Monday 10 June 2019

Partner Kerja

Bukber with TIF Pagi B at Marelan, North Sumatera


Siapa mereka?
Teman satu SMA? Teman kuliah? Atau teman kerja?
Bukan. Sama sekali bukan. Mereka adalah mahasiswaku. Ahh, jika kalian hendak mengatakan bahwa wajah kami yang hampir seumuran, oh please jangan lakukan ya ! Aku sudah terlalu sering mendapat pujian seperti itu, hehehe.

Ya, mereka adalah mahasiswaku. Mereka adalah orang-orang yang dengan sukarela dan terpaksa memasang kedua telinga mendengarkan penjelasan materiku di depan kelas. Mereka juga yang berbesar hati mengerjakan tugas yang aku berikan dalam jumlah yang tiada tara. Mereka juga yang berlapang dada ketika aku tiba-tiba memberitahukan keberhalanganku hadir secara mendadak (maafkeun ya guys). Dan mereka juga lah yang duduk diam mendengar semua ungkapan kekesalan ketika aku lagi bĂȘte tingkat dewa. Hahaha.

Tapi buatku mereka bukan hanya sekadar mahasiswa belaka. Bukan hanya orang-orang yang aku ajari ilmu matematika setiap seminggu sekali. Mereka juga bukan hanya orang-orang yang nasibnya berada pada ujung pena nilai yang akan aku berikan. Mereka juga buka hanya orang-orang yang dengan sesuka hatiku bisa aku lakukan segala hal, entah memarahi, entah menyuruh ini itu.

Bagiku, mereka adalah pelukis senyumku saat sederetan dedline kampus berseliweran di kepala. Percaya lah, tingkah konyol mereka, candaan remeh mereka adalah hiburan terbaik yang pernah ada. Kadang aku begitu kesal karena suatu masalah, tetapi ketika memasuki kelas mereka, mulai mendistribusikan ilmu kepada mereka, kok ya rasa kesal, marah dan sedih itu berkurang ya? Seolah bersama mereka adalah anastesi terbaik ketika sakit ini mulai terasa. Saking luar biasanya mereka, bahkan mereka mampu mengganti lukaku dengan bahagia, atau menghadirkan senyum di tengah badai yang melanda.

Mereka juga adalah wayang terbaik dalam opera yang dimainkan. Mereka siap bertingkah konyol, melemparkan guyonan terbaik, candaan berkelas ketika suasana di kelas mulai gerah dan panas. Mereka bahkan tahu kalau suasana hatiku sedang tidak bersahabat. Lalu mereka akan berupaya menghancurkan gunung kegelisahan itu dengan berbagai cara. Sehingga tanpa aku sadari gunung itu telah meleleh, Masha Allah.

Itulah mengapa, bagiku mereka bukan hanya sekadar mahasiswa. Bagiku mereka adalah partner kerja. Ya. Mereka yang membersamai hari-hariku di kampus. Mereka yang aku jumpai di lorong-lorong kampus. Bukankah itu definsi lain dari partner kerja kan?

Dan foto ini juga berhasil menjadikan aku sebagai partner kerja terbaiknya. Lihat saja, mereka berhasil menculikku hari ini. Membuat sebuah janji buka bersama yang telah direncanakan dengan baik. Dan entah kenapa aku dengan sigap mengiyakan undangan buka bersama dari mereka. Tanpa aku peduli dimana tempat buka bersama itu diadakan, entah bagaimana caranya agar aku sampai di tempat itu atau siapa yang akan mengantarku pulang di tengah malam setelah acara itu? Aku sama sekali tidak memusingkan hal itu.

Dan benar sajalah. Ternyata partner kerja terbaik ini telah mempersiapkan itu semua. Dengan mengutus salah seorang dari mereka yang siap mengantar dan menjemputku. Oh Liza, thank you so much. Kalau gak ada Liza, gak tahu nih nasib perjalanan pulang pergi ku ke tempat itu.

Perjalanan dengan Liza benar-benar luar biasa. Kami tuh mendadak banget berangkat ke tempat bukbernya. Karena Liza yang juga harus mempersiapkan buka puasa di rumahnya, belum lagi dia yang tersesat menemuka kos kosan kecilku. Hehehe. Alhasil kami baru berangkat sekitar 20 menit menjelang waktu berbuka tiba. Oh my god. Padahal perjalanan ke tempat bukber itu hampir 45 menit lho. Belum lagi macet karena sore begini adalah jam pulang kantor semua orang.

Tapi tenaaang, kami tidak harus berkecil hati atau patah semangat. Setelah berhasil mendaki gunung dan melewati lembah, saling berebutan jalan dengan kendaraan lain, dan terpaksa berbesar hati dengan berbuka di pinggir jalan, kami sampai ke tempat buka bersama ini. Jujur ya, aku baru ngeh kalau Marelan itu jauuuuuhh banget. Karena pegal banget pinggangku melewati perjalanan panjang ala Ninja Hatori.

Semua itu terbayarkan kok. Dengan sikap mereka yang sigap menyediakan tempat duduk istimewa, menyediakan bukaan special untukku. Luarrr biassa. Dan di akhir kebersamaan kami, akhirnya foto-foto ini adalah penutupnya. Hadir di tengah mereka benar-benar membuat aku merasa muda. Benaraaan deh. Hahahahaha.

Terima kasih untuk undangan buka puasa yang berkesan ini ya guys. Aku tahu, akan susah untuk menghadiri acara buka puasa bersama kalian lagi. Tetapi yakinlah, acara ini akan selalu tersimpan dan terkenang dalam setiap memori otakku.





Medan, 10 Juni 2019, 09 : 57 WIB
Pas buka galeri laptop, terus terpampang foto bersama mereka. Kok ya jadi pengen nulis sesuatu tentang mereka ya.

Saturday 25 May 2019

Pertolongan Allah

Universitas Sumatera Utara


Apakah kamu pernah merasakan peliknya hidup?
Atau pernah bertemu dengan masalah yang serasa tak ada jalan keluar? Semuanya seakan rumit dan tak terselesaikan. Apa yang kamu lakukan? Tentu saja kamu akan begitu sibuk mendayagunakan segala upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kamu akan wara-wiri meminta bantuan kepada manusia. Kamu berharap mereka akan dapat membantumu menyelesaikan persoalan yang teramat rumit ini.

Apakah cara itu berhasil? Ya. Terkadang cara ini begitu ampuh menyelesaikan kesusahan hidup. Namun jika tidak berhasil, gimana dong? Seolah dunia ini berantakan, seolah diri ini tengah bertransformasi menjadi manusia paling bodoh sedunia. Lalu kemudian hidup pun dirasa semakin tak berguna. Seolah semuanya benar-benar buntu, tiada penyelamat, tiada pertolongan.

Ahh, benarkah seperti itu? Sepertinya  kamu lupa. Ada satu pertolongan luar biasa ketika sedang merasakan peliknya kehidupan yang tengah dijalani. Pertolongan itu bukan sekadar pertolongan. Ia hadir layaknya sebuah keajaiban, datang dengan sebuah skenario yang tidak di duga-duga. Lalu dari siapakah pertolongan luar biasa itu? Apakah dari orang tua ? pasangan hidup? Keluarga besar? Sahabat terdekat? BUKAN. Pertolongan itu sama sekali tidak berasal dari mereka.

“Jika Allah sudha menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal”
(Ali Imrah : 160)

Nah, sudah jelas kan sekarang? Siapa dzat yang memiliki pertolongan luar biasa itu? Siapa dzat yang mampu menghadirkan sebuah keajaiban di tengah riuhnya cobaan yang datang? Siapa dzat yang dengan begitu sempurna menyusun sebuah skenario penyelamatan untuk kita? ALLAH.

Pertolongan dari Allah adalah segalanya. Bukankah firman Allah di atas sudah sangat jelas? Jika Allah sudah menurunkan pertolongannya kepada kita, maka tiada sesiapapun yang mampu menghalanginya. Dan hebatnya lagi ketika Allah benar-benar memutuskan untuk menolong hamba Nya, maka ia akan dengan begitu sempurna menyelesaikan setiap persoalan yang sedang mendera hamba Nya itu. Artinya, jika kita memiliki ribuan bahkan jutaan masalah dan Allah benar-benar telah membantu kita, maka ribuan dan jutaan masalah itu akan hangus dan terbang seketika.

Hebat bukan?
Oh tentu saja. Bukan kita yang hebat, tapi pertolongan Allah yang luar biasa hebat. Mungkin kita telah menghabiskan waktu, tenaga, pikiran, materi bahkan segala yang kita punya untuk menyelesaikan masalah ini. Tapi bagi Allah, cukup berkata “Kun Fa Yakun”, maka seketika masalah yang terasa berat itu hilang dan musnah. Allahu Akbar !! sekali lagi, ini semua karena pertolongan yang Allah berikan.

Lalu masalahnya dimana? Kenapa kita masih sering berjibaku, stress, kecewa dengan hadirnya berbagai masalah dalam hidup kita?. Apakah kita sudah benar-benar meminta Allah agar memberikan pertolongan Nya kepada kita? Jangan-jangan selama ini kita lupa meminta pertolongan Allah, atau bahkan cenderung tidak percaya dengan pertolongan Allah. Sehingga dengan angkuhnya kita terus berharap kepada pertolongan manusia. Ahh.

Jika memang kita percaya dengan pertolongan Allah, apakah kita sudah benar-benar menjadi hamba yang layak ditolong oleh Allah? Jangan-jangan selama ini kita masih menjadi hamba Nya yang penuh dosa dan maksiat, lalu kenapa ketika ada masalah tanpa rasa bersalah kita mengemis-ngemis pertolongan Allah. Gak malu kah sama Allah? Ahh, mungkin ini salah satu alasannya kenapa Allah tidak juga menurunkan pertolongannya untuk kita.

Lalu, tunggu apalagi!
Bersegeralah mencari dan mendapatkan pertolongan Allah. Sudahlah, tidakkah capek bersandar kepada pertolongan manusia yang jelas-jelas makhluk lemah? Bangun keyakinan dalam diri bahwa Allah mampu menolong hamba Nya, bahwa pertolongan Allah adalah jalan keluar dari sepelik apapun masalah. Lalu jadikan diri ini sebagai hamba yang layak mendapatkan pertolongan Allah tersebut. Dekatkan diri kepada Allah, ikuti semua perintah Nya dan jauhi segala larangan Nya. Insya allah pertolongan Allah itu akan semakin dekat. Percaya aja deh!!






Medan, 26 Mei 2019, 08 : 45
Ungkapan dari hati yang tengah rapuh dalam menunggu pertolongan Allah. Bersabarlah wahai hati, pertolongan Allah itu semakin dekat, semakin dekat. Tidakkah kau merasakannya?

Wednesday 30 January 2019

Lemah Yang Menguatkan




Banyak orang yang mengeluhkan berbagai hal dalam hidupnya. Dari hal yang wajar dan pantas untuk dikeluhkan, sampai dengan hal yang remeh banget. Seolah hidup itu harusnya berjalan sesuai dengan yang ia mau, jika ada kendala sedikit saja maka ribuan keluhan akan keluar dari mulutnya. Aiih.

Mungkin orang-orang seperti ini lupa bahwa ada orang lain yang hidupnya jauh lebih tidak sempurna dari kehidupan yang ia miliki. Ada orang yang bahkan hidup dalam kekurangan, kepayahan dan kezholiman lingkungannya. Ada orang yang akhirnya mencoba berdamai dengan takdir yang Tuhan gariskan. Akan tetapi orang-orang ini berbeda. Mereka tidak sibuk mengeluh, tidak sibuk mengutuki ini itu, tidak sibuk menyalahkan dia dan dia. Mereka malah disibukkan untuk terus menjalani kehidupannya, yang menurut sebagian orang sangat tidak sempurna.

Sungguh sebuah kesenjangan bukan? Orang yang hidup penuh kekurangan, kelemahan, hal yang memayahkan malah menjadi pribadi yang bahagia, penuh syukur, kuat dan hebat. Lalu, mereka yang hidupnya bergelimang kesuksesan, finansial, malah menjadi pribadi yang suka mengeluh manakala ia mendapat cobaan kecil saja. Memang aneh. Tapi begitulah hidup, ada banyak hal-hal aneh yang akan terus kita jumpai.

Otak kita seringkali berpikir bahwa setiap cobaan yang Tuhan berikan adalah bentuk kezholiman Nya? Atau setiap kelemahan yang Ia takdirkan adalah nasib na’as yang harus kita terima? Tentu saja tidak. Bukankah Tuhan itu Maha Penyangang? Tentu saja Ia tidak akan tega memperlakukan makhluk terbaik Nya dengan cara-cara yang tidak pantas. Lalu apa cerita Tuhan memberikan hal-hal yang menurut kita buruk?

Tujuan Tuhan adalah untuk menguatkan. Pernah gak sih menyadari bahwa setiap kelemahan yang Tuhan gariskan itu sebenarnya sedang menguatkan kita? Pernah gak tahu bahwa setiap cobaan itu membuat kita tahan banting dengan setiap cobaan lainnya? Ternyata begitu. Tuhan itu tidak akan pernah sia-sia memberikan apapun kepada hamba Nya, termasuklah itu cobaan atau kesenangan. Selalu ada hikmah dari semua hal yang Tuhan berikan.

Sebuah kondisi di foto ini pernah aku temukan di dunia nyata. Dari mereka aku menemukan bahwa ternyata untuk menjadi kuat tidak harus memiliki hal-hal yang luar biasa atau fantastis. Bahkan kelemahan, kepayahan, kesusahan sesungguhnya bisa menjadi sesuatu hal yang bisa menguatkan. Mereka saja contohnya. Para generasi muda ini sama sekali tidak memerlukan AC atau pendingin ruangan ketika belajar. Padahal di tempat lain sana ada siswa yang mengeluh ketika mati lampu di kelas sehingga AC mereka menjadi tidak berfungsi.

Mereka juga tidak memerlukan ruangan belajar yang bagus dan instagramable. Cukup meja belajar dan papan tulis, mereka menyerap berbagai ilmu dari sang guru. Sayangnya, ada siswa di luar sana yang menjadikan fasilitas, kualitas gedung dan ruangan belajar sebagai salah satu bagian paling penting ketika memilih sebuah sekolah.
Generasi muda nan bersahaja ini juga tidak memerlukan pakaian seragam warna warni ala film Korea. Bagi mereka cukuplah pakaian yang sopan, menutup aurat dan nyaman dikenakan. Toh apapun seragamnya, ilmu itu akan diperoleh kok. Karena ilmu itu tidak dipengaruhi oleh warna seragam, begitu seloroh mereka. Sangat berbeda dengan sebagian generasi muda lainnya yang malah saling melombakan seragam sekolahnya. Mereka bikin baju seragam event ini itu dengan biaya yang cukup fantastis.

Dan satu lagi, generasi muda ini tidak peduli dengan sesulit apapun pelajaran matematika, mereka akan tetap belajar. Ahhh, paling suka deh dengan testimony mereka yang ini. Aku percaya, bahwa kalimat ini bukan hanya tertuju kepada matematika saja (yang katanya terkenal sulit), akan tetapi juga untuk mata pelajaran yang lain. Mereka yang hidup dalam kekurangan ini sama sekali tidak mengeluhkan sulitnya mata pelajaran atau panasnya ruangan belajar. Mereka terus belajar dan menikmati kondisi yang tengah mereka jalani.

Luar biasa, batinku. Ternyata bukan fasilitas lengkap yang membuat kita hebat. Bukan kemudahan-kemudahan yang menjadikan kita sosok luar biasa dan bermental pemberani. Dari mereka aku belajar bahwa kekurangan, hambatan, ancaman dan tantangan ternyata menyimpan sesuatu yang istimewa. Mereka mampu membuat jiwa yang rapuh menjadi lebih kuat, mampu menyulap jiwa yang kerdil menjadi lebih bijaksana. Dan aku teringat dengan sebuah quotes; bahwa angin dan gelombang itu hanya berada di dekat navigator yang handal.

Jadi, jika sekarang kamu tengah berada di sebuah angin badai, nikmati saja prosesnya. Semua kekurangan yang melekat, hambatan yang terus bermain-main di depan mata atau ancaman yang tiada kunjung berakhir, nikmati saja. Toh juga mengeluh tidak akan membuat semuanya menjadi baik-baikk saja. Jangan-jangan kamu adalah navigator atau pelaut yang handal, makanya Allah berikan gelombang dan angin badai di kapal yang tengah kamu kemudikan.

Coba deh tarik napas pelan-pelan, lalu katakan kepada dirimu sendiri;
“Aku baik-baik saja kok”






Medan, 6 November 2018 14 : 50 WIB
Ditulis ketika sedang merasa di dalam sebuah badai dan gelombang yang dahsyat. Sabarlah wahai diri, Tuhan hanya sedang mengetes kemampuan navigasimu.





KAU TAK SENDIRI

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang tengah merasa sendiri. Pernahkah merasa sendiri? Merasa seolah tak ada orang lai...