Wednesday 17 January 2018

Resensi : Rumah Pelangi


Judul                : Rumah Pelangi
Penulis              : Hj. Samsikin Abu Daldiri
Penerbit             : Arti Bumi Intaran
Halaman            : 337

Ini buku turunannya Laskar Pelangi ya? Begitulah yang terlintas dalam benakku ketika seorang teman menyuguhkan buku ini. Desain covernya yang hampir menyerupai Laskar Pelangi lah yang menjadi alasan kenapa aku berpikir seperti itu. Buku ini terbitan tahun 2008, dan aku baru menemukannya tahun 2018, wah  ternyata aku membutuhkan waktu 10 tahun untuk menemukan kemudian membaca buku ini. Hehe. Buku ini adalah hasil percikan iman seorang teman. Terima kasih telah berbaik hati meminjamkan buku ini. Kata beliau ini adalah salah satu buku terbaiknya. Dan seperti janjiku, aku aka mencoba membuat review dari buku ini.

Aku ingin bahas dari judulnya. Jujur, ketika aku membaca judulnya yang terbayang adalah sebuah kisah tentang keluarga atau sekolah. Aku pikir novel klasik ini akan menceritkan banyak hal tentang tempat, tentang rumah. Ternyata tidak. Tebakanku benar-benar salah. Kisah ini merupakan kisah petualangan. Petulangan sebuah gadis luar biasa ke berbagai tempat. Lalu, dimana letak rumah pelanginya? Akupun tak tahu. Di dalam novel ini aku tak menemukan sesuatu yang disebut ‘rumah’ ataupun ‘pelangi’. Tapi ingat ketika menulis kelas menulis onlinenya Pak Cah, yang penting itu judul, isi mah tergantung penulis wae lah. Mungkin prinsip ini yang kemudian dilakukan oleh penulis.

Rumah Pelangi merupakan kisah nyata penulisnya, mungkin bisa kita sebut dengan autobiographi. Hj. Samsikin adalah tokoh utama ‘aku’ di dalam novel ini. Beliau itu perempuan lho, jadi jangan salah sangka dengan nama beliau. Latar di novel ini hampir semua berada di Kota Yogyakarta, beberapa juga ada di Solo.

Sam, begitulah Hj Samsikin dipanggil merupakan gadis desa yang pindah yang pintar, ceria, supel, ramah, dan sederhana. Ia harus meninggalkan desanya untuk tinggal bersama pak de dan budenya di Kota Yogya demi meneruskan sekolah. Sam anak yang pintar, sopan. Ia menguasai semua pelajaran dengan baik terlebih lagi olaharaga dan musik, bahkan Sam merupakan atlit dan penyanyi di sekolahnya.

Sampai akhirnya Sam bertemu dengan mas Raharjo, lelaki priyayi yang menaruh hati kepadanya. Dalam diamnya mereka berdua saling mencintai. Tetapi takdir berkata lain, mereka tak berjodoh karena Mas Raharjo mendapat kecaman dari abangnya Sam, mas Mul. Merekapun berpisah dengan keberangkatan mas Raharjo ke Jepang untuk melanjutkan sekolah. Sam yang ditinggal akhirnya patah hati, kecewa dan gagal dalam ujian akhir sekolahnya. Sehingga ia bertekad untuk tidak akan jatuh cinta lagi sampai ia benar-benar lulus sekolah

Ketika ia menyiapkan sekolahnya, hadirlah Abu, seorang teman yang aktif di dunia musik, sama dengan dirinya. Awalnya kehadiran Abu sama sekali tidak mengusik hari-harinya, sampai ketika Abu terus memperjuangkannya, ketika Abu dengan rajin datang ke asrama sekolah untuk menemani belajar, ketika Abu yang mendekati keluarganya, ketika Abu berjuang mati-matian meyakinkan Sam bahwa ia amat mencintai Sam, barulah Abu menjadi sesutau yang bermain dalam pikiran Sam.

Begitulah kisah cinta mereka yang penuh warna warni. Harus terpisah karena pengangkatan kerja di tempat berbeda, harus bertengkar hanya karena Abu lupa menjemput Sam di stasiun kereta api, sampai akhirnya mereka menikah. Pernikahan yang juga dipenuhi oleh drama kehidupan. Long distance marriage yang mereka geluti, hidup serba kekurangan ketika di awal pernikahan, Abu yang cemburu berlebihan merupakan bumbu-bumbu pernikahan mereka.

Kisah cinta mereka yang kuat terus bertambah karena kehadiran enam orang buah cinta mereka. Dan kehidupan mereka mulai beranjak bagus ketika Abu menjadi bagian Muhammadiyah dan Sam telah menjadi kepala Sekolah. Indah dan romantis. Sampai akhirnya kisah cinta itu menemukan ujungnya. Ketika Abu dipanggil oleh Tuhannya. Selamanya. Dan dengan perasaan haru Sam mengantarkan jenazah laki-laki yang telah menamaninya selama empat puluh tahun.

Novel romansa. Ya, menurutku ini adalah novel romantis. Novel yang mengisahkan perjalanan cinta dua manusia. Sebenarnya tidak melulu soal romansa yang dibicarakan di novel ini. Rumah Pelangi juga menceritakan tentang peruangan Sam yang mengajar di sekolah terpencil, bagaimana Sam mendidik dan melatih siswanya, bagaimana kedekatan emosional antara Sam dan siswanya. Selain itu juga menceritakan bagaimana peliknya kehidupan di zaman PKI kala itu, bagaimana susahnya mempertahankan ideologi. Tetapi fell untuk kedua bagian ini sama sekali kurang ‘dapat’. Entah karena aku nya yang terlalu baper (hehe) kisah romansa lebih mendominasi novel ini. Mungkin gaya menceritakan tentang pendidikan dan PKI itu kurang menggigit aja.

Rumah Pelangi ini merupakan novel klasik, gaya bahasanya benar-benar memoar banget. Bahkan ada beberapa kata serapan bahasa jawa yang diselipkan dalam percakapan tokohnya. Sam menceritakan perisitiwa dengan sangat runut, bahkan beliau bisa menyebutkan beberapa tanggal penting seperti awal bertemu Abu, kencan di taman. Selain itu gaya bahasanya benar-benar berbeda. Sebagai kids jaman now  yang jarang banget membaca memoar seperti ini, buku ini menjadi sesuatu yang menarik. Pilihan katanya halus sekali, baku sekali, bahkan kadang-kadang terkesan lucu ketika aku membaca part dimana Abu menggoda Sam dengan gaya bahasa yang klasik banget. Hehe. Entah aku yang baper entah gimana, aku merasa bahwa sosok Abu benar-benar lelaki luar biasa. Sam menceritakannya teramat detail betapa Abu mencintainya, betapa Abu mengistimewakannya, Ahh apakah benar-benar ada lelaki seperti itu, pikirkuu.

Kalimat yang paling ‘nyes’ itu ada di bagian cover depan,
“bagi biasanya orang menunggu adalah sesuatu yang amat menyiksa, namun bagiku justru sebaliknya, kujalani penantianku dengan penuh kenikmatan”

Kok ‘nyes’ banget yah?
Ahh, mungkin saja aku sedang menunggu.


Medan, 12  Januari 2018, 21 : 48
Awalnya ingin mengistirahatkan tubuh. Tetapi mata tidak mau bekerja sama, akhirnya laptop ini menyala dan tanganku mulai menari di atas keyboard. Sembari berdoa ada yang mengetuk pintu rumah, dan berkata “Mas pulang”

No comments:

Post a Comment

KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...