sederhana. Ia harus meninggalkan desanya untuk tinggal bersama pak de dan budenya di Kota Yogya demi meneruskan sekolah. Sam anak yang pintar, sopan. Ia menguasai semua pelajaran dengan baik terlebih lagi olaharaga dan musik, bahkan Sam merupakan atlit dan penyanyi di sekolahnya.

Sampai akhirnya Sam bertemu dengan mas Raharjo, lelaki priyayi yang menaruh hati kepadanya. Dalam diamnya mereka berdua saling mencintai. Tetapi takdir berkata lain, mereka tak berjodoh karena Mas Raharjo mendapat kecaman dari abangnya Sam, mas Mul. Merekapun berpisah dengan keberangkatan mas Raharjo ke Jepang untuk melanjutkan sekolah. Sam yang ditinggal akhirnya patah hati, kecewa dan gagal dalam ujian akhir sekolahnya. Sehingga ia bertekad untuk tidak akan jatuh cinta lagi sampai ia benar-benar lulus sekolah

Ketika ia menyiapkan sekolahnya, hadirlah Abu, seorang teman yang aktif di dunia musik, sama dengan dirinya. Awalnya kehadiran Abu sama sekali tidak mengusik hari-harinya, sampai ketika Abu terus memperjuangkannya, ketika Abu dengan rajin datang ke asrama sekolah untuk menemani belajar, ketika Abu yang mendekati keluarganya, ketika Abu berjuang mati-matian meyakinkan Sam bahwa ia amat mencintai Sam, barulah Abu menjadi sesutau yang bermain dalam pikiran Sam.

Begitulah kisah cinta mereka yang penuh warna warni. Harus terpisah karena pengangkatan kerja di tempat berbeda, harus bertengkar hanya karena Abu lupa menjemput Sam di stasiun kereta api, sampai akhirnya mereka menikah. Pernikahan yang juga dipenuhi oleh drama kehidupan. Long distance marriage yang mereka geluti, hidup serba kekurangan ketika di awal pernikahan, Abu yang cemburu berlebihan merupakan bumbu-bumbu pernikahan mereka.

Kisah cinta mereka yang kuat terus bertambah karena kehadiran enam orang buah cinta mereka. Dan kehidupan mereka mulai beranjak bagus ketika Abu menjadi bagian Muhammadiyah dan Sam telah menjadi kepala Sekolah. Indah dan romantis. Sampai akhirnya kisah cinta itu menemukan ujungnya. Ketika Abu dipanggil oleh Tuhannya. Selamanya. Dan dengan perasaan haru Sam mengantarkan jenazah laki-laki yang telah menamaninya selama empat puluh tahun.

Novel romansa. Ya, menurutku ini adalah novel romantis. Novel yang mengisahkan perjalanan cinta dua manusia. Sebenarnya tidak melulu soal romansa yang dibicarakan di novel ini. Rumah Pelangi juga menceritakan tentang peruangan Sam yang mengajar di sekolah terpencil, bagaimana Sam mendidik dan melatih siswanya, bagaimana kedekatan emosional antara Sam dan siswanya. Selain itu juga menceritakan bagaimana peliknya kehidupan di zaman PKI kala itu, bagaimana susahnya mempertahankan ideologi. Tetapi fell untuk kedua bagian ini sama sekali kurang ‘dapat’. Entah karena aku nya yang terlalu baper (hehe) kisah romansa lebih mendominasi novel ini. Mungkin gaya menceritakan tentang pendidikan dan PKI itu kurang menggigit aja.

Rumah Pelangi ini merupakan novel klasik, gaya bahasanya benar-benar memoar banget. Bahkan ada beberapa kata serapan bahasa jawa yang diselipkan dalam percakapan tokohnya. Sam menceritakan perisitiwa dengan sangat runut, bahkan beliau bisa menyebutkan beberapa tanggal penting seperti awal bertemu Abu, kencan di taman. Selain itu gaya bahasanya benar-benar berbeda. Sebagai kids jaman now  yang jarang banget membaca memoar seperti ini, buku ini menjadi sesuatu yang menarik. Pilihan katanya halus sekali, baku sekali, bahkan kadang-kadang terkesan lucu ketika aku membaca part dimana Abu menggoda Sam dengan gaya bahasa yang klasik banget. Hehe. Entah aku yang baper entah gimana, aku merasa bahwa sosok Abu benar-benar lelaki luar biasa. Sam menceritakannya teramat detail betapa Abu mencintainya, betapa Abu mengistimewakannya, Ahh apakah benar-benar ada lelaki seperti itu, pikirkuu.

Kalimat yang paling ‘nyes’ itu ada di bagian cover depan,
“bagi biasanya orang menunggu adalah sesuatu yang amat menyiksa, namun bagiku justru sebaliknya, kujalani penantianku dengan penuh kenikmatan”

Kok ‘nyes’ banget yah?
Ahh, mungkin saja aku sedang menunggu.


Medan, 12  Januari 2018, 21 : 48
Awalnya ingin mengistirahatkan tubuh. Tetapi mata tidak mau bekerja sama, akhirnya laptop ini menyala dan tanganku mulai menari di atas keyboard. Sembari berdoa ada yang mengetuk pintu rumah, dan berkata “Mas pulang”

Thursday 11 January 2018

MELINGKAR (Komunitas Hitam-Putih-Kuning)





Tulisan kali ini agak ilmiah dikit yaa, Hehe. Karena di tulisan kali ini aku akan menjelaskan tentang matematika. What?. Oke, jangan panik, ini hanya matematika kok. Percayalah, ini hanya matematika, eehh.

Lingkaran. Kenal dengan lingkaran? Aah, tentunya sangat mengenal dong. Salah satu bangun datar yang dipelajari dari SD sampai tingkat SMA ini sangat populer. Karena menggambarnya lebih gampang dari bangun yang lain, selain itu lingkaran menjadi bangun yang sering diaplikasikan dalam kehidupan kita. Jam dinding, permukaan kipas angin, piring, permukaan mangkok, kompor, bahkan godok pisang juga menyerupai lingkaran. Heheh. Begitulah, lingkaran merupakan bangun datar yang sangat istimewa.

Berapa sih jumlah sisi pada lingkaran? Nah, kita mulai membahas yang agak menguras otak nih. Hayo, berapa? Kebanyakan orang menjawab lingkaran terdiri dari satu sisi yaitu sisi melengkung tersebut. Hmm, yakin?. Lingkaran bukanlah bangunan yang terdiri dari satu sisi, karena sebuah bangun datar harus dibuat minimal dari tiga sisi, alhasil segitiga merupakan bangun datar yang paling sederhana. Lalu, lingkaran?

Sebenarnya lingkaran merupakan bangun datar yang terdiri dari banyak sisi. Nah lo? Dimana sisi yang banyak itu? Kenapa gak kelihatan? Sekali lagi, itulah uniknya bangunan ini. Karena terlalu banyaknya sisi lingkaran, maka tak terlihat lagi sudut antara sisi, tak terlihat patahan-patahan sisi yang menyusun lengkungan lingkaran itu. Semua sisinya yang banyak itu menyatu sehingga hanya terlihat sebagai satu sisi. Begitulah lingkaran, menarik bukan?

Sekarang, coba perhatikan di sekitarmu. Apakah kau telah temukan lingkaran-lingkaran kecilmu? Tak terlihat kah ? ahh, mungkin saja kau yang tidak menyadarinya. Para muslim pun adalah miniatur sebuah lingkaran.

Di dunia yang Allah rancang ini bahkan di lingkungan kecil kita saja terlalu banyak sisi bukan? Hampir semua kita mempunya sisi yang berbeda. Kita sering menyebut istilah sisi dengan suku, warna kulit, rambut, bentuk wajah, bahasa yang berbeda, cara berjalan bahkan cara berbicara. Terlalu banyak sisi-sisi para muslim. Yang jika kita satukan akan membuat patahan, sudut yang tajam sehingga sangat bisa melukai.

Dan ternyata, ada satu hal yang membuat sisi yang banyak itu bersatu, layaknya sebuah lingkaran. Ada satu hal yang membuat patahan sisi dan sudut itu tak lagi melukai. Ialah keimanan kepada Allah. Rasa ketaqwaan yang hadir dalam setiap jiwa muslim membuat mereka merasakan perasaan yang sama, perasaan yang juga ikut sakit ketika sisi lain tersakiti, perasaan sedih jika sisi yang lain dikecewakan dan tentunya perasaan gembira jika sisi yang lain mendapat nikmat. Begitulah iman kepada Allah, yang benar-benar menyatukan semua sisi berbeda sehingga menjadi satu sisi yang tak lagi ada patahan, tak lagi melukai, tangguh dan kuat. Masha Allah.

Setiap muslim adalah bagian dari sisi itu. Masing-masing kita mempunyai andil untuk membuat lingkaran itu menjadi lebih kuat. Silakan cek kembali iman kita, sudah benarkah peran kita dalam menguatkan lingkaran tersebut?. Jika masih ada rasa tak peduli dengan kondisi saudara sesama muslim, periksa keimananmu. Jika masih kesal dan sakit hati ketika ada sahabat yang memperoleh keberhasilannya, cek lagi. Jika berniat menolong hanya untuk kaum atau suku tertentu, aah perbaiki lagi. Jika masih tutup mata dan telinga terhadap kasus Palestina, imanmu benar-benar harus kau periksa. Jika masih berpikir bahwa masalah Suriah bukan masalah islam tetapi masalah negaranya, kau harus memperbaiki syahadatmu. Perbaikilah, jangan sampai kehadiran kita di lingkaran itu membuat patahan sisinya semakin tajam.

Maka itulah kita banyak belajar dari lingkaran. Dan tidak masalah jika kita menyerupai lingkaran bukan? Jadi, tidak ada salahnya jika kita melingkar. Melingkar adalah membentuk komunitas yang berisi kajian positif, saling menguatkan dan saling membangun kecakapan orang-orang di dalamnya. Melingkarlah dengan orang-orang sholeh, melingkarlah dengan orang-orang yang mengajakmu untuk terus berbuat baik. Melingkarlah dengan orang-orang yang tak henti menyampaikan risalah Illahi. Melingkarlah dengan mereka yang begitu peduli dengan saudaranya, bahkan saudara yang tak dikenalnya sekalipun. Melingkarlah dengan mereka yang mencintai saudaranya bukan karena genetis atau ada keperluan tertentu melainkan karena keimanan kepada Allah. Inilah bentuk cinta dan kasih sayang paling romantis kan?

Melingkarlah, temukan komunitasmu, temukan orang-orang yang akan menjagamu dari aktivitas yang tak seharusnya. Temukan mereka yang akan menguatkanmu ketika lemah, bukankah serigala hanya akan memangsa domba yang berada di luar gerombolannya? Begitulah, syetan juga akan bersiap memangsa jika kita berada di luar lingkaran, gak mau jadi mangsa syetan kan?
Maka melingkarlah !
Melingkarlah bersama kami, komunitas hitam-putih-kuning. Eeeh.

 

Medan, 11 Januari 2018. 14:38 WIB
Sebenarnya ingin menceritakan tentang Palestina, tapi tangan ini tak berdaya mengetikkan kalimat menyayat dari tanah Palestina. Bahkan tulisan ini harus terhenti beberapa saat karena tak terasa air mata ini menetes, entah kenapa di playlist lagu we will not go down terdengar. Ahh..
                                                                       

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...