Sunday 28 June 2020

Kisah Mimpi Yang Tak Sampai


Sumber : http://danielmarihot1996.blogspot.com/2017/04/mimpi-dan-harapan.html

Setiap orang tentu memiliki sebuah harapan yang besar. Kamu juga kan? Ya, seremeh apapun itu di mata orang lain tetap saja itu sebuah harapan besar dalam hidup kita. Ibaratkan sebuah mimpi yang sangat tinggi. Walaupun pendek di mata orang lain namun tetap tinggi menjulang di pikiran kita.

Harapan dan mimpi itu bukan sekadar hiasan dalam pikiran belaka. Kita dengan sekuat tenaga berusaha mendapatkannya. Kita mendayagunakan seluruh tenaga, memaksimalkan segala rupa bentuk ikhtiar agar bisa mencapainya. Hal ini dilakukan agar harapan itu menjadi sebuah kenyataan. Agar mimpi yang hanya bermain di dalam pikiran bisa keluar menampakkan wujud aslinya.

Namun sayangnya, kita gagal. Ya, ternyata Allah memilihkan jalan kegagalan atas paripurnanya usaha maksimal kita. Kita gagal mendapatkan harapan besar dan impian tinggi tersebut. Sedih? Sudah tentu, tak usah ditanya lagi. Menangis? Jelas. Entah sudah berapa liter air mata keluar dari mata ini. Kecewa? Tentu saja. Bahkan hati mulai menyangsikan ke-Maha Besar-an  Allah. Diri mulai bertanya-tanya, “Allah itu kok gak adil ya?”

Merasa sedih dan kecewa itu wajar kok. Kita kan manusia, jadi sangat wajar merasakannya. Hanya saja cukupkan perasaan itu sebatas sedih dan kecewa saja. Jangan ditambah-tambah dengan mengutuki diri sendiri, terlebih lagi menyalahkan keadaan atau menyalahkan takdir Illahi. Hingga kita berkoar-koar ke lagit meneriakkan betapa tidak adilnya Sang Illahi. Astaghfirullah.

Coba tarik napas perlahan. Berpikirlah dengan jernih. Jika kita melakukan itu semua, apakah takdir akan berubah? Ahh, tentu saja tidak bukan. Lalu apa yang bisa kita dapatkan setelah mencerca diri sendiri atau mencerca akan sifat Allah? Semua itu hanya membuang tenaga dan menguras emosi.

Kita mungkin lupa, ada sebuah fase penting dalam perjalanan ikhtiar kita. Tawakkal. Ini harusnya kita lakukan setelah memaksimalkan ikhtiar kita. Seharusnya manusia memasuki fase ini. Fase dimana seorang manusia mempercayakan skenario terbaik kehidupan kepada Robb Nya. Fase dimana manusia dituntut ikhlas menerima segala bentuk takdir dalam kehidupannya. Fase dimana sabar dan syukur itu sangat diuji.

Maka, untuk hati yang tengah terluka oleh mimpi yang kandas, cobalah untuk bertawakkal. Terkadang yang menurut kita baik, belum tentu sepenuhnya baik di mata Allah. Bukankah Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk hamba Nya? Lalu alasan apalagi yang bisa kita kemukakan ketika takdir Allah tak sejalan dengan harapan kita?

Cukuup percayakan saja kepada Allah. Biarlah Allah yang mengatur kehidupan kita. Tugas dan tanggung jawab kita hanya berikhtiar maksimal. Namun, hasil akhir itu hal mutlak Allah. Tak perlu lah kita sibuk mengurusi akhir dari ikhtiar.

Sekarang, usap air matamu. Percayalah, yang sedang kau alami saat ini bukan akhir dari segalanya. Sejenak coba lupakan dulu mimpimu, nikmati segelas kopi hangat atau nontolah beberapa episode drama korea di laptopmu. Insya Allah kau akan menjadi lebih baik lagi dan kembali bersiap mewujudkan segala harapan dan mimpi yang tertunda.

 

 

Medan, 25  Juni 2020, 22 : 03 WIB

Wednesday 24 June 2020

Buku; Benda Sakralku




Di setiap frasanya ada rasa
Di setiap paragrafnya ada makna
Di setiap halamannya ada cerita
Dan di setiap sampulnya aka nada tanda tanya

Aku begitu menyukai benda satu ini. Bukan menyukai, tapi sangat suka dan jatuh cinta dengan benda ini. Setiap cerita yang terurai di dalamnya kadang membuat air mata menetes perlahan. Terkadang romansa yang dihadirkan membuat senyumku terlukis. Begitu juga setiap gejolak emosi jiwaku, meronta-ronta di setiap bait kalimatnya.

Ialah, benda sakralku, buku.

Bagiku buku adalah benda sakral. Benda yang benar-benar addictive banget. Bayangkan saja, aku rela gak makan siang demi membeli buku A. Aku juga rela mengikuti berbagai job ini itu demi mencukupkan bilangan agar bisa membeli buku karangan si B. Pokoknya apapun akan kulakukan demi mendapatkanmu, cie elah. Dan selanjutnya aku pun rela begadang demi segera menuntaskan bacaanku.

Buku, memang benar-benar mampu mengalihkan duniaku. Menghancurkan banteng pertahananku. Tapi tidak masalah, aku bahkan sangat menikmatinya.

By the way,  kamu tahu godaan terberat dalam hidupku?
1.      Buku
2.      Online shop
3.      Kamu
Iya kamu !!


Medan, 24  Juni 2020, 22 : 06 WIB

Tuesday 23 June 2020

Dulu dan Sekarang




Foto yang diatas sekitar tahun 1995. Sedangkan foto yang dibawah tahun 2017. Artinya 22 tahun telah berlalu. Namun semuanya hampir tidak ada yang berubah. Lemari hias itu tetap kokoh berada disitu. Tidak bergeser satu inci pun. Begitu juga dengan piring dan cangkir unik yang masih tersusun rapi di dalam lemari. Mungkin hanya sedikit berdebu, karena tidak ada lagi nenek yang sigap membersihkan barang-barang koleksinya. Alfatihah untuk nenek tercinta.

Lalu, apa yang membedakan antara dulu dan sekarang? Tidak adakah yang berubah dalam waktu 22 tahun tersebut?

Kita yang berubah.
Kita yang terus tumbuh besar, kuat, bijak dan dewasa.

Dulu hanya memikirikan bagaimana membujuk papa untuk membelikan mainan baru. Atau sekadar memusingkan apa ya cemilan yang akan dibelikan bunda setiap pulang belanja. Namun sekarang semua sudah berubah. Tidak lagi memikirkan hal kecil. Bahkan sudah terlalu banyak yang dipikirkan. Memikirkan deadline pekerjaan yang tak kunjung habis atau bahkan kegelisahan hati yang kala itu kapten tak kunjung datan. Eh

Tapi, bukankah perubahan itu sebuah keniscayaan? Bukankah kehidupan ini hanya diisi oleh perubahan dan perubahan? Karena memang tidak ada yang tetap dan abadi di dunia ini selain perubahan itu sendiri.

Maka teruslah berubah!
Berubah dari ghibah menjadi zikir.
Berubah dari riba menjadi sedekah
Berubah dari nongkrong menjadi tafakur di masjid
Teruslah berubah ke arah yang lebih baik.

Semoga kamu yang disana terus memperbaiki diri ya!!


Medan, 18  Juni 2020, 22 : 26 WIB

Thursday 18 June 2020

Kelihatannya Saja




Ini nih geng yang luar biasa. Beneran deh gak nyangka bisa lengket gitu sama mereka. Hihihi. Kalau enggak salah aku mulai menemukan mereka (eh, gini amat sih bahasanya) sekitar tahun 2015 deh. Waktu itu bulan Ramadhan, aku ingat banget deh. Pas puasa terik terik gitu aku akhirnya diterima ngajar di lembaga privat primagama. Langsung deh cuss ngajar.

Awalnya gak deket. Apalagi untuk introvert seperti aku. Butuh waktu ekstra ekstra banget buat bangun chemistry dengan orang baru. Jadi ya, dulu jaim banget. Datang ke kantor, duduk atau baca buku di ruang tunggu, cuss ngajar habis itu pulang. Gak mau ngobrol barengan mereka. Bahkan ditawari gorengan aku menolak. Hahahaha.

Tapi jangan ditanya setelah itu. Aku jadi orang paling heboh se primagama. Suka berlama-lama di kantor, ngobrol ngalor ngidul, beli cemilan trus makan bareng-bareng. Pokoknya berbeda seratus delapan puluh derajat lah.

Tentu saja foto ini tidak menampakkan watak asli kami kan? Hehehe. Kalau difoto ya kelihatan kalem, kelihatan smart, kelihatan wibawa, kelihatan ramah, kelihatan baik hati, kelihatan keren, pokoknya kelihatan aja deh.

Namun aslinya? Ya jangan ditanya deh. Hehehe. But anyway, mereka semua di foto itu kecuali aku memang smart lho. Secaraaaa, lembaga primagama hanya berurusan dengan tentor yang smart (eh, eh eh). Kalau aku masih anak bawang lah, masih belajar-belajar nih. Mereka juga  keren, wibawa dan baik hati. Mereka itu adalah tentor-tentor favorit di primagama. Aku acungi jempol deh buat mereka.

Bersama mereka itu kayak moodbooster  aku lah. Kalau lagi suntuk, kesel, marah, nongkrong aja di kantor primagama. Dijamin deh semua perasaan gak jelas itu lenyap seketika. Jadi bersama mereka itu ngalah ngalahin nongkrong di cafĂ©, belanja di mall deh, Hahaha.

Bahkan waktu berjalan begitu cepat kalau barengan mereka. Heran deh. Kayak foto ini nih, hampir 5 jam barengan mereka dan isinya ketawaaaa semua. Aku benar-benar relaks banget deh. Ada ada saja hal lucu dan aneh yang kita lakukan.

Salah satunya prosesi foto. Jangan bayangkan foto ini satu-satunya foto kami. Tidaaaaaak fergusso. Kami berhasil mengabadikan 144  jepretan lho. Namun dari sekian banyak itu hanya satu ini yang “lumayan”. Kurang keren apa kami coba. Hahaha.

Dan malam ini kok tiba-tiba merindukan mereka ya? Ingin jumpa lagi, ketawa bareng lagi, bully bareng lagi. Nah kan makin rindu. Jadi gaess, kapan nih kita bisa ketemu?


Medan, 15  Juni 2020, 22 : 23 WIB

Monday 15 June 2020

Powerfull Communication





Haloooo
Haiii
Kali ini aku mau  share tentang ilmu baru nih. Iya, aku baru dapat ilmu baru, jadi tangan ini gatel banget untuk mengabadikan ilmu itu di blog. Kali aja ada yang butuh kan, alhmadulillah aku kecipratan pahalan kan. Hehehehe. Jika bagi kalian ini bentuk ke-alay-an ku, baiklah aku minta maaf atas hal itu.

Ini tentang cara berkomunikasi.
Eh, sebenarnya penting gak sih membahas komunikasi semacam ini?
Menurutku sih ini sangat penting.

Komunikasi menjadi hal penting dalam komunikasi kita, contohnya dalam bekerja, bersosial bahkan berorganisasi. Seorang karyawan akan keliru mengerjakan tugas jika bosnya tidak mampu berkomunikasi dengan baik perihal tugas yang diberikan. Seorang tetangga akan suudzon dengan tetangganya jika ia mendengar sebuah informasi yang disampaikan dengan gaya komunikasi yang salah. Terlebih lagi seorang pemimpin takkan mampu “mengambil” hati rakyat jika dalam berkomunikasi ia masih banyak kurangnya.

Lihat ternyata berkomunikasi itu sangat penting sekali. Sayangnya, tidak semua orang mampu berkomunikasi dengan baik. Tidak semua orang memiliki gaya komunikasi yang supel, enak didengar dan menyenangkan. Makanya butuh tips dan trik agar mampu memiliki komunikasi yang bagus. Nah, kali ini aku berbagi mengenai jurus yang ampuh dalam membangun sebuah komunikasi dengan baik. Mari kita menyebut dengan istilah powerfull communication

Setidaknya ada 3 komponen dalam komunikasi yang memegang peranan sangat penting. Sudah tahukah? Oke baiklah, akan aku coba jelaskan.

Komponen pertama adalah words (7%).
Words maksudnya adalah pilihan kata yang digunakan dalam berkomunikasi. Words memilik andil 7% dalam membangun sebuah komunikasi yang powerfull. Intinya pilihlah kata dan gaya bahasa yang sesuai dan mampu dicerna oleh lawan bicara. Nah, misalnya nih jangan bicara politik di depan anak SMA atau berbicara tentang ibuprofen pada tukang becak. Duh duh duh..ora ngertos euy. Seperti yang aku jelaskan sebelumnya, kita harus menggunakan bahasa yang sederhana dan menyesuaikan dengan lawan bicara.

Komponen kedua adalah tone (13%)
Tone maksudnya disini adalah intonasi, nada atau gaya bicara. Bangunlah komunikasi yang bagus melalui gaya bicara yang tidak terlalu cepat atau lambat. Berikan penekanan pada hal-hal yang dirasa penting. Tahu lagu kan? Nah, kenapa sih lagu lebih cepat dihapal dan lebih mudah dipahami? Ya, itu semua karena lagu menggunakan nada dan intonasi. Namun sayangnya tone hanya berpengaruh 13% saja.

Duh, pasti penasaran ini. Kira-kira apa sih yang sebenarnya paling berpengaruh terhadp komunikasi yang bagus.

Dan inilah dia, komponen ketiga yaitu motion (80%)
Apa itu motion? Motion itu adalah body language, gesture, ekspression. Bahasa lainnya adalah ekspresi kita, mimik wajah kita saat berbicara. Dan ternyata faktor inilah yang berpengaruh paling besar terhadap kualitas komunikasi. Ahh, lihat saja tuh, banyak pelawak yang “garing” karena ekspresi wajahnya yang gak pas. Hehehehe

Walaupun motion memiliki porsi yang besar, tetap saja ketiga unsur dari komunikasi harusnya seimbang agar menghadirkan komunikasi yang berkualitas. Jadi jika seseorang bisa mengeksekusi ketiga jurus ini dengan baik, bersiaplah ia akan didemgarkan oleh lawan bicaranya.


Medan, 14  Juni 2020, 22 : 07 WIB

Sunday 14 June 2020

Ibu Rumah Tangga




Tulisan ini aku persembahkan untuk sosok yang luar biasa. Sosok yang sejujurnya aku sendiri tak sanggup melakoninya. Sosok yang kadang abai di tengah masyarakat. Sosok yang sering dipandang sebelah mata, dianggap lemah dan tak berdaya.

Ya, ini untuk kamu semua, yang tengah bersedih karena karier yang ternyata tidak melejit seperti yang lain. Terkadang ada sebaris duka dalam hati, untuk apa aku sekolah tinggi, untuk apa aku harus belajar rajin, toh ternyata aku tak bisa menggunakannya dalam pencapaian karierku. Ada penyesalan kenapa hidup harus stagnan saja. Kenapa tidak seperti yang lain yang sudah luar biasa, yang sudah hebat dan terpandang.

Ya, ini untuk kamu yang pencapaian kesuksesannya tidak secepat temanmu yang lainnya. Ada segumpal cemburu di dalam dada, kenapa mereka bisa sementara aku tidak. Diri telah berusaha, namun ternyata amanah diluar dugaan, begitu menyita waktu dan perhatian. Bahkan jam istirahat sengaja dipangkas habis agar bisa berusaha meningkatkan kemampuan diri menyeimbangi mereka. Namun ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Ya, ini untuk kamu yang terpaksa tertatih berjuang dalam mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Ya, walau kau tahu sejatinya itu bukan tanggung jawabmu. Namun kau berbesar hati untuk melakukannya. Demi menopang kebutuhan hidup yang terus meningkat membabi buta. Kau rela bangun pagi meninggalkan rumah dan keluarga. Lalu pulang di kala senja menyapa. Dan dengan sisa tenaga dan semangat yang di ada-adakan, kau kembali mengurus pekerjaan rumah yang ternyata tiada habisnya.

Untuk kamu, tetaplah semangat. Teruslah melangkah!

Tetaplah berjung dan teruslah bertahan pada jalan yang tengah kau jalani. Jangan sesekali berpikir bahwa kau sedang salah jalan. Tidaaaak, sesungguhnya ini adalah jalan terbaik yang Allah gariskan dalam hidupmu.

Yang kau butuhkan hanya terus mensugesti dirimu bahwa jalan ini adalah sesuatu yang terbaik untuk kehidupanmu. Jalan yang tengah kau tempuh ini adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidupmu.

Yang kau perlukan adalah keyakinan. Yakin bahwa hal ini adalah hal terbaik untuk memberikan yang terbaik bagi anak dan suami. Yakin bahwa dirimu telah berusaha semaksimal mungkin memainkan peran dan baktimu.

Percayalah, keyakinan dan sugesti yang terus kau timbun sangat ampuh dalam mengelola hati, emosi dan jiwa. Kau akan merasa bahagia dan sempurna. Sehingga kau akan selalu memberikan persembahan paripurna kepada anak dan suami.

Sekali lagi, tenang saja. Kau tidak akan ditanyai perihal pekerjaan dan kariermu, apalagi pendidikan tinggi yang telah kau jalani. Karena pertanggungjawaban mu yang paling utama adalah menjadi seorang istri dan ibu. Jadi, fokus saja pada dua hal itu.

Ya, sekali lagi tulisan ini aku persembahkan untuk sosok perempuan hebat. Sosok perempuan yang mengabdikan dirinya dalam rumah tangga. Kalian tahu bukan? Ya, ialah mereka ibu rumah tangga.
Teruslah bahagia wahai ibu rumah tangga dimanapun kalian berada. Jika memang kondisi hidup yang begitu pelik dan memayahkan, percayalah kalian tidak sendiri. Ada ribuan ibu rumah tangga di dunia yang ada dan siap berbagi cerita. Aku misalnya, yuk berbagi cerita tentang ibu rumah tangga!




Medan, 12 Juni 2020, 15 : 00 WIB


Friday 12 June 2020

Menulis; Caraku Berbicara


Bagiku, menulis adalah salah satu caraku untuk berbicara. Sebagai seorang introvert sejati, tentu bukan hal yang mudah bagiku untuk berdiri di tengah keramaian atau sekadar memgungkapkan segala emosi jiwaku. Ya, jiwa introvert memang dominan dalam diriku. Aku bahkan lebih memilih memendam segala duka, menutup rapat segala derita. Atau setidaknya akan kubagi duka dan derita itu dalam untaian kata.

Aku tidak berharap orang-orang yang membaca tulisanku sadar akan duka yang kurasa. Aku tidak berharap dikasihani oleh mereka. Aku hanya menumpahkan segala sesak di dada. Ya, setidaknya setelah mengungkapkan lewat kata, ada sedikit bahagia. Bahkan semakin banyak aku mengungkap kata, maka semakin kering luka itu dan bahagia pun bermunculan. Luar biasa bukan?

Apakah itu artinya aku sedang memberitahu kepada banyak orang bahwa hati ini tengah terluka? Oh, tentu saja tidak Fergusso. Tulisanku tidak segamblang itu. Aku menulis dalam bahasa tersirat, aku takkan blak blakan mengungkap segala duka, ya kecuali dalam buku diary ku. Jadi, jika mereka menyimpulkan aku sedang bersedih setelah membaca tulisanku, hmm biarlah itu menjadi bonus dan hadiah buat mereka yang akhirnya tahu privasi dalam kehidupanku.

Makanya, menulis bagiku adalah sebuah obat. Untuk segala duka, bahagia atau nestapa yang aku rasakan. Melalui tulisan aku berhasil mengubah kumbang yang berterbangan terus dalam kepalaku menjadi bait-bait kata yang lebih bermakna. Melalui tulisan aku berharap ada orang yang ikut bahagia atas bahagianya diriku. Ada orang yang lebih semangat dan bersyukur atas nestapanya diriku.

Melalui tulisan jualah aku bisa dengan lantang menyuarakan segala kehendak hatiku. Hal yang tentu saja susah dilakukan oleh seorang introvert. Lidahku akan tiba-tiba kelu ketika ingin berpendapat di depan umum. Makanya menulis adalah jalan lain bagi diriku untuk tetap berkontribusi. Ya, setidaknya aku mencoba untuk menjadi orang yang lebih bermakna lewat unggahan tulisan-tulisanku.

Melalui tulisan, aku juga berhak menghidupkan seseorang di sana. Ya, walau aku bukan Tuhan, setidaknya sosok itu hadir dan hidup nyata dalam tulisan-tulisanku. Dirimu contohnya. Walau tak pernah bertemu atau bertatap muka, tapi aku berhasil membuatmu hidup dalam bait-bait kata itu. Lihat saja aku berhasil membuat diriku merasa bahwa kau benar-benar ada, kau nyata. Bahkan setiap untaian kalimat itu aku benar-benar merasa sedang berbicara denganmu.

Itulah mengapa aku masih menulis dan masih akan terus menulis. Ya, agar aku terus berbicara dengan dunia. Atau setidaknya dunia seolah mendengarkanku lewat tulisan sederhana ini. Aku akan terus menulis agar bisa menyuarakan kebaikan yang mampu aku lakukan. Atau setidaknya menyuarakan kebaikan yang harusnya dunia lakukan. Dan aku juga akan tetap menulis setidaknya sekadar untuk menyapamu dari kejauhan.



Medan, 12 Juni 2020, 14 : 44 WIB

Thursday 11 June 2020

Usaha VS Hasil

 

 

“Kak, aku udah usaha maksimal nih. Tapi kok hasilnya gak sesuai dengan usahaku ya?”

“Katanya hasil tidak mengkhianati proses, tapi kok aku merasa dikhianati ya?”

 

Apakah kalian pernah mengalaminya?

Ahh, aku yakin tentu saja. Hampir semua orang pernah merasakan hal semacam ini. Semua orang pernah memiliki perasaan bahwa hasil tengah mengkhinati proses yang dilakukannya.

 

Lalu, apa yang kalian lakukan?

Kecewa? Sedih? Menyerah? Marah?

Ahh, kurasa perasaan ini sangat wajar sekali hadir di dalam hati. Bagaimana tidak, usaha yang telah dilakukan secara maksimal tentu saja diharapkan membuahkan hasil yang sesuai harapan. Namun, pada kenyataan malah berbeda.

 

Jika kamu sedih kemudian menangis maka itu hal yang manusiawi banget. Namun, jika kamu memilih menyerah, aah kurasa itu bukan pilihan yang tepat. Percayalah, sepelik apapun kondisi saat ini jangan sampai menyerah menjadi pilihan. Menyerah bukanlah langkah yang tepat.

 

Menangislah jika itu memang membuatmu merasa lebih baik. Mengeluhlah jika dengan itu uneg-uneg dan segala kecewa hatimu bisa melebur. Tapi sekali lagi, jangan menyerah. Jika kamu memilih untuk mengibarkan bendera putih, itu artinya kamu memilih kalah. Dan sebanyak apapun orang menyemangatimu tidak akan berpengaruh apapun. Makanya jangan menyerah.

 

Mari ber positive thinking aja. Jika sampai saat ini Allah masih menangguhkan segala harapanmu padahal usaha kamu udah mati-matian banget, keep positive  saja. Mungkin saja Allah belum ridho untuk mengabulkan harapan itu. Atau bisa jadi Allah sedang menyiapkan hadiah yang lebih besar lagi. Jangan-jangan Allah juga sedang menunggu waktu yang tepat untuk memberikan hadiah itu kepada kamu. Bisa saja sebentar lagi kan?

 

Ingat ya!

Tugas manusia itu hanya berusaha maksimal.

Urusan hasil itu hak perogeratif nya Allah. Gak usah risau, gak usah cemas perihal hasil dari usahamu. Kamu pasti akan mendapatkan apa-apa yang telah kamu usahakan. Percaya aja deh sama Allah.

 

 

 

 

Medan, 11 Juni 2020, 22: 10 WIB

 

 

 


KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...