Sebuah ungkapan Albert Einstein
"Cukuplah disebut sebagai ORANG GILA, seseorang yang mengulang-ulang cara yang sama dan berharap mendapatkan hasil yang berbeda"
Oke, mari kita membahas ucapan seseorang yang katanya jenius ini. Biasanya orang pintar itu kata-katanya bermakna. Jadi ada ribuan makna yang bisa kita bahas ketika orang pintar itu mengucapkan sebuah pernyataan.
Untuk memudahkan, mari kita memulai dengan sebuah cerita. Saya rasa melalui analogi sederhana, kita akan memahami maksud dan tujuan Albert Einstein mengeluarkan pernyataan tersebut.
Misalnya begini :
Seorang siswa yang tidak mengerti rumus matematika, guru tetap menjejalinya dengan kalimat abstrak tanpa mencoba menyederhanakan kalimat yang rumit itu. Bagaimana menurut kamu? Ada yang salah dengan kasus guru tersebut?
Lanjut kita ke kasus berikutnya :
Seorang karyawan yang tidak paham dengan instruksi, sementara boss tetap meneriakinya dengan kalimat yang sama berulang-ulang tanpa mencoba menggunakan kalimat baru. Nah, ini boss nya gak kalah bikin greget karyawannya kan? Ingin rasa berteriak di telinga boss, mau elu apa sih boss? Hehehe
Ada lagi sebuah cerita :
Seorang pria yang selalu gagal meluluhkan hati kekasihnya dengan cara menggoda via media sosial, tetap melakukan hal yang sama tanpa berusaha untuk datang ke rumah dan langsung melamar si pujaan hati. Nah, sungguh pria yang tanpa kejelasan bukan? Saya rasa tidak ada wanita yang ingin diperlakukan seperti itu.
Kita liat dari beberapa kasus yang telah dijabarkan sebelumnya. Ada hal yang dapat kita ambil persamaannya? Salah satu hal positif yang bisa kita ambil dari kisah di atas adalah tentang ketekunan (persisten). Dari beberapa kisah di atas, terlihat betapa manusia itu cenderung persisten di dalam hidupnya. Lihat saja, guru yang tekun mengajari siswanya dengan old method nya. Begitu juga dengan boss yang gak kalah tekun meneriaki karyawan dengan kalimat yang sama. Termasuk pria yang terus menggoda perempuannya melalui media sosial. Ya, mereka begitu tekun.
Bahkan saking tekunnya manusia-manusia itu, ketika ia belum berhasil, ia cenderung mengulangi cara yang sama, lebih lama bahkan lebih sering. Mereka berharap dengan pengulangan ini, ia akan mendapat hasil yang berbeda. Terkesan lucu ya? Dengan cara yang sama dilakukan secara persisten, mereka berharap hasil yang berbeda. Ahh, sungguh ini merupakan ketekunan yang begitu bodoh.
Bagaimana guru bisa berharap siswanya paham dengan matematika jika ia hanya mengulang-ngulang kalimat rumit aljabar itu? Bagaimana seorang boss berharap karyawannya paham dengan instruksi jika ia tak berusaha menyederhanakan instruksi agar lebih dipahami karyawannya? Bagaimana seorang pemuda berharap seorang perempuan mau menikah dengannya jika ia hanya sibuk menghubungi media sosial tanpa eksekusi yang lebih pasti. Mereka tekun, sayangnya bodoh. Benar begitu kan?
Mungkin kita harusnya berpikir, ketika suatu cara belum membuahkan hasil, maka sudah saatnya kita mencoba cara lain. Ya, mungkin perlu refleksi terlebih dahulu, apakah cara ini efektif atau tidak? Apakah kekurangan dari cara ini sehingga iatetap gagal walau dicoba berulang kali?
Satu hal yang perlu dipercaya bahwa ketika satu cara tidak berhasil, maka cara berbeda tentu akan memiliki peluang lebih besar daripada cara yang telah kita lakukan. Beda cara tentunya beda hasil dong, walau hanya sedikit, tetapi tetap berbeda. Nah, yang jadi masalah itu adalah kenapa kita begitu konsisten dengan cara-cara yang tak kunjung membuahkan hasil?
Para guru kekeuh dengan metode mengajar yang dilakukan karena menurutnya ia nyaman. Para boss tetap marah kepada karyawan karena ia merasa nyaman. Para orang tua sibuk memarahi anaknya karena ia merasa cocok dengan tindakan itu. Nyaman. Itulah alasan kita untuk tetap melakukannya. Kita merasa nyaman dengan apa yang tengah kita lakukan.
Kita takut mencoba hal baru, malas merepotkan diri dengan ilmu baru atau tidak mau bertemu sesuatu yang baru. Zona nyaman begitu mengikat pola pikir dan mental kita. Sehingga kita benar-benar takut keluar darinya dan terjadilah ketekunan yang bodoh ini, lagi dan lagi.
Move on Dude!
Berhentilah dengan pikiran jaman old kita. Keluar dari zona nyaman yang kita banggakan. Mungkin diawal agak berbeda, karena kau tengah memberikan rasa baru dalam hidupmu. Wajar. Nikmati perubahan itu, dan lihatlah keajaiban akan terjadi ketika kau memutuskan keluar dari zona nyaman yang begitu mengekangmu.
Berikan ruang untuk hal-hal baru dan lihatlah, kita akan mendapatkan hasil yang jauh lebih baik. Berani mencoba? Ahh, harusnya yok coba !!
Medan, 24 Juni 2022, 22:10 WIB