Saturday 6 October 2018

Tukang Drama




Memiliki saudara kandung yang semuanya perempuan itu adalah sesuatu hal yang menakjubkan. Kebayang dong ya beberapa perempuan yang rentang usianya tidak begitu jauh kalau udah ngumpul? Semuanya deh jadi bahan omongan. Semuanya juga jadi hal-hal yang dipermasalahakan. Waktu satu jam, dua jam bahkan berjam-jam sekalipun tidak akan cukup menampung semua cerita mereka. Aah, dasar perempuan.

Di keluarga besar kami, hanya keluargaku yang paling banyak cantiknya. Gimana enggak coba, aku adalah anak pertama dengan dua adik. Dan kedua adikku itu adalah perempuan. Itu artinya kami adalah tiga bersaudara yang isinya perempuan semua. Halaah. Alhasil papa adalah  the one and only the most handsome one in my family. Hahaha. Sebenarnya aku punya abang. Tetapi beliau meninggal dunia ketika masih kecil. Dan Allah ganti abang dengan dua adik perempuanku yang lucu dan menyebalkan. Hahaha.

Banyak yang bilang memiliki saudara perempuan itu menyenangkan. Katanya semuanya akan baik-baik saja, terkondisi dan teratur. Aah, kalian yakin? Terus juga katanya saudara perempuan itu jarang berantem, saling sabar dan memahami satu sama lain. Eeh, siapa yang bilang nih? Katanya lagi kalau saudara perempuan itu gak pernah diem-dieman. Mereka akan dengan legowo memaafkan kesalahan saudaranya. Aduuh, please deh. Kok pada hoax semua sih yang bilang itu?

Semua hal yang mereka bilang itu sama sekali tidak aku temukan dalam persaudaraan ala perempuan ini. Bahkan bagiku mereka adalah tukang drama terbaik. Persaudaraan yang timbul antara kami layaknya sebuah drama yang drama banget, sesuatu deh pokoknya. Yaaa terkadang  drama itu menjengkelkan banget tapi geli kalau diingat-ingat. Di waktu lain drama itu bisa banget bikin kesal maksimal namun di saat yang sama malah membuat rindu yang teramat sangat.

Nah, drama persaudaraan kami juga gak kalah hebat dari sinetron atau film India lho ya. Sebuah drama yang natural banget, gak dibuat-buat, tapi bikin keseel dan rindu. Lihat saja, kami selalu berebutan mau pakai jilbab warna ini lah, warna itulah. Entahlah, jilbab yang dipakai saudara itu kok kelihatannya selalu lebih cantik, sehingga hasrat untuk merebut itu kuat banget. Hahaha. Belum lagi kalau kami pakai baju senada, huaaa, bakal rebutan jilbab selama beberapa menit tuh. Akhirnya yang berbesar hati akan mengalah dengan mengganti baju agar memakai jilbab dengan warna lain. Drama banget kan ya? Hahaha.

Bukan hanya jilbab, kami juga suka berebut setiap mau pakai motor. Secara, motor di rumah itu cuma satu. Alhasil ya harus berebut setiap mau pakai motor. Masing-masing kamipun berdalih bahwa urusan kami lebih penting dari yang lain sehingga lebih layak dan pantas menggunakan motor kala itu. Halaah. Hingga akhirnya papa dengan bijaksana membuat jadwal kami menggunakan sepeda motor. Lebay kan? Ya iyalah, wong kami drama banget kok. Hahaha.

Belum lagi kalau si adek ngerusak benda kesayangan kakak atau sebaliknya. Waah, bakal perang dingin beberapa hari itu. Gak sapa-sapaan lah, bahkan hijrah kamar tidur juga. Hahaha. Lalu akhirnya mencari sekutu dengan saudara yang lain, bunda atau papa. Tapi percaya deh, perang dingin  ini gak akan berlangsung lama. Soalnya kalau gak ngobrol sehari sama mereka itu kok ya rasanya beda.

Parahnya kalau ada the last one chocolate di atas meja. Semua dari kami merasa bahwa kamilah pemilik cokelat itu. Kebayang dong kan sesengit apa persaingan yang akan terjadi. Hingga bunda dengan kasih sayangnya membagi tiga cokelat itu kepada masing-masing kami. Nyebelin banget sih, karena harusnya bisa dapat porsi yang lebih besar. Hahaha. Bahkan remote tivi pun bukan masalah yang dianggap sepele. Kami harus benar-benar berkuasa dengan remote itu agar bisa menonton televisi dengan damai dan sejahtera.

Ya, penuh drama banget kan? Begitulah kami. Saudara yang isinya perempuan semua. Aku gak tahu dengan orang lain yang saudaranya juga perempuan semua. Mungkin mereka lebih bijaksana ketimbang kami yang benar-benar tukang drama ini. Bahkan, walau sekarang kami udah jauhan satu sama lain. Sekarang sudah sibuk dengan kuliah dan rutinitas masing-masing. Sekarang cuma bisa ketemu pas lebaran Idhul Fitri doang. Namun yaa, tetap aja drama itu terjadi.

Kalau dulu drmanya live, sekarang via media sosial atau alat komunikasi. Halaah. Jadi jangan heran deh kalau ada diantara kami yang tiba-tiba nelepon sambil nangis-nangis, katanya rindu. Aiih. Terus ada yang nge ping banyak-banyak, minta diisiin pulsa. Urgent banget katanya. Ada juga yang sibuk chat di line  karena habis kena marah pak bos. Aah. Drama banget kan ya?

Lebay? Oh tentu saja. Kami adalah tiga saudara yang penuh dengan ke-lebay-an. Kami adalah anak Papa dan Bunda yang paling hobi berdrama setiap harinya. Ya, kata papa, kami bertiga itu tukang drama terbaik. Oh ya?? Jadi kapan kita ikutan casting sinetron bawang merah dan bawang Bombay?  Hahaha.










Payakumbuh, 31 Agustus 2018 09:40 WIB
Ini adalah hasil selfie terbaik kami hari itu ketika Idhul Fitri 2016. Foto dengan formasi ini ya cuma bisa dijumpai ketika Idhul Fitri doang. Hahaha.

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...