Memiliki saudara kandung yang semuanya perempuan itu
adalah sesuatu hal yang menakjubkan. Kebayang dong ya beberapa perempuan yang
rentang usianya tidak begitu jauh kalau udah ngumpul? Semuanya deh jadi bahan
omongan. Semuanya juga jadi hal-hal yang dipermasalahakan. Waktu satu jam, dua
jam bahkan berjam-jam sekalipun tidak akan cukup menampung semua cerita mereka.
Aah, dasar perempuan.
Di keluarga besar kami, hanya keluargaku yang paling
banyak cantiknya. Gimana enggak coba, aku adalah anak pertama dengan dua adik.
Dan kedua adikku itu adalah perempuan. Itu artinya kami adalah tiga bersaudara
yang isinya perempuan semua. Halaah. Alhasil papa adalah the one and only the most
handsome one in my family. Hahaha. Sebenarnya aku punya abang. Tetapi
beliau meninggal dunia ketika masih kecil. Dan Allah ganti abang dengan dua
adik perempuanku yang lucu dan menyebalkan. Hahaha.
Banyak yang bilang memiliki saudara perempuan itu
menyenangkan. Katanya semuanya akan baik-baik saja, terkondisi dan teratur.
Aah, kalian yakin? Terus juga katanya saudara perempuan itu jarang berantem,
saling sabar dan memahami satu sama lain. Eeh, siapa yang bilang nih? Katanya
lagi kalau saudara perempuan itu gak pernah diem-dieman. Mereka akan dengan
legowo memaafkan kesalahan saudaranya. Aduuh, please deh. Kok pada hoax semua sih yang bilang itu?
Semua hal yang mereka bilang itu sama sekali tidak aku
temukan dalam persaudaraan ala perempuan ini. Bahkan bagiku mereka adalah
tukang drama terbaik. Persaudaraan yang timbul antara kami layaknya sebuah
drama yang drama banget, sesuatu deh pokoknya. Yaaa terkadang drama itu menjengkelkan banget tapi geli
kalau diingat-ingat. Di waktu lain drama itu bisa banget bikin kesal maksimal
namun di saat yang sama malah membuat rindu yang teramat sangat.
Nah, drama persaudaraan kami juga gak kalah hebat dari
sinetron atau film India lho ya. Sebuah drama yang natural banget, gak
dibuat-buat, tapi bikin keseel dan rindu. Lihat saja, kami selalu berebutan mau
pakai jilbab warna ini lah, warna itulah. Entahlah, jilbab yang dipakai saudara
itu kok kelihatannya selalu lebih cantik, sehingga hasrat untuk merebut itu
kuat banget. Hahaha. Belum lagi kalau kami pakai baju senada, huaaa, bakal
rebutan jilbab selama beberapa menit tuh. Akhirnya yang berbesar hati akan
mengalah dengan mengganti baju agar memakai jilbab dengan warna lain. Drama
banget kan ya? Hahaha.
Bukan hanya jilbab, kami juga suka berebut setiap mau
pakai motor. Secara, motor di rumah itu cuma satu. Alhasil ya harus berebut
setiap mau pakai motor. Masing-masing kamipun berdalih bahwa urusan kami lebih
penting dari yang lain sehingga lebih layak dan pantas menggunakan motor kala
itu. Halaah. Hingga akhirnya papa dengan bijaksana membuat jadwal kami
menggunakan sepeda motor. Lebay kan? Ya iyalah, wong kami drama banget kok.
Hahaha.
Belum lagi kalau si adek ngerusak benda kesayangan
kakak atau sebaliknya. Waah, bakal perang dingin beberapa hari itu. Gak
sapa-sapaan lah, bahkan hijrah kamar tidur juga. Hahaha. Lalu akhirnya mencari
sekutu dengan saudara yang lain, bunda atau papa. Tapi percaya deh, perang
dingin ini gak akan berlangsung lama.
Soalnya kalau gak ngobrol sehari sama mereka itu kok ya rasanya beda.
Parahnya kalau ada the
last one chocolate di atas meja. Semua dari kami merasa bahwa kamilah
pemilik cokelat itu. Kebayang dong kan sesengit apa persaingan yang akan
terjadi. Hingga bunda dengan kasih sayangnya membagi tiga cokelat itu kepada
masing-masing kami. Nyebelin banget sih, karena harusnya bisa dapat porsi yang
lebih besar. Hahaha. Bahkan remote tivi pun bukan masalah yang dianggap sepele.
Kami harus benar-benar berkuasa dengan remote itu agar bisa menonton televisi
dengan damai dan sejahtera.
Ya, penuh drama banget kan? Begitulah kami. Saudara
yang isinya perempuan semua. Aku gak tahu dengan orang lain yang saudaranya
juga perempuan semua. Mungkin mereka lebih bijaksana ketimbang kami yang
benar-benar tukang drama ini. Bahkan, walau sekarang kami udah jauhan satu sama
lain. Sekarang sudah sibuk dengan kuliah dan rutinitas masing-masing. Sekarang
cuma bisa ketemu pas lebaran Idhul Fitri doang. Namun yaa, tetap aja drama itu
terjadi.
Kalau dulu drmanya live,
sekarang via media sosial atau alat komunikasi. Halaah. Jadi jangan heran deh
kalau ada diantara kami yang tiba-tiba nelepon sambil nangis-nangis, katanya
rindu. Aiih. Terus ada yang nge ping banyak-banyak, minta diisiin pulsa. Urgent banget katanya. Ada juga yang
sibuk chat di line karena habis kena marah
pak bos. Aah. Drama banget kan ya?
Lebay? Oh tentu saja. Kami adalah tiga saudara yang
penuh dengan ke-lebay-an. Kami adalah anak Papa dan Bunda yang paling hobi
berdrama setiap harinya. Ya, kata papa, kami bertiga itu tukang drama terbaik.
Oh ya?? Jadi kapan kita ikutan casting
sinetron bawang merah dan bawang Bombay?
Hahaha.
Payakumbuh,
31 Agustus 2018 09:40 WIB
Ini adalah hasil selfie
terbaik kami hari itu ketika Idhul Fitri 2016. Foto dengan formasi ini ya
cuma bisa dijumpai ketika Idhul Fitri
doang. Hahaha.