Judul : Bahagia Sekarang, Menikah Kemudian
Penulis :
Nur’afifah Hasbi Nasution
Penerbit :
PT. Elex Media Komputindo
Halaman :
94
Dan untuk beberapa minggu ke
depan, buku ini akan menjadi best seller
di perpustakan miniku. Kenapa? Pertama, buku ini bercerita tentang ‘aku’
banget, hihihi. Dan mungkin tentang ‘kamu’ dan ‘kalian’ semua yang bernasib
sama denganku, opss. Kedua, ini adalah satu-satunya buku yang penulisnya kenal
denganku, eeh. Kan biasanya, aku yang mengenal penulisnya. Dan untuk pertama
kalinya dalam hidupku, ada penulis yang kenal sama aku, hehehe.
Kak Afifah, aku memanggil
beliau dengan panggilan itu. Beliau adalah rekan kerja, rekan motivasi, rekan
curhat, rekan makan siang, rekan segalanya deh. Kami dipertemukan oleh sebuah
kampus swasta di Medan, karena kami sama-sama mengabdi di sana. Lalu, Allah
menguatkan persaudaraan kami lewat sebuah kegiatan menulis. Kak Afifah adalah
mentor menulisku yang paling baik, sabar dan TOP banget deh.
Baiklah, aku coba ulas sedikit
buku luar biasa ini. Memang kalau dari segi lembaran tak banyak. Tapi jangan
lihat dari lembarnya, lihat dari makna kalimat yang tersusun dalam lembaran
tersebut.
Buku ini bercerita tentang
kegelisahan seorang wanita yang terus menunggu kehadiran sang pelengkap agamanya.
Terus bertanya-tanya siapakah gerangan “dia” yang namanya telah tertulis di
Lauh Mahfudz. Terus berdoa di penguhujung malam mengemis kepada Robb agar
segera mempertemukan. Bahkan menangis tersedu ketika bilangan umur terus
bertambah tapi kabar dari langit tak kunjung sampai. Menangis karena banyak
orang bertanya “kapan nikah?” “apa lagi yang ditunggu?” “nantik gak laku lagi
loh” “nantik gak bisa punya anak”. Ahh...dan Alhamdulillah aku telah melewati
ke semua fase tersebut.
Buku ini terbagi menjadi 3
bagian. Bagian pertama bernama Menata Hati. Bagian ini merupakan proses
penyembuhan hati. Penyembuhan terhadap sakit yang dirasa karena tidak menerima
kenyataan. Pembaca akan diberikan beberapa obat atau terapi mengenai hal yang
harus dilakukan untuk menyembuhkan hati yang terlanjur luka. Afifah menjelaskan
kepada kita agar berdamai dengan takdir Allah, agar ‘legowo’ menerima bahwa
inilah kenyataan terbaik dalam hidup kita.
Selain itu, Afifah juga menawarkan beberapa terapi yang bisa dilakukan,
seperti menjadikan syukur sebagai ujung tombak kehidupan atau pergilah sejenak
ke suatu tempat yang menenangkanmu. Pergilah ke tempat yang bisa membuatmu
lebih baik, tetapi jangan lama-lama, segeralah kembali dengan semangat yang
tinggi. Selain itu kamu juga bisa menyibukkan diri dengan hal yang positif.
Pastikan ada sesuatu yang dihasilkan dari aktivitas tersebut. Langkah lainnya adalah
dengan terapi hati melalui ibadah maksimal kepada Robb, berdzikir atau membaca
Al Quran
Memantaskan Diri, itulah nama
dari bagian kedua. Setelah kamu berhasil mengobati luka di hati, maka ini
saatnya kamu masuk ke tahap kedua, yaitu memantaskan diri. Memantaskan diri
agar Allah benar-benar percaya kepadamu sehingga Dia akan segera menurunkan
pasangan terbaik untuk melengkapi agamamu. Afifah menawarkan berbagai cara
untuk memantaskan diri seperti mengoptimalkan potensi dengan memahami bakat dan
minat atau mengukir prestasi bermodal bakat dan minat, berjuanglah membuat
semua mimpimu agar menjadi kenyataan. Selain itu kamu juga terus dandani
batinmu, dandani jiwamu. Berbaktilah kepada kedua orang tuamu. Dan pelajarilah
ilmu mengenai ilmu kerumah tanggaan, pelajari bagaimana menjadi seorang istri
yang baik, atau ibu yang bertanggung jawab.
Bagian yang ketiga bernama
Berserah Diri. Setelah hati menjadi baik, saat telah berlapang dada dengan
semua takdir Allah, setelah kita menyelesaikan semua pekerjaan, maka biarkan
Allah melanjutkan pekerjan Nya. Tawakkal, begitu sering disebut para ulama. Lama?
ya. Dan sekalipun itu sangat lama (menurut ukuran manusia), sekalipun tak
kunjung nampak jawaban dari usaha dan doa, jangan pernah berhenti memantaskan diri.
Perbanyak sedekah dan berdoa. Aku suka final part dari buku ini yang bertajuk “Hiduplah Sekarang”.
Ngena banget euy!. Afifah melihat fenomena ‘mayat hidup’ yaitu orang-orang yang
fisiknya utuh dan sehat tapi jiwa kehilangan nyawa. Bahkan Afifah menyarankan
hiduplah sekarang atau kau akan mati sebelum kau benar-benar mati. Speachless deh baca kalimat ini.
Buku ini nge booster banget buat para mayat hidup
(hehehe). Buku ini benar-benar membuat kamu menjadi the new you, yang lebih berpikir positif, yang gak berurai air mata
(lagi) setiap ditanya “kapan nikah”, yang gak bakalan pura-pura pingsan (lagi)
ketika ada teman bahkan adik kelas yang mengantar undangan pernikahannya. Jadilah
bahagia ladies! menikah itu bukan pembatas antara bahagia dan tidak bahagia.
So, kamu single? Ya
Kamu bahagia ? Sangat
Silakan berburu buku ini, dan
selamat membaca!
Medan, 28 Desember 2017, 08.49
Udah kelar baca buku ini dari
8 hari yang lalu, tapi karena kesibukan yang tak menentu. Akhirnya resensinya
baru bisa posting sekarang. Maafkeun!